Hallo minna~

Ini sequel "I`m sorry, and goodbye". Yang kemarin Yas hapus. Kenapa? Karna Yas mau buat cerita yang baru, yang beda dari yang kemarin. Tapi kalo ada yang ngerasa sama ama fic author-senpai yang lain, jangan sungkan kasih tau Yas ya~. Karna itu sangat membantu Yas dalam memperbaiki cerita Yas.

.Jadi kalo ada yang belum baca atau mau baca fic ini harus baca dulu yang "I`m sorry, and goodbye", okeh?

Oh iya..dua hari lagi Yas UAS. Jadi doakan Yas dan author-author yang mungkin juga UAS supaya lancar n dapet hasil yang sempurna. Amin.

Yas lagi kena penyakit males nih. Bukannya belajar, malah buat cerita baru. Haaah~

Okeh,,cuap-cuapnya sampai sini dulu.

Silahkan di baca~

#

#

Disclaimer : Masashi Kisimoto

Genre : Romance & Drama

Main chara : SasuFemNaru / ShikaFemNaru slight SasuSaku

Rating : T

Story by : Yashina Uzumaki

WARNING : Abal, gaje, AU, Typo bertebaran, gender bender, (agak) OOC, dll

Summary : Bila mencintainya tak bisa seperti dulu, maka biarkan rasa itu menghilang. Dan bila rasa itu tetap tak mau hilang, maka gantilah cintamu dengan cinta yang baru. Sepertinya yang menggantimu dengan cinta yang lain.

#

#

Pagi yang cerah dengan kehangatan sinar matahari dan kicauan burung-burung yang menjadi musik untuk memulai hari. Udara yang sejuk tanpa polusi ini, menjadi sebuah awal untuk membuat seorang wanita berusia sekitar dua puluh tahun menyunggingkan senyum tulusnya untuk menyambut pagi ini.

Uzumaki Naruto, wanita inilah yang sedang kita bicarakan saat ini, sedang bersenandung di sepanjang perjalanannya menuju rumah sakit Konoha.

Apa kalian bertanya-tanya `untuk apa Naruto pergi ke rumah sakit?` `Apa dia sakit?` `Atau ingin mengunjungi saudara atau temannya di rumah sakit?` Tapi sayang, semua pertanyaan itu salah.

Naruto ke rumah sakit untuk bekerja sebagai suster atau perawat di sana. Dan apa kalian ada yang bertanya lagi `kenapa Naruto bisa jadi seorang perawat? Bahkan kuliah pun tidak pernah?` jawabannya adalah karena sebelum Naruto menikah dengan Sasuke, tepatnya satu tahun sebelum Sasuke melamarnya, Naruto sempat kursus menjadi perawat dan mendapatkan sertifikat untuk lamaran kerja menggantikan ijasah S1 `nya.

Kalian tahu sendiri bukan, Naruto itu anak yatim piatu, dari mana dia akan mendapatkan uang untuk kuliah? Jadinya dia kursus untuk mendapatkan setitik cahaya masa depan, dan menata hidupnya agar lebih layak.

.

Tiga minggu sudah Naruto meninggalkan kediamannya dengan Sasuke yang sudah satu tahun mereka tempati. Dan satu minggu pula Naruto sudah mulai bekerja di rumah sakit Konoha.

Berbagai aktifitas di rumah Naruto lakukan dengan seperti biasa, hanya saja yang berbeda adalah tidak adanya Sasuke di sisinya.

Ingin mengeluh pada nasib yang mempermainkan perasaanya pun Naruto tak bisa, karna mungkin takdirnya sudah berkata seperti ini, berpisan dengan orang yang sangat di cintainya.

NARUTO POV

Hari ke tujuhku bekerja di rumah sakit. Senang rasanya bisa bekerja disana. Tak ku sangka sertifikat itu berguna juga, atau mungkin karna aku memang pintar dan dapat di percaya menjadi perawat? Ooh,,pasti seperti itu#idih ni orang narsis amat ya?#
Walau aku belum di beri kepercayaan menjadi asisten dokter sih, tapi dalam satu bulan ini aku akan buktikan kalau aku bisa dan layak jadi seorang perawat yang di andalkan. Hahaha

Apa kalian berfikir kalau aku sudah tidak memikirkan pertengkaranku dengan Sasuke tiga minggu lalu? Jawabannya, tidak. Aku masih sangat memikirkan hal itu. Setiap kali aku mengingat ke brengsekan Sasuke, air mataku selalu meleleh. Dan aku sangat membenci saat-saat dimana fikiranku tak bisa lepas dari sosok Sasuke Uchiha, orang yang sangat aku cintai.

Tiga minggu aku pergi dari rumah, dan Sasuke sama sekali tidak mencariku. Dan aku kini benar-benar yakin, bahwa sejak dulu Sasuke tak pernah tulus mencintaiku. Hanya aku, hanya aku yang berharap lebih akan bisa bersamanya sampai maut memisahkan kami.

Ya~aku memang naïf. Aku masih berharap Sasuke mencariku dan memintaku kembali padanya dan berjanji tidak akan berhubungan dengan wanita sialan itu lagi. Dan kalau itu sampai terjadi, aku tak akan ragu untuk kembali padanya, karna sekuat apa pun aku menyangkal rasa ini, aku tetap masih menyayanginya. Dan sekeras apa pun aku membuang rasa cintaku ini dan di gantikan dengan rasa benci, itu tak akan pernah mampu untukku lakukan. Aku terlalu membutuhkannnya. Aku sudah terlalu erat terikat oleh dirinya. Aku rapuh tanpanya.

END NARUTO POV

NORMAL POV

Naruto berhenti melangkah di sebuah toko bunga Yamanaka. Dia masuk dan langsung menghampiri penjaga toko itu.

Seorang wanita berusia sama seperti Naruto, warna rambut dan matanya pun sama, hanya saja punya Ino lebih pucat, menoleh padanya saat Naruto memanggil nama wanita itu

"Ino-chan"

"Hai Naru-chan. Bunga lili putih untuk kekasih barumu lagi?"Ino berseru sambil menyeringai ke arah Naruto, berniat menggodanya di pagi hari seperti ini.

"Tutup mulutmu Ino. Sudahku bilang bukan, ini untuk pasien pertama yang ku rawat itu. Aku hanya ingin saat dia terbangun di pagi hari yang dia lihat pertama kali itu bunga dariku."Ino terkikik geli mendengat jawaban Naruto.

"Alasan macam apa itu? Kenapa kau begitu perhatian pada pasien pertamamu itu? Atau jangan-jangan kau menyukainya? Hm~aku penasaran bagaimana rupanya ya?"

"Berhenti menggodaku Ino. Dia hanya seorang pasien kecelakaan, patah kaki dan sedang menjalani perawatan. Aku yang memeriksa keadaannya setiap hari, em,,maksudku baru empat hari ini sih, jadi wajar kalau a-aku mau memberi perhatian lebih padanya. Karna hanya dia yang aku rawat bersama dokter Tsunade."terang Naruto panjang lebar. Ino sampai menganga di tempat karna melihat sahabatnya yang terus mengoceh tanpa henti.

"Kau itu kenapa? Aku hanya menggodamu sedikit kau malah bercerita panjang lebar. Tapi aku senang akhirnya ada laki-laki lain yang kau perhatikan selain Uchiha brengsek itu. Kau pantas mendapatkan kebahagiaan yang lain dan jauh lebih sempurna dibanding saat bersama Sasuke."Naruto langsung menunnduk saat Ino sahabatnya menyebut nama Sasuke. Entak kenapa hatinya menyangkal semua perkataan Ino. Hatinya tak ingin kebahagiaan lain selain dengan Uchiha itu, walau tak dapat dia pungkiri, dia pun ingin dicintai dan mencintai dengan ketulusan di dalamnya.

Naruto menghelah nafas dan berucap lirih "Entahlah~aku masih belum bisa melupakannya. Bahkan mungkin aku tak akan dapat melupakannya."dan di akhiri dengan helaan nafas Naruto.

"Semua akan berjalan sesuai dengan arusnya. Kau tak mungkin bisa seterusnya mengontrol hatimu untuk tidak membuka hati untuk laki-laki lain, karna rasamu akan datang dengan sendirinya kala kau merasa nyaman dengan seseorang itu."Ino tersenyum kearan Naruto.

Ino adalah salah satu sahabat Naruto saat mereka SMA dulu. Dan waktu Ino tau kalau Naruto, sahabatnya di sakiti dan di hianati oleh Sasuke, Ino langsung murka dan mendeklarasikan `anti Uchiha Sasuke`, dan tanggapan yang Naruto berikan hanya berupa senyum pahit di bibirnya.

Naruto tau teman-temannya seperti itu karna mereka menyayangi dia, apa lagi Ino yang sudah Naruto anggap sebgai kakaknya itu.

"Ino benar Naruto, kau harus semangat. Jangan kau pikirkan lagi Uchiha itu. Dan jangan lagi kau berharap dia mencari dan memohon padamu untuk kembali padanya. Karna bila semua itu tak pernah terjadi, kau malah akan bertambah sakit karna pengharapan yang sia-sia."Sai, suami Ino memberikomentar –nasihat- juga untuk Naruto. Sai juga salah satu sahabat Naruto.

"ya, itu benar. Terimakasih, kalian memang sahabatku yang paling baik."Naruto menerjang memeluk SaiIno dengan erat.

"Apa pun, selama kami mampu."jawab SaiIno berbarengan.

.

.

Saat ini Naruto sedang berjalan di lorong-lorong rumah sakit menuju sebuah kamar rawat 14F yang berada di paling pojok lorong ini.

Dengan setangkai bunga lili putih dan lembaran-lembaran hasil pemeriksaan sebelumnya bergantung manis di lengan, menemani perjalanan singkatnya itu.

Sesampainya Naruto di depan kamar itu, ia mengetuk pintu dan orang yang ada di dalamnya mempersilahkan Naruto untuk masih.

"Ohayo Shika-kun, sudah bangun rupanya"sapa Naruto pada seseorang yang sedang duduk bersandar pada sandaran ranjang dengan wajah mengantuk yang sangat jelas terlihat.

"Hooaaam…ohayo Naru-suster"Naruto menaikan sebelah alisnya, merasa ada yang aneh pada pasien yang selalu di kunjunginya itu.

"Em~sepertinya ada yang berbeda deh?"gumam Naruto.

"Aku tidak mengikat rambutku Naru. Masa seperti itu saja kau tidak sadar. Merepotkan"

"Ha-hei..kau yang merepotkan aku bodoh. Sana pulang ke rumahmu."Naruto mengembungkan kedua pipinya dan memanyunkan bibirnya tiga senti karna kesal dengan Shikamaru.

"Haaah~aku pasti sudah pulang kalau kaki ku bisa berlari, sayangnya karna jalan menyebalkan itu aku jadi harus kena sial."gerutu Shikamaru dengan wajah yang sama sekali tidak bisa di bilang sedang kesal.

"Apa-apaan wajahmu itu. Kalau kau sedang kesal wajahmu harus mengeras dan dahimu berkerut, bukan berwajah malas seperti itu."

"Kau cerewet sekali suter, cepat periksa aku."Shikamaru mengambil karet yang ada di meja samping ranjangnya dan mulai mengikat rambutnya seperti nanas.

"Yang harus memeriksamu itu dokter Tsunade, aku hanya mencatat hasilnya. Jadi tunggulah sampai dia datang."

Naruto berjalan menghampiri meja kecil itu, dan meletakkan bunga lili yang dia bawanya ke dalam pas bunga yang sudah ada, mengganti bunga yang lama dengan yang baru.

"Kau perhatian sekali membawakan aku bunga setiap hari. Jangan-jangan kau tertarik padaku ya?"Shikamaru mulai menggoda Naruto yang sedang asik dengan jendela yang sedang dia buka agar udara dan sinar matahari dapat masuk dengan leluasa ke dalam kamar itu.

"A-apa yang kau bicarakan. Aku ha-hanya ingin saja membawakanmu bunga. Kalau kau tidak suka, besok aku tak akan membawakannya lagi unt-"

"Aku tak bilang tak suka. Justru aku sangat suka. Aku suka kau memperhatikanku lebih dari pasien lain."menundukan wajah adalah hal pertama yang Naruto lakukan. Dia begitu malu saat Shikamaru berkata jujur seperti itu. Semburan merah di kedua pipinya begitu tampak jelas terlihat, di tambah lagi cahaya yang tepat menyorot wajah Naruto, membuat wajah itu makin tak bisa tahan untuk tidak terbakar.

"Ba-baiklah"

Tok..tok..tok

Suara pintu kamar rawat Shikamaru di ketuk, dan masuklah seoran wanita paruh baya dengan rambut pirang yang di ikat menyamping menjadi dua bagian, dialah dokter Tsunade Senju. Dokter yang terkenal akan keahliannya dalam menangani berbagai penyakit. Dialah idola Naruto sejak bangku SMA.

"Ohayo~"sapa Tsunade pada dua orang yang berada di kamar itu.

"Ohayo dokter Tsunade."Naruto menjawab sambil tersenyum tulus dan itu sukses membuat Shikamaru tersipu malu.

Jujur, Shikamaru sudah sangat tertarik pada Naruto saat pertamakali dia di bawa ke rumah sakit karna kecelakaan motor. Tsunade yang biasanya selalu bersama dengan asistennya Shizune hari itu harus bekerja sendiri karna sang asisten sedang ada urusan keluarga. Jadinya saat situasi genting, lebih tepatnya saat Shikamaru sampai di rumah sakit dengan ambulan dan darah yang mengalir dari luka di kakinya, Tsunade tanpa pikir panjang menarik Naruto yang kebetulan akan membantu memasuki ruang UGD untuk menangani Shikamaru.

Naruto yang saat itu baru bekerja dua hari hanya bisa menurut saat di tarik oleh Tsunade. Gugup juga tegang adalah hal pertama yang Naruto rasakan. Pasalnya dia belum pernah mendampingi seorang dokter melakukan pertolongan pertama seperti itu. Jadinya Naruto hanya menurut. Dan saat semua selesai dan Shikamaru di pindahkan ke kamar rawat biasa Tsunade baru sadar kalau dia menarik seorang suster baru yang alangkah terkejutnya dia saat melihat Naruto berdiri kaku dengan tangan yang bergetar karna masih syok melihat darah yang begitu banyak.
Tsunade hanya tersenyum maklum dan mengajak Naruto untuk beristirahat.

Setelah insiden itu, hari kedua Tsunade memeriksa keadaan Shikamaru bersama Shizune. Shikamaru langsung mengerutkan keningnya, bertanya tentang suster pirang yang dia lihat sebelum kegelapan menyelimuti kesadarannya. Dan dari situ Tsunade tau kalau dokter muda sekaligus muridnya itu tertarik pada Naruto. Jadinya di hari ke tiga Tsunade menugaskan Naruto untuk menjadi suster tetap yang mengecek setiap hari kondisi Shikamaru sampai dia keluar dari rumah sakit, alias sampai sembuh.

"Kenapa kau memandangi Naruto seperti itu Shika? Kau membuatku merasa tidak di anggap di sini."Naruto langsung mengalihkan pandangan matanya ke arah Shikamaru, dan Shikamaru langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain, menghindar dari tatapan tanya wanita yang menarik hatinya itu.

"Kau jahat sekali sensei."Shikamaru mendelik marah pada Tsunade. Kebalikannya,Tsunade malah tertawa lepas karna reaksi yang di berika Shikamaru.

"Kau lucu sekali. Ya sudah Shika, dua hari lagi kau sudah bisa pulang, kau sudah bisa berjalan bukan?"Tsunade mengalihkan pembicaraannya.

" saja aku belum bisa berlari."

"Iyalah bodoh, kalau untuk berlari itu masih perlu proses. Retakan di tulang betismu belum kuat untuk membuatmu berlari."

"Aku tau, sensei."

"Ya sudah, aku kemari hanya untuk bilang tentang hal itu."Tsunade berbalik dan hendak keluar dari kamar Shikamaru. "Oh..satu lagi. Naruto, kalau Shikamaru sudah mulai bekerja lagi di rumah sakit, kau ku tugaskan menjadi asistennya, karna kerjamu rapih dan kau sangat telaten, aku percaya kau bisa menjadi partner Shika yang baik. Jadi, kalau kau sudah mulai bekerja, beritahu Naruto ya Shika. Sampai jumpa."dan pintu kamar itu pun tertutup.

Shikamaru adalah pemuda berusia dua puluh satu tahun yang karna kejeniusannya kini dia menjadi dokter di rumah sakit Konoha. Baru dua bulan dia bekerja di rumah sakit, Shikamaru sudah harus cuti karna kecelakaan motor yang dia alami.

"Kau mau, Naru?"Shikamaru memecah keheningan diantara keduanya. Karna dia merasa sedikit canggung bila sang wanita yang dia suka itu tak bersuara sama sekali.

"Hah? Mau apa?" tanya Naruto merasa bingung dengan pertanyan ambigu dari Shikamaru.

"Haaah,,aku fikir Sensei salah mengatakan kau itu telaten. Yang aku yakin kau pasti jadi cewe yang merepotkan."

"Apa kau bilang? Uuh~kau menyebalkan Shika."Naruto kembali mengembungkan kedua pipinya dan langsung berjalan keluar dari kamar inap itu. Shikamaru hanya tersenyum saat melihat Naruto menghentak-hentakkan kakinya karna kesal.

"Wanita yang sangat menarik. Akanku jadikan kau milikku, Naruto."tapi ada satu masalah untuk Shikamaru, dan itu membuatnya resah.

"Aku akan menerimanya. Aku juga akan menyayanginya. Aku akan menjadi ayah yang lebih baginya nanti."setelah berjanji seperti itu, Shikamaru langsung tidur lagi. Ya..tidur adalah hobbynya.

.

Naruto terus berjalan ke ruangan Tsunade sambil tetap menghentak-hentakan kakinya karna masih kesal dengan ejekan yang Shikamaru lontarkan padanya.

Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat laki-laki yang sangat di rindukan keberadaannya. Yang sangat di harapkan kehadirannya. Dan sangat di cintainya, Uchiha Sasuke, suaminya.

Sasuke sedang berdiri bersandar di tembok depan toilet wanita. Entah apa yang sedang dia tunggu saat ini. Naruto tetap berjalan seakan tidak pernah melihat keberadaan Sasuke di depannya. Dan saat Naruto melewati Sasuke, Sasuke baru sadar kalau orang yang lewat di depannya itu adalah istrinya, orang yang di cintainya, setidaknya tidak untuk sekarang, karna sekarang ada orang lain di hatinya, menggantikan posisi sang istri yang begitu di cintainya dulu.

Miris memang, tapi itulah cinta. Kau tak mungkin dapat terus mengontrol perasaanmu untuk seseorang selamanya. Perasaanmu akan berubah seiring dengan kau biarkan keindahan lain menyusup masuk ke hatimu. Terkecuali bila kau membentengi hatimu, meyakinkan perasaanmu bahwa hanya satu oranglah yang pantas memiliki hatimu. Tapi itu semua tak berlaku untuk Sasuke. laki-laki ini terlalu rapuh untuk membentengi hatinya. Hatinya goyah untuk dapat mengokohkan perasaannya. Dan penghianatan adalah jalan yang dia tempuh untuk mendapatkan semua rasa yang dia mau. Memiliki dua cinta, dalam satu hati.

"Naruto"Sasuke memberanikan diri memanggil Naruto yang berdiri beberapa langkah di depannya.

Naruto berbalik dan tersenyum canggung pada Sasuke, "Ha-hai..lama tak jumpa Uchiha-san"Sasuke berjalan mendekati Naruto. Mencengkram pergelangan takan kiri Naruto.

"Masih bisa kau tersenyum padaku? Kenapa kau tinggalkan rumah kita?"

Naruto memalingkan wajahnya, menghindari tatapan tajam yang di berikan Sasuke padanya. Naruto sungguh tak sanggup untuk melihat wajah suaminya saat ini.

"Jawab Naru. Kenapa kau langsung meninggalkan rumah kita?"Naruto hendak menjawab, tapi sebuah suara menggagalkan niat Naruto yang sudah membuka mulutnya hendak menjawab.

"Sasuke-kun"

NARUTO POV

"Sasuke-kun"

Aku mengangkat wajahku untuk melihat siapa orang yang memanggil Sasuke, dan rasanya jantungku seakan-akan berhenti berdetak saat itu juga. Dia wanita berambut pink, wanita jalang yang menghancurkan rumah tanggaku dan Sasuke ada di depan mataku saat ini.

Sakura, ya, itu nama wanita jalang yang sekarang berjalan menghampiri kami. "Dia. dia yang membuatku ingin pergi dan tak sanggup lagi berada di rumah bersama denganmu, Sasuke."aku menjawab pertanyaanya yang sebelumnya tak sempat aku jawab karna intruksi dari wanita jalang itu.

"Sasuke-kun, ayo kita pulang."ooh..Sasuke ke rumah sakit bersama si jalang ini ternyata. Kau benar-benar berniat membunuhku perlahan ya Sasuke. kau benar-benar bisa melupakanku secepat ini. Aku tidak tau seperti apa tampangku saat ini. Aku begitu menyedihkan, mencintai orang yang tak pernah tulus mencintaiku.

"Kau pergi ke mobi saja dulu. Aku ada urusan dengan istriku."dan..dan dia tau kalau aku istrinya lantas masih mau mendekati Sasuke? dasar wanita sialan.

"Baiklah. Dan jangan sampai kau tergoda lagi olehnya~."hatiku sakit mendengar dia bicara seperti itu. Seakan-akan akulah disini wanita penggodanya. Aku istri Sasuke, wajar kalau dia leih memilihku. Dan kau yang menggodanya wanita jalang.

"Hn"dan wanita jalang itu pergi dari hadapan kami berdua.

Keheningam menyelimuti, dan kecanggungan menambah buruk kondisi kami berdua. Aku bingung harus bicara apa. Ingin berteriak-teriak memaki Sasuke dan gadis jalang itu tapi tak bisa, ini rumah sakit.

"Sakura hamil."bagai petir yang menyambar dan hantaman palu yang menyesakkan ulu hatiku, pernyataan Sasuke seakan membungkam seluruh caci maki yang inginku lontarkan padanya.

Wanita jalang itu hamil, dia hamil. Aku langsung memegang perutku, apa harus aku pun memberitahukannya, bahwa di dalam perutku in-

"Tujuh minggu. Maafkan aku Naruto."hatiku benar-benar sesak sekarang. Tujuh minggu, dan sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan wanita itu Sasuke? aku sekarang benar-benar seperti orang bodoh. Kau mungkin sudah menjalin hubungan dengan wanita jalang itu lebih dari dua bulan, atau mungkin jauh sebelum kau melamarku? Astaga..setega inikah kau padaku Sasuke?

"O-oh..em selamat kalau begitu."aku hanya bisa tersenyum pahit. Kalau ini memang bisa membahagiakanmu, jauh dariku, membangun rumah tangga dengan wanita yang kau cintai, aku rela. Aku rela melepasmu, karna aku sangat mencintaimu. Aku ingin yang terbaik untukmu.

"Ya~dan aku hanya ingin tau, kemana aku bisa mengirimkan surat cerai padamu?"inilah alasan Sasuke member tahuku kalau Sakura hamil. Dia jadi punya alasan untuk tetap melanjutkan perceraian kami.

Aku langsung menganbil netbook di dalam saku rok suster yang ku kenakan. Aku menuliskan alamat apartemenku dan aku langsung memberikannya pada Sasuke. aku tak ingin lebih lama lagi berada dekat dengannya.

"Ini. Dan, aku tunggu undangan pernikahanmu dengan Sakura. Sampai jumpa Uchiha-san"

Aku langsung berlari sekuat tenagaku menjauh darinya sambil memegangi perutku. Hatiku sakit, sangat sakit. Dan aku tak akan sesakit ini bila di dalam tubuhku tak ada sebuah ikatan penghubung yang lebih kuat bersama Sasuke. Ya, saat ini aku tengan mengandung anakku dan Sasuke.

END NARUTO POV

SASUKE POV

Maafkan aku Naruto. Tapi hatiku berpaling padamu. Hatiku tergoda oleh keindahan Sakura. Maafkan aku. Kau pasti akan mendapatkan kebahagiaan yang jauh lebih sempurna bersama orang lain, bukan denganku yang tega menghianatimu.

Dan lagi, Sakura mengandung anakku. Aku tak bisa meninggalkan Sakura dan membiarkan anakku berstatus tanpa ayah, aku tak bisa biarkan itu.

Sekali lagi maafkan aku Naruto.

END SASUKE POV

NORMAL POV

Naruto berlari menjauh dari keberadaan Sasuke, dan dia langsung masuk ke toilet wanita, menangis sejadi-jadinya, menuangkan semua sesal dan kesal hatinya. Sakit yang dia rasakan hanya bisa dia ungkapkan dengan air mata.

"Tega. Kau tega Sasuke. hiks..hiks.."

Drrtt..drrtt..

Getaran ponsel Naruto membuatnya mengalihkan perhatiannya. Naruto meraih ponsel yang ada di sakunya dan menerima panggilan tanpa melihat siapa yang menelponnya terlebih dahulu.

"H-hallo-"

"Percaya padaku. Aku akan membahagiakanmu dan calon anakmu, lebih dari yang pernah Uchiha itu lakukan."

#

#

-TBC-

#

#

Thanks buat yang udah baca n review cerita sebelumnya yang `Belive me, and come back to me`. Dan sekali lagi Yas minta maaf apa bila ada yang nunggu tuh cerita. Yas ganti sama yang ini. Semoga bisa lebih memuaskan.

Kritik dan saran yang membangun sangat Yas terima dengan senang hati. Karna Yas disini adalah author baru, jadi belum punya pengalaman yang baik.

Terimakasih sudah read. Dan reviewnya Yas tunggu loh~

Yosh..RnR ya~