Aku Eren Jaeger, aku hanya ingin berpesan pada kalian bahwa jangan pernah asal bicara, bukalah mata kalian lebar-lebar sebelum kalian menilai sesuatu. Karena apa? Aku tak ingin kalian bernasib sama denganku… menjilat ludah sendiri. Membuat suatu kesalahan dalam menilai. Jangan asal mendeklarasikan bahwa kalian membenci suatu hal. Dan jangan menghindar sebelum kalian mencoba.
Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama
Keep Holding On © Kuas tak bertinta
Warning : OOC, AU, Typo(s), Sho-ai or BL
Special for Fvvn Birthday
.
.
.
Happy Reading
"Ren, oy Eren!"
"…"
Hening… tak ada tanggapan dari bocah yang kini duduk di kelas 3 SMA itu.
"Oy, kau mendengarkanku tidak sih?!" Jean yang sudah kesal karena dikacang kini menjitak kepala Eren dengan gemas.
"Ck… iya-iya! Aku dengar!"
"Lalu…?"
"Lalu? Ya, aku lelah mendengar suara jelekmu itu… lalu apa lagi? Tidak bisakah kau berhenti mengoceh?" dan dalam kecepatan intensitas cahaya tangan kekar Jean kembali mendarat di kepala Eren.
"Maaf saja ya kalau suaraku jelek! Kau seharusnya memperbaiki otakmu… aku cuma meminta pendapatmu mengenai strategi ini, bukan memintamu mengomentari suaraku," Jean berkedut kesal menatap Eren yang kini kembali mengalihkan pandangannya sembari bertopang dagu. Menatap klub Matematika yang sedang melakukan observasi mengukur sana-sini untuk bahan pelajaran mereka.
"…."
"CK! BISAKAH KAU BERHENTI MENATAPNYA DAN FOKUS PADAKU?!" well, Jean sudah jengah. Sangat jengah. Jean tau, ia tahu Eren mengabaikannya karena apa. Dan Jean benci itu. Jean benci objek perhatian Eren, Jean benci Eren yang mengabaikannya, serta Jean benci dengan dirinya sendiri yang lepas kendali sehingga ia terlihat seolah cemburu.
Eren tersentak mendengar teriakan mendadak Jean. Fokusnya kini beralih kepada Jean kembali. Ia merasa malu… Jean tahu apa yang sedang barusan ia lihat. Namun… Eren tak mungkin mengakuinya.
"Apa sih?! Tidak usah teriak-teriak di dekatku, baka!"
"Aku tak akan teriak kalau kau tidak mengabaikanku dan berhenti memerhatikan sir Rivaille!"
"Tau apa kau…? Aku tidak memerhatikan sensei! Urusi saja strategi pertandinganmu itu sendiri daripada mengurusiku!"
"Kenapa kau malah marah sih?! Kau menyebalkan, Eren! Keluar saja dari tim sepakbola kita kalau kau lebih suka melamunkan dia!" nampaknya ucapan Jean benar-benar membuat Eren tersulut amarah.
"Aku tak melamunkan dia! Berhenti sok tau!"
"Aku tak sok tau! Aku tahu kau iri dengan Petra karena mereka sekarang sangat dekat!"
"Aku tidak iri! Buat apa aku iri?!"
"Berhenti beralasan, feminim!"
"Aku tidak feminim! Kau sok tau, Jean! Aku benci mulut nyinyirmu!"
'Buagh'
"Kok kau mukul, sih?!"
'Plak'
Dan akhirnya terjadilah perkelahian kucing dan anjing yang hebat di pinggir lapangan sekolah.
.
"Ck, sial… kita jadi berkelahi gara-gara hal sepele…" Eren mencak-mencak. Seharusnya mereka membahas strategi pertandingan sepakbola dari tadi. Well, pertandingannya hanya tinggal beberapa minggu lagi, tapi mereka malah berlaku kekanakan begini. Belum lagi hari sudah sangat sore, dan sudah banyak klub ekstrakurikuler lain yang bubar.
"Eren…" Jean memanggil bocah itu datar. Membuat aura sekitar mendadak berubah.
"Hm? Apa…?"
"Kau… memang memerhatikan Petra dan sir Rivaille kan tadi?" Jean langsung menembak topik pembicaraan. Merasa sudah pasti akan mengatakan semua ini. Mengatakan semuanya pada sahabat sejak SD-nya ini.
"Hah..? kau ingin kupukul karena sok tahu lagi?"
"Kau pacaran dengan sir Rivaille, kan?" Eren terdiam. Apa ia memukul Jean terlalu keras tadi?
"A-apa? J-Jean… tu-tunggu.."
Eren salah tingkah. Sumpah demi apapun Eren sekarang merasa takut. Darimana Jean tahu? Hmm, harus Eren akui, ia memang –errrr memiliki hubungan 'tidak normal' dengan senseinya itu. tapi… kenapa hal itu harus terbongkar oleh temannya sendiri?
"Kau tidak betah dengan hubungan kalian, kan? kau tidak suka dengan sikap sir Rivaille yang seenaknya, dingin dan ambigu kan?" Jean semakin berani melihat gelagat Eren.
"J-Jean! Cukup!"
"Kenapa kau tidak membalasnya?"
"A-apa maksudmu?" Eren merasa sakit kepala sekarang. Ini bocah kenapa tiba-tiba jadi freak begini, sih? Seperti Polantas yang menilang pelanggar aturan lalu lintas. Sepertinya Eren benar-benar merasa bersalah karena pukulannya membuat Jean jadi aneh.
"Kenapa kau tidak mencoba hal baru…. Denganku misalnya?
"Hah?" Eren sukses mangap di tempat.
Eren ingat betul hari itu. hari di mana ia memulai hubungan anehnya dengan Rivaille… memang ia yang menyatakan semuanya lebih dulu. Ia berani menahan malu dan mendesak Rivaille di ruang guru pada jam pulang sekolah. Entahlah… Rivaille menerimanya dan hanya mengatakan hal yang ambigu. Rivaille mengatakan baiklah kalau itu memang maunya dan menyuruhnya merahasiakan hubungan aneh ini. Rivaille bilang, dia tidak ingin sekolah tahu dan berakhir membuatnya dipecat serta Eren dikeluarkan dari sekolah. Ya, Eren bisa mengerti itu.
Tapi… kenapa Rivaille selalu dingin kepadanya? Bahkan tak segan memberi hukuman karena nilai Matematikanya yang masuk dalam kategori usia balita. Ya, Rivaille memberinya tambahan pelajaran ekstra. Sangat sering malah. Eren pikir, pelajaran ekstra itu akan berlangsung menyenangkan… bukannya mengerikan seperti ini. Bayangkan saja dalam sekali pertemuan ia harus menyelesaikan minimal 100 soal. Apanya yang romantis?
Eren tahu ia sudah kelas 3 sekarang. murid SMA tahun akhir… tapi, bukan seperti ini yang ia harapkan. Dan akhir-akhir ini… yang Eren tahu, Rivaille sangat akrab dengan Petra serta… Mikasa. Entahlah… Eren akui kedua teman wanita sekelasnya itu sangat pandai di pelajaran Matematika… dan kebanyakan murid perempuan di sekolah ini menyukai sir Rivaille. Eren sangat paham akan itu. Dan itu… membuat Eren bimbang… apa benar Rivaille serius padanya?
"Kenapa kau mau saja sih pacaran dengan guru datar seperti dia?" suara Jean lagi-lagi menyadarkan Eren dari lamunannya.
"Memangnya salah…? Lalu kenapa kalau dia akrab dengan Petra?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan!"
"Aku tak mengalihkan pembicaraan."
" Kalau dia dengan Petra… bagaimana kalau kau juga… denganku?" Eren megap-megap. Yang benar saja… katakan berapa kuat pukulannya sehingga membuat Jean menjadi OOC begini?
"Hah?! Kau bercanda, kan? Kau benjol di bagian mana, Jean?! Seberapa banyak aku merusak neuron-mu?!" Eren panik. Ya sebenarnya pura-pura tak mengerti situasi dan bertingkah panik.
"Kenapa? Kau tidak mau? Kalau tidak dicoba… kita tidak akan tahu, kan?" Jean benar-benar mengabaikan pertanyaan gaje Eren. Yah apa boleh buat… Jujur, Jean sendiri tidak mengerti… dia bicara apa, sih?! Bisa-bisanya berani jujur begini di depan Eren… ini semua gara-gara Eren melihat ke Rivaille sialan itu terus sih.
"Jean… kau serius?"
"Yah… apa aku terlihat bermain-main?" Jean menggaruk kepalanya, mengalihkan pandangannya dari mata hijau Eren.
"… Ah! Aku tahu! Kau pasti dendam padaku, kan? gara-gara kemarin aku mendapat nilai 4 sedangkan kau 3 di kuis Matematika? Pintar sekali rencanamu!" Eren dengan tidak elitnya berkoar dengan keras, mengumbar nilai ironis yang ia dapatkan, membuat orang yang ada di sekitar tahu. Ya, untung saja sekitar mereka sepi…
"Ck! Jangan berlaku bodoh disaat begini, tolol! Untuk apa aku harus dendam kalau nantinya kita harus sama-sama remedial?!"
"Hahaha… benar juga… lantas…?"
"Ck… Eren, dengar! Berhenti bertingkah konyol untuk sesaat… aku serius, tahu! Aku tahu, aku berlebihan dan seenaknya… tapi, aku serius menyukaimu…" Jean yang sudah gemas kini mencengkram bahu Eren.
"Errr… sampai sini kau mengerti?" Jean tidak yakin kalau Eren mengerti maksud ucapannya. Ya bagaimanapun juga, orang pasti akan ragu kalau Eren akan mengerti jika melihat wajah cengoknya itu.
Eren mengangguk, Jean menarik napas, lalu menghembuskannya cepat… mencoba untuk bersikap sesabar mungkin.
"Aku tahu perasaan ini salah, tapi setidaknya… kau juga sama denganku, mempunyai perasaan yang salah. Tapi kenapa harus dengan Rivaille? Kau tidak lihat? Rivaille bahkan tidak menoleh sekalipun untuk melihatmu… dia hanya mementingkan dirinya sendiri."
"Memang kenapa kalau sir Rivaille seperti itu?"
"Kau tidak merasa kesepian? Kenapa kau tidak mencoba untuk melihatku? Bagaimana kalau kita diam-diam juga pacaran? Rivaille tidak akan tahu karena dia tidak peduli… kau mau mencobanya?"
"Itu –Itu artinya aku selingkuh, kan?" Eren mengerutkan wajahnya.
"Ya, bisa dibilang ya, bisa juga tidak… intinya kau mau tidak? Aku tidak masalah jika diduakan untuk sementara sampai kau memilih satu yang mana," Jean, kau benar-benar penyesat jalan seorang Eren, bung.
Eren terdiam. Menimbang-nimbang perkataan sahabat sejak kecilnya. Mata hijaunya sesekali menatap wajah penuh harap Jean.
"Yah… baiklah. Kita tidak akan tahu kalau tidak dicoba, kan?" Hah? Ren…! Kau berpikir apa sih? Kau mau nikung, ya?
Jean tersenyum. Ya, walaupun Eren bodoh, egois, keras kepala, dan terkadang menjijikkan… dia cukup membuat Jean merasa senang. Setidaknya… untuk saat ini, walaupun Jean separuh tak percaya karena sahabatnya ini menerima perselingkuhan ini begitu saja.
"Tapi bukan berarti kau bisa menjitakku seperti tadi seenaknya ya!"
"H-hey! Jangan mulai lagi, Eren! Kita bahkan belum membahas strategi ini secuil pun!"
"Cuih! Terserah! Aku bahkan belum menjitakmu secuil pun!"
"Belum pantatmu! Lalu apa yang kau pukul saat kita bertengkar tadi, hah?!"
"Itu kan tadi! Sekarang ya sekarang!"
"Gaaaah! Kau cari mati!"
Eren dan Jean kembali rusuh, tak sadar bahwa Rivaille yang tadi dipandangi Eren dari kejauhan kini berada di dekat mereka, tepat di balik pohon. Rivaille awalnya ingin mengajak Eren pulang bersama. Tapi apa boleh buat, ia mendengar semuanya. Ya, semuanya. Dan Rivaille merasa kesal sekarang. Tunggu… dia kesal pada seorang… Eren?
TBC
A/N: HAPPY BIRTHDAY FVVN POLN SI TANTE MECHOMZ! gue sebenernya ulangan agama 4 bab besok, tapi malah buat fic. Idenya aja baru dapet tadi gegara lagu Keep Holding On sama Innocence si Avril Lavigne. sketsa kasar tukang nikung ya gegara ffnya Poln sendiri wakswaks. Malah jadi multichap gini gzzz… pasti ntar terbengkalai-_- (doain aja nggak) gue ragu sebenernya bakalan publish apa nggak… soalnya gue rasa masih ada yang kurang di sini. Apa lagi baru pertama kalinya meninggalkan jejak di fandom ini. Ngeri-ngeri soalnya gue ga tau banyak tentang chara-charanya.
Cuy! Lu kenapa ultah di hari berkabung nasional sih? Gue jadi ikut berkabung gegara ulangan penjas sama agama besok tau! Wkwk, udah ah segini aja! Lop yuh, selamat tambah tua tante… :3 (note: jangan lupa janji lu ff tukang nikung buat gue)
Mind to review?
Kuas tak bertinta
