Yaa... Minna –san.. Hajimimashite.. XD
Ini.. First Fic Shiro-chan.. Gomen kalau jelek..
HitsuxMomo selalu kok.. ^^""
Disclaimer : Bleach punya Shiro-chan.. *Di Tabok Om Tite. Bleach Punya Tite-sensei..Punya Shiro dalam mimpi...
GREATEST GIFT
Ini bukan hari yang baik untukku. Hari ini, hari pertamaku di sekolah baruku. Karena mengikuti kerja ayahku, Aku terpaksa ikut ayahku Pindah ke sini. Di sekolah baruku ini, semuanya terasa asing. Teman – temanku cenderung cuek atau sibuk dengan gengnya masing – masing. Maklum, tahun ajaran baru sudah berlangsung beberapa bulan. Wajar saja jika hampir semua anak sudah saling mengenal satu – sama hanya bisa pasrah. Untung ada seorang anak yang mau menemaniku. Namanya Kuchiki Rukia.
Walaupun dia teman baikku (Atau mungkin satu – satunya temanku) dia lebih senang berduaan dengan temannya, atau mungkin lebih pantas di sebut pacar, Kurosaki Ichigo.
Tiga minggu setelah masuk sekolah, kebetulan sekali sekolahku mengadakan Rekreasi. Semua murid bersemangat menyambutnya, Kecuali aku. Aku begitu rindu dengan teman – teman lamaku. Beberapa temanku kadang masih sesekali mengirim surat. Namun, hal itu tidak cukup mengobati rasa kesepian yang ku rasa. Apalagi, tepat saat Rekreasi nanti berlangsung, Aku berulang tahun.
Hari ini rasanya berlangsung begitu lama. Aku benar – benar merasa jenuh. Aku ingin cepat cepat pulang. Konsentrasiku buyar dan aku tidak bisa memerhatikan pelajaran. Iseng. Aku menulis di atas secarik kertas.
Bagaikan Alat musik tak bernada
Itulah diriku kini
Bagaikan gitar kehilangan senarnya
Itulah diriku tak berseni
Biarkan aku menemukanmu
'Tuk melantunkan lagu untukmu
Bel skolah berbunyi nyaring, tanda sekolah udai. Aku dengan tergesa – gesa membereskan tasku dan beranjak pulang. Tanpa ku sadari, Coretan kecilku tadi tertinggal begitu saja di laci mejaku.
"Momo! Mau pulang bareng ngak?" Tanya Rukia.
"Ah... Ngak papa kok, aku pulang sendiri saja. Lagi pula, Kurosaki-kun sudah menunggumu tuh.." Kataku sambil tersenyum.
Keesokan harinya, pagi pagi sekali, aku sudah sampai di kelas. Aku duduk di bangku. Tanganku menyentuh sesuatu halus di laci meja.
Sebuah kertas yang terlipat rapi berada di sana dan tertulis...
Dear Diva, dengarkan...
Janganlah bersedih sendirian
Biar kupasangkan senar berwarna keemasan
Biar kulantunkan melodi indah tak terkatakan
Hingga kau tak merasa kesepian
Jadikanlah aku kawan
Jangan katakan kau tak punya teman...
From The White Snow
Aku terhenyak. Siapa itu White Snow? Aku tidak menemukan petunjuk sedikitpun. Di kelas belum ada orang. Aku memperhatikan tulisan pada kertas di tanganku. Tulisannya terlalu rapi, tidak serapi tulisan anak laki-laki. Mungkin saja di tulis oleh anak perempuan? Tapi, kenapa memakai nama aneh itu? Ah, Bingung! Aku membalik kertas puisi itu dan menuliskan balasan...
Jangan bersembunyi di balik kelambu
Tunjukkan jati dirimu
Ia yang bersembunyi di balik bayangan
Tak berniat sungguh – sungguh tuk berkawan
Dengan penuh harap, aku menaruhnya kembali di laci. Aku berharap, White Snow akan menemukannya.
Dugaanku tepat. Lagi – lagi, White Snow membalasnya. Pertemanan di atara aku dan dia pun terjalin seiring dengan kata – kata yang mengalir. Namun, tak sedikitpun petunjuk mengenai siapa White Snow itu. Aku berusaha menebak – nebak. Namun tak berani bertanya
Waktu Rekreasi semakin dekar. Sedikit banyak,aku sudah bisa berteman dengan murid – murid lain. Meskipun begitu, tetap saja tak ada yang bisa menandingi kedekatanku dengan teman misteriusku itu.
Ketika tepat sehari sebelum Rekreasi, Aku mendapatkan secarik kertas dari White Snow.
Kan kubuka baju Zirah yang selama ini menutupi wajahku
Kan kukuak kelambu yang penuh tanda tanya
Kuharap engkai tahu
Siapakah aku ternyata.
Jantungku berdegup kencang. Siapakah gerangan pangeran misteriuku itu? Ah, jadi merasa seperti putri dalam dongeng masa kecilku nih. Gelisah aku jadinya.
Hari yang dinanti tiba, Tidak seorangpun tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Sepanjang perjalanan ke Kebun Binatang, Aku tidak bisa menikmati. Aku sibuk melirik ke sana – sini, mencari siapakah gerangan pangeranku. Lagi – lagi, aku tidak menemukan SATU pun petunjuk. Tidak ada seorang teman yang mendekatiku. Semua sibuk menikmati pertunjukan teater Hewan atau kegiatan lainnya.
Haripun menjadi sore, dan sore menjadi malam. Rombongan kelasku makan malam di salah satu restoran bernuansa modern minimalis. Ada Live Music yang mengalun ketika orang sedang mengisi perut.
Ketika rombongan sedang asyik makan malam, tiba – tiba salah satu murid laki – laki yang bertubuh kecil dan berambut putih seputih salju itu maju ke depan. Namanya Hitsugaya Toushiro. Dia mendekati gitaris yang baru saja menyelesaikan sebuah lagu. Ia meminjam gitar dan mulai memetiknya pelan pelan. Dengan suara yang indah, Hitsugaya bernyanyi...
Janganlah bersedih wahai Divaku sayang
Tersenyumlah dan nyanyikan lagu untukku
Kupasangkan senar emas untukmu sayang
Di Hari Ulang Tahunmu
Selamat Ulang tahun wahai Divaku sayang
Ingatlah aku sahabtmu
Jangan bersedih lagi Sayang
Karena aku selalu ada untukmu
Semua orang bertepuk tangan riuh begitu Hitsugaya menyelesaikan lagunya. Aku terhenyak. Kata kata itu hanya di ketahui olehnya dan White Snow. Ya, Mungkin saja aku benar, Kalau begitu, Hitsugaya Toushiro adalah White Snow. Lelaki itu berjalan dengan santai mengahampiriku. Dengan wajah malu – malu dia menyerahkan sebuah mawar putih. Seputih rambutnya.
"Hai Hinamori. Selamat Ulang Tahun ya. Semoga lagu dan mawar ini cukup indah untuk menjadi kado ulang tahunmu..," Kata Hitsugaya tersenyum.
"I, Itu.. Sudah lebih dari cukup kok.. Hitsugaya – kun.." Jawabku sambil menerima mawar darinya.
Waah.. Akhirnya...
Gimana? Ini First Fic Shiro-chan soalnya? Gomen kalau jelek..
