Chapter : 1
IF I HADN'T MET YOU
Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto.
Pairing : Suamiku Uchiha Madara dan Hyuga Hinata
Warning : Rate T, crack pairing, sedikit OOC, AU, Typos everywhere
Fanfic ini memang terinspirasi dari lagunya Aimer dengan judul Anatani de awanakereba.
Author baru, harap maklum jika banyak kesalahan.
Don't Like Don't Read…
" Kioku nado iranai eien ni nemuritai
Mou kono mama asa ga konakutatte ii ya
Itsumo yume no naka dewa anata wa waratteru
Doushite ne~e kienai no?
I gave you everything. You gave me anything?
Kitto itsumade temo
You' re everything, still my everything
aishiteru nda yo
Manatsu ni futta yuki no you na sore wa hakanai kiseki nanda
Anata ni deawanakereba kon'nani setsunakute
Mune o shimetsukeru koto mo nakatta soredemo
Anata ni deaenakereba tsuyosa mo yasashisa mo shiranai mama
Heya no sumi de naiteita nani mo miezu ni.."
Didalam mobil yang melaju kencang, seorang gadis lamat-lamat ikut menyanyikan beberapa bait syair lagu yang diputar stasiun radio. Lagu yang sangat ia hapal diluar kepala, maklum saja ia adalah penyanyi sekaligus pencipta lagu tersebut. Lagu yang sedang populer tidak hanya di Jepang dan Korea, tapi hampir diseluruh dunia. Salah satu dari sekian banyak lagu yang khusus ia ciptakan untuk seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya selama ini. Pria yang menjadi cinta pertamanya, yang sudah sepuluh tahun terakhir tak ia ketahui dimana rimbanya.
Perasaan rindu, benci, cinta, sakit hati, bahagia, terluka didalam hatinya terhadap pria tersebutlah, yang selama ini ia tuangkan dalam setiap syair lagunya. Pria yang pernah membuat ia begitu bahagia dan terlena, juga pria yang membuat ia bagaikan gadis pesakitan dan merana serta menderia. Pria yang tidak ia ketahui siapa nama aslinya? dimana rumahnya? Siapa orang tuanya? Apa pekerjaannya? Dan lain-lain. Pria yang hanya ia ketahui bernama Mada, yang telah menjungkirbalikan hidupnya, merubah pandangan hidupnya tentang cinta dan kesetian.
"Hinata-san, saat ini anda adalah penyanyi yang paling terkenal di Jepang, lagu-lagu anda selalu berada dipuncak tangga lagu, namun tidak pernah tersiar sedikitpun kabar tentang percintaan anda di infotainment, apakah anda memang belum mempunyai seorang kekasih?". Tanya pemandu acara sebuah Talkshow yang mengundang Hinata di acaranya.
" Aku memang belum mempunyai kekasih, dan aku tak membutuhkan itu." Jawab Hinata singkat dan mantap.
" Apakah anda pernah mengalami kisah cinta yang pahit, sehingga anda tidak ingin memiliki kekasih lagi? ". Tanya sang pemandu acara itu lagi.
"Tidak. Saya hanya belum membutuhkan itu, saya sedang fokus terhadap karir dan belum memikirkan hal-hal seperti itu." Jawab Hinata diplomatis.
Hyuga Hinata, seorang penyanyi terkenal di Jepang, yang mengawali karirnya diusia enam belas tahun. Bermodalkan suara merdu dengan jangkauan hampir tiga oktaf, wajah cantik dengan iris berwarna lavender muda nan cerah, kulit seputih susu, rambut indigo sepinggang, tinggi 165cm, dengan sikap lembut nan bersahaja juga rendah hati. Menapaki puncak kesusksesan setelah hampir sepuluh tahun berkarya, menciptakan lagu-lagu tentang cinta dan sakit hati, yang semuanya ia tujukan untuk lelaki pujaannya yang entah ada dimana.
Dua puluh satu tahun yang lalu, seorang gadis kecil yang masih duduk di bangku TK menangis didepan kelasnya, karena sang ibu yang biasa menjemput tak kunjung tiba. Beruntung ibu kepala sekolah melihatnya dan berniat mengantar pulang sang gadis.
"Hinata-chan, kenapa menangis sayang?". Tanya sang kepala sekolah.
"Ka Ka-san ku belum datang bu guru, se sedangkan teman-temanku sudah pulang semua bu". Jelas gadis mungil itu seraya mengusap matanya yang basah.
"Hinata-chan jangan menangis ya, ibu akan menelpon Ka-san mu. Sebentar ya sayang". Jelas ibu kepala sekolah seraya membuka tas kecil yang ia bawa, mengeluarkan telepon seluler dan mulai menelpon kediaman keluarga Hyuga.
Dengan wajah gembira sang ibu kepala sekolah menjelaskan kepada Hinata. "Hinata-chan, pantas saja Ka-sanmu tidak menjemput hari ini. Ka-san mu sedang dirumah sakit. Karena adikmu akan lahir sayang".
Hinata terkejut dan kemudian tersenyum bahagia mendengar adik yang dinanti-nantikannya akan segera lahir. "A adikku akan lahir..?" jawabnya berkaca-kaca.
"Ka-san.. Ayo kita pulang" seru suara asing diantara mereka.
"Mada-kun, kau sudah datang. Sebelum kita pulang, kita antar gadis ini dulu ke rumah sakit Konoha ya!". Pinta sang ibu kepala sekolah.
"Baik". Jawaban singkat si anak yang bernama Mada, yang berjalan ke arah mobil dan membukakan pintu belakang mobil untuk sang ibu dan gadis kecil murid ibunya.
Itulah awal perjumpaan Hinata dan Mada. Hinata saat itu berusia lima tahun dan Mada berusia delapan belas tahun.
Selama Ka-san nya belum pulih, Hinata pergi sekolah diantar oleh Tou-san nya, dan pulang dengan ibu kepala sekolah dan Mada.
"Ma Mada-kun, arigatou ne.."ucap Hinata malu-malu saat keluar dari mobil.
"Hmm.." jawab Mada singkat, seraya mengendarai mobil tanpa membalas lambaian Hinata.
Hinata tak pernah memasukan kedalam hati dengan sikap Mada yang seperti itu, karena memang usia Hinata yang masih kecil. Hinata hanya beranggapan bahwa Mada sama sepertinya, pendiam dan tidak banyak bicara, meskipun wajahnya tampan.
Waktu demi waktu berlalu, kesehatan ibunda Hinata berangsur-angsur pulih, sehingga beliau dapat kembali menunaikan kewajibannya, mengantar jemput Hinata. Kadang Hinata merasa rindu terhadap Mada-kun. Rindu akan tatapannya yang tajam dan menusuk, rindu sikapnya yang dingin, rindu pembawaannya yang pendiam dan tegas serta rindu akan kehadirannya.
Hari berganti, bulan berlalu, namun rasa rindu Hinata akan sosok Mada tak pernah berubah. Ia selalu membayangkan perubahan apa saja yang mungkin terjadi pada Mada selama ini. Ia sering membayangkan bahwa rambut Mada pasti semakin panjang, mengingat cerita ibu Mada waktu mengantarnya pulang.
"I ibu kepala sekolah, kenapa Mada-kun rambutnya panjang?". Tanya Hinata polos diiringi semburat merah di pipinya.
"Mada-kun terlalu sibuk belajar, sehingga tidak memperdulikan rambutnya yang sudah panjang". Jawab ibu kepala sekolah sambil tertawa kecil menggoda putranya.
Pemuda yang dibicarakan hanya menghela nafas dan menatap sekilas kebangku belakang lewat kaca spion. Itulah Mada, selain ketampanannya ternyata sikap cueknya juga mampu membuat para gadis dikampus menggilainya.
Tanpa Mada sadari, dengan sikap, sifat dan fisik dirinya yang seperti itu, menjadikannya seorang idola bagi gadis kecil, yang tersimpan rapi dihati mungilnya dan bertahan hingga bertahun-tahun lamanya.
Hari ini Hinata bersiap-siap pergi ke sekolah barunya di Konoha High School. Ia nampak sangat bersemangat untuk mengikuti pelajaran di hari pertama sekolahnya. Kini Hinata sudah berumur empat belas tahun, namun wajahnya masih tetap seperti gadis kecil dan kebiasaannya pun masih sama, rona merah tergurat dikedua pipinya ketika malu, memainkan kedua jari telunjuknya didepan dada saat ia gugup dan tergagap saat ia terkejut.
Hinata duduk dikursi dekat pintu didalam kereta menuju sekolah barunya, mendengarkan musik melalui headset dan membaca buku pelajaran, membuatnya tak merasakan tatapan iris hitam kelam nan indah yang memperhatikannya semenjak dia duduk. Hinata masih membolak balikan buku pelajarannya ketika pria bersurai hitam panjang tak tertata berdiri dihadapannya. Pria tampan dengan tatapan mata membius yang sedari tadi menatapnya dikejauhan kini tepat didepannya.
Lelaki dengan tinggi sekitar 187cm, berbadan tegap dan proporsional, dengan setelan jas hitam dan tas kerja selempang hitam itu seakan sangat mengenal Hinata. Terlebih saat Hinata mengedarkan pandangannya sesaat ke arah jendela, terlihat jelas iris lanvender mudan nan cerah. Iris yang tak pernah dilupakan oleh lelaki dihadapannya meski telah bertahun-tahun yang lalu.
"Hinata-chan?" tanya si lelaki dihadapan Hinata, sesaat ketika mata mereka saling bertemu pandang.
"Ha-haiik." Jawab Hinata terkejut, karena ia sama sekali tidak mengenali sosok lelaki tampan dihadapannya.
"Mada" ucap lelaki tadi seraya menjulurkan tangan kananya kearah Hinata.
Hinata terkesiap tak percaya dengan sosok yang ada dihadapannya. "Ma- Mada.. Kun" jawab Hinata benar-benar terkejut dan tak percaya hingga membulatkan kedua irisnya.
Hinata tak sadar Mada telah menjulurkan tangan kanannya kedepan Hinata untuk bersalaman. Beberapa detik kemudian Hinata tersadar dan membalas tangan Mada, segera menjabatnya dengan lembut diiringi senyuman.
"Hinata-chan sekolah dimana?" tanya Mada memecah kesunyian diantara mereka.
"A- Aku sekolah di Konoha High school" jawab Hinata. "Mada -kun sendiri mau kemana". Hinata balik bertanya kepada pria yang baru ia jumpai setelah sembilan tahun tak bersua.
"Aku mau ke kantor". Jawab Mada singkat.
Memang pertemuan antara Hinata dan Mada kali ini bukanlah yang pertama. Namun pertemuan mereka saat menimbulkan perasaan yang aneh baik dihati Hinata maupun Mada. Getaran getran aneh mereka rasakan semenjak pertama kali pandangan mata mereka beradu.
Hampir tiap hari mereka berangkat bersama. Terkadang Mada membawa mobil Tou-sama nya dan menjemput Hinata di depan kediaman Hyuga. Hari – hari mereka lalui dengan indah, walaupun usia mereka terpaut 13tahun.
Mada tidak sekalipun menceritakan tentang asal usulnya, siapa dan bagaimana keluarganya, ataupun pekerjaannya. Mada memang sosok yang pendiam dan misterius namun tegas dimata Hinata. Yang Hinata tau Mada adalah putra dari ibu kepala sekolah, waktu Hinata duduk di bangku TK, bagi Hinata itu sudah cukup. Identitas Mada tidak pernah Hinata hiraukan selama ia bersamanya. Pernah sesekali Hinata bertanya mengenai orang tuanya, tapi Mada tak menjawab dan mengalihkan pembicaraan.
Perbedaan usia diantara mereka tak mampu menghalau benih-benih cinta untuk tumbuh dengan suburnya didalam hati mereka. Dalam diam mereka saling mencintai, meski tak pernah diungkapkan namun persaan itu tercermin dalam sikap mereka yang saling membutuhkan, merindukan dan mendamba. Terutama Mada, yang kian hari semakin posesif dan overprotectif terhadap Hinata. Hinata tidak pernah kesal dengan sikap Mada yang seperti itu, Hinata malah terkesan menyukainya dan tidak pernah mengulang apa yang tidak Mada sukai dari dirinya.
Saat Hinata berulang tahun ke 15, Mada mengajak Hinata candle light dinner disebuah restaurant mewah yang didekorasi dengan sedemikian romantisnya. Disitulah Mada memgungkapkan perasaannya kepada gadis mungil dihadapannya. Walau sebagian otak Mada mengatakan bahwa apa yang dilakukannya benar-benar bukan style-nya, namun demi gadis pujaannya Mada rela menggadaikan derajat dan martabatnnya. Lagipula Hinata tidak mengetahui asal usulnya, sehingga menurut Mada pengakuan cintanya bukanlah suatu masalah besar yang benar-benar akan meruntuhkan martabatnya. Meskipun ia mengatakan cinta kepada gadis kecil.
Bak gayung bersambut. Hinata menerima ungkapan cinta dari Mada. Karena Hinata memang sangat mencinta pria yang ada dihadapannya, sehingga tak perduli dengan perbedaan usia mereka.
Selepas pernyataan cinta Madara, Hinata memberanikan diri untuk berdiri dan naik keatas panggung, menyanyikan sebuah lagu ciptaannya sendiri untuk Mada, pria yang selama ini selalu hadir dalam mimpi indahnya.
"Two people together Tomorrow forever So touch me now You and me
It was just a dream until you came along
My heart was waiting just for you
We both heard these promises for far too long
But now you make the words come true
I need to have you close tonight
And show me how
You can make me feel this way
We are the right combination
For love (For love), we're all we need (Ooh)
It's just you and me
We make the right combination
Straight from the heart, love is the key..."
Mada tak percaya dengan keberanian gadis kecilnya naik keatas pentas, dan menyanyikan lagu cinta untuk dirinya, dengan suara yang sangat merdu.
"Hinata -chan, suaramu bagus sekali, aku tak tahu kalau kau dapat bernyayi sebagus itu" beber Mada selepas mendengarkan Hinata bernyanyi.
"Ma- Mada-kun bisa saja, suaraku tidak sebagus itu". Jawab Hinata malu-malu dan kembali dengan kebiasan tergagapnya.
"apakah kau ingin jadi penyanyi Hinata-chan?". Mada bertanya dengan suara lirih namun terdengar jelas ditelinga Hinata.
"Ti- tiidak..!". Jawab Hinata singkat. Jauh didasar hatinya, Hinata ingin sekali menjadi penyanyi sejak kecil. Namun karena sikap pemalunya ia mengesampingkan bakat dan minatnya untuk menjadi penyanyi. Mekipun ia sudah menciptakan puluhan lagu beberapa tahun ini. Lagu-lagu yang menyenandungkan perasaan cinta, harapan dan mendambanya, terhadap seorang Mada.
"aku pikir kau cukup bertalenta dan sayang sekali jika kau tidak memanfaatkan apa yang kau miliki ". Terang Madara kepada gadis kecilnya. Bagi Mada membiarkan kekasihnya menjadi publik figure baik sebagai artis dan penyanyi adalah suatu kesalahan. Karena Mada dengan segala apa yang dimilikinya tak akan membiarkan kekasihnya menjadi pujaan orang lain, apalagi pria lain. Namun ada sesuatu hal dalam diri Mada yang membuatnya harus berkata demikian. Sesuatu yang tak mungkin ia katakan kepada gadis kecilnya.
"Ju-jujur.. Sebenarnya aku memang ingin sekali jadi penyanyi. Sejak kecil aku ingin sekali berada diatas pentas dan menyanyikan lagu-lagu yang kubuat" jelas Hinata. " tapi kadang aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan itu semua". Sambung Hinata lagi.
Madara mengambil tangan mungil gadis kecilnya, menggenggamnya penuh kelembutan dan cinta. Dan berkata " jika kau ingin jadi penyanyi, jadilah penyanyi yang rendah hati dan bersahaja. Aku yakin dengan bakat dan kemampuan yang kau miliki, semua impianmu akan menjadi nyata. Percaya diri kamu memang memiliki kemampuan. Buang jauh-jauh sifat pemalumu diatas panggung. Dan satu lagi pesanku.. Jangan umbar tubuhmu saat kau sudah jadi penyanyi dan terkenal nanti. Karena tubuhmu hanya aku yang berhak melihat dan memilikinya. Karena hanya aku yang akan menikahimu nanti". Jelas Mada seraya mengecup lembut kening kekasihnya.
Hinata terkejut dengan semua perkataan Madara, terlebih lagi saat Madara mengecup keningnya. Tak terasa air mata menetes dari kedua matanya. Mada Mengusap lembut pipi Hinata yang dialiri air mata, dan memeluknya. Semua terasa indah dan nyaman bagi Hinata saat dalam pelukan Mada.
Dalam dekapan sang pujaan Hinata mengangguk, pertanda ia akan mencoba dengan sepenuh jiwa, menjadi seorang penyanyi.
Madara mengantar Hinata sampai di kediaman Hyuga. Mencium lembut kening Hinata sebelum pergi meninggalkannya. Hinata menatap kejalan sampai mobil Mada hilang dari pandangan.
Namun setelah mengungkapakn cintanya Mada tidak pernah lagi hadir dikehidupan Hinata. Hinata bagaikan orang yang bingung mencari keberadaan Mada. Setiap pagi ia berharap dapat bertemu Mada dikereta seperti setahun yang lalu. Tidak ada lagi senyum dan kecerian diwajahnya. Ia merasa benar-benar tertipu oleh Mada selama setahun ini. Hari-harinya kian kelam dan tak berwarna semenjak kepergian Mada yang entah kemana. Tangisan, makian setiap saat ia luapkan untuk Madara.
Enam bulan lebih Hinata menjalani hari-hari bak mayat hidup. Makan tak selera, tidur tak nyenyak bahkan nilai disekolah pun jeblok. Wajahnya kian pucat pasi dan tubuhnya semakin kurus. Ka-san dan Hanabi hanya bisa menangis melihat keadaan Hinata yang seperti itu. Sedangkan Tou-san bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dengan putri pertamanya.
Ka-san berusaha mencari lelaki yang telah membuat putrinya seperti mayat hidup. Ka-san takut kalau- kalau putri cantiknya mengalami kekerasan fisik ataupun seksual. Namun hal tersebut tidaklah benar. Karena setahun kebersamaan Hinata dan Mada, Mada sangat menghormati dan memperlakukan Hinata dengan sopan. Mereka belum pernah melakukan apapun lebih dari pegangan tangan, bahkan mencium kening pun pertama kali Mada lakukan di candle light dinner ultah Hinata ke 15. Akhirnya Ka-san memberhentikan upaya pencarian Mada setelah Hinata menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Melihat Ka-san yang selalu menangis membuat Hinata merasa sangat bersalah, dengan perbuatannya selama ini. Hinata mencoba bangkit dan berdiri dari keterpurukannya karena Mada. Hinata kembali menjalani hari-harinya seperti dulu. Dulu sebelum ia bertemu dengan Mada. Hinata kembali menjadi pribadi yang sangat tertutup namun tegar dan penuh percaya diri. Ia buang semua perasaan cinta terhadap Mada, menuangkan segala sakit dan perihnya hati karena kepergian Mada yang tiba-tiba dan terkesan seperti mencampakan tanpa alasan kedalam lagu-lagunya. Jika dulu ia menulis lagu cinta, kini ia menulis lagu tentang penderitaan karena cinta.
Dengan rasa percaya diri, Hinata bangkit dari keterpurukan. Hinata melamar menjadi penyanyi part time di sebuah caffe milik teman sekolahnya dan menjadi pengisi acara di pensi sekolah-sekolah, atas saran Hanabi, Hinata membuat demo dan dikirimkan ke perusahaan-perusahaan rekaman. Sampai suatu hari Hinata mendapat telepon dari sebuah perusahaan rekaman terkenal di Jepang, dan menyuruhnya datang untuk take vocal. Pihak perusahaan tertarik dengan suara merdu Hinata dan wajahnya yang terbilang komersil.
Diusia tujuh belas tahun Hinata sudah menjadi penyanyi baru yang terkenal. Lagu- lagu yang dinyanyikannya sering kali menjadi soundtrack dorama dan anime. Wajah cantiknya sering hilir mudik diacara infotainment.
Tahun ke tahun pencapaian Hinata dalam karir sangat luar biasa. Kahidupannya semakin mapan. Pundi-pundi emasnya makin tak terhitung. Namun jiwanya kosong. Hatinya hampa. Luka yang diberikan pria yang amat dicintainya terlalu dalam, sehingga tak dapat disembukan obat apapun termasuk pria lain. Karir dan prestasi cemerlang diraihnya. Namun tak pernah sekalipun berita tentang percintaanya muncul diinfotainment.
Menginjak usia ke dua puluh enam pun Hinata tak pernah terdengar memiliki hubungan dengan pria manapun. Jauh sudut hatinya, Hinata masih mengharapkan seseorang yang pernah meninggalkannya tanpa pesan, akan datang kembali dan meminangnya. Namun disudut hatinya yang lain hanya berisi kebencian, sakit hati dan dendam.
"Hinata-san, untuk pertanyaan terakhir. Apa harapan anda untuk kedepannya, baik memgenai karir dan percintaan anda?". Tanya sang pemandu acara sambil tersenyum kecil.
"Harapan saya.. Mudah-mudahan lagu-lagu saya semakin diterima oleh masyarakat dan digemari. Itu saja". Jelas Hinata menutup pembicaraan mereka.
Author baru. Yang menulis dengan segenap perasaan. Maaf jika jalan ceritanya gaje dan berantakan. Masih butuh banyak belajar dan masukan.
Menerima berbagai kritik dan saran yang sopan dan tidak menyakitkan hati.
Semoga menghibur.
