FELINE
…
Cast : Cho KyuHyun, Lee Sungmin, Kim HeeChul, Cho Kyung (Block B/merubah marga) dan penambahan akan dilakukan sesuai kebutuhan 'porsi'
Rate : T (mungkin M untuk nanti)
Genre : Family, Romance, Friendship
Disclaimare : FF milik saya. Ide yang saya masukan dalam FF ini adalah hasil dari 'tekanan' karena memikirkan suatu hal.
Warn : YAOI. Typo(s). Pemula.
Summary : "Hal yang membuatmu begitu candu, membuatmu bisa melupakan segala hal, segala hal yang membuatmu benar-benar tertekan dan harus kau hindari demi kelangsungan hidup dimasa depan."
.
.
.
Pagi yang buruk. Itu adalah kalimat yang akan menemaniku diruang tamu. Kenapa harus wajah itu yang datang menghampiri sabtu pagi kali ini? Ironis sekali hidupku, sungguh. Memandang penuh tanya pada seonggok manusia yang tengah menerima panggilan dari rekan bisnisnya, kupikir. Tertawa renyah tetapi ekspresi yang Ia keluarkan bukanlah orang yang terlihat sedang terhibur. Wajahnya biasa saja. Dia punya bakat Acting, asumsiku.
Bersiap dengan apa yang akan 'orang tua' itu lontarkan, nanti. Merilekskan tubuhku diatas sofa empuk yang tengah ku duduki. Ia menutup 'panggilan bisnis'nya. Dan mulai membuka suara dengan tenang.
"singkirkan semua barang yang akan merusak konsentrasi belajarmu. Termasuk dia, 'teman sekelas'mu. Ayah tidak sedang bergurau dan sebaiknya kau lakukan dengan patuh. Segera." Pandangan intimidasi itu sangat kubenci. Seperti halnya aku membenci apa yang baru saja orang yang paling kubenci itu katakan.
"bisakah kau membuat sesuatu yang normal? Maksudku baik untukku juga untukmu. Bukan hanya baik untuk satu pihak?" mencoba bernegosiasi. Cukup sadar dengan apa yang aku katakan, hanya akan menambah masalah lain, kurasa.
"Kita bukan partner. Aku ayahmu. Aku berhak mengatur segala sesuatu yang salah didalam keluarga yang aku naungi. Jadi berhenti merengek seperti bayi yang masih menyusu kepada ibunya." Aku berdecak. Dan memandang nyalang kearah 'orang tua' didepanku.
"Ayah! Semua yang kau perintahkan selalu aku lakukan dengan baik dan untuk kali ini saja Ayah, aku mohon.. jangan membuatku menjadi pemberontak hanya karena keinginan dan hal yang menurutku itu adalah suatu yang baik untukku. Untuk diriku. Tanpa ada campur tangan darimu. Jangan kau larang. Kumohon." Berusaha meyakinkan. Walaupun tidak yakin akan berhasil.
"Tidak. Ini bukan tempat yang tepat untuk bergantung pada 'orang lain'. Kau tau apa maksudku, sangat."
"Aku akan belajar mengelola semua bisnis dan perusahaan seperti yang kau perintahkan. Aku akan melakukannya. Tapi tidak untuk menjauhi 'teman sekelas'ku Ayah. Itu keputusanku."
"hahaha." Diam, memandang 'orang itu' dan mengernyitkan dahi. Apa yang lucu? Kenapa orang ini tertawa seperti itu?
"Dengar, nak. Didalam dunia bisnis, kawanmu adalah lawan yang akan siap menusukmu kapan saja. Disaat kau terlihat lengah dan lemah." Tukasnya.
"Ayah tau, 'teman sekelas'mu itu adalah satu titik lemah yang akan membuatmu hancur dalam hitungan jam. Bahkan detik." Sambung orang tua itu sarkastis.
Aku diam. Sial. Apa yang sebenarnya orang tua ini mau?
"Jadi.. tidak ada 'orang lain' yang akan mengganggumu selama kau belajar. Aku disini akan membimbingmu menjadi pebisnis hebat setelah kau menyelesaikan sekolahmu. Dan sampaikan salamku untuk 'teman sekelas'mu itu. Katakan padanya kau akan pergi untuk melakukan pendidikan bisnis diluar negeri setelah lulus dari sekolahmu. Ini bukan perintah. Ini permintaan demi kebaikan 'anak dari seorang Ayah'. Kau paham? Baiklah. Ayah pergi untuk beberapa hari ke luar kota. Dan jadilah anak baik dirumah serta jaga adikmu." Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Menghela napas dan memejamkan mata, lelah. bersandar pada sofa yang aku duduki dengan terus merutuki semua keputusan yang 'orang tua' itu buat.
Apa yang harus aku lakukan ibu? Menatap kosong pada langit-langit rumah dan membayangkan disaat seperti ini, Ibu adalah sandaran yang paling nyaman dan sangat aku butuhkan.
"Ayah pergi."
Lamunanku buyar saat kata berpamitan terlontar dari 'orang tua' itu.
"Jangan kembali." Aku, tidak serius mengatakan ini. Hanya 'rutinitas kata' yang selalu aku katakan pada 'orang tua' didepanku. Ia terlihat sedang merapikan bajunya yang terlipat kusut karena duduk tidak terlalu lama.
"Kau ingat? Ini rumahku. Dan naunganku."
"Aku membencimu."
"Aku juga menyayangimu, nak. Baiklah, sampai nanti." Ia berjalan menuju pintu utama dengan langkahnya yang angkuh.
"Kau menyebalkan, Ayah!"
"Terima kasih." Dia berbalik dan melambaikan tangannya itu.
Dan dia pergi, menghilang dari balik pintu 'rumah megah' miliknya ini.
.
.
.
TBContinue
Pemula. Maaf jika masih jauh dari kata 'lumayan bagus'. Jika ada respon akan aku lanjut ^_^
RnR?
