Anyting related to Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Ela Luna
Never Forgive Me, Never Forget Me
-Epilogue-
Langit mendung.
Angin dingin berhembus.
Jaket yang melekat di tubuhnya seakan tak dapat menepis angin dingin yang berhembus. Ia merapatkan jaket berwarna coklatnya itu erat-erat ke tubuhnya. Sia-sia, angin tetap saja dapat menembus pertahanannya. Terasa menusuk, teramat dingin seakan dapat membuat dirinya membeku hingga mencapai ke dalam tulang-tulangnya. Langit kelam yang berhiaskan awan hitam seakan menggambarkan suasana hatinya saat ini. Gelap, kelam dan kacau. Sekelilingnya gelap, hatinya kelam dan perasaannya kacau. Setidaknya cahaya lampu jalan memberikan sedikit keterangan agar ia dapat melihat sekelilingnya dengan cukup jelas.
Sayang, cahaya lampu itu tak mampu menerangi hatinya. Sakit, itu yang dia rasakan saat semua ingatan masa lalu kembali menimpanya. Kenyataan pun tak jauh lebih baik. Menjalani kenyataan setelah menyadari masa lalu hanya membuat rasa sakitnya bertambah menjadi dua kali lipat.
Ia sadar betul kalau dirinya tak sanggup menerima kenyataan ini. Mati, ia ingin mati. Konyol sekali, mati tak akan menyelesaikan masalah ini. Mungkin mati dapat mengakhiri rasa sakit yang ada di hatinya ini tapi tidak membuat semuanya lebih baik. Keputusan itu akan membuatnya lolos dari semua ini namun akan menambah beban bagi orang yang terlibat dalam masalah ini. Tak mungkin, egois sekali dia. Mana mungkin ia bisa tenang di alam sana sementara orang-orang yang ia sayangi menderita karenanya.
Oh Tuhan! Tapi ia ingin lari dari semua ini. Meninggalkan dunia ini terlihat seperti jalan yang terbaik. Takdir baik tak berpihak pada dirinya. Baru saja ia akan merasakan kebahagian karena dapat menemukan orang yang selama ini telah menghilang dari hidupnya. Kejam, kini orang yang telah lama menghilang dari hidupnya itu akan meninggalkannya dengan cara yang menyakitkan.
Dengan hati-hati ia merogoh tas yang dibawanya. Ia mencari sebuah benda yang berharga baginya. Sebuah pisau. Pisau dari orang yang dikasihinya tapi juga dari orang yang telah membuat hatinya hancur seperti saat ini.
Dengan ini ia ingin mengakhiri penderitaannya di sini dan saat ini juga.
"SAKURA!"
Terlambat, tinggalkan aku. Biarkan aku pergi.
A/N: Kurasa banyak yang mengira cerita ini aneh dan tak dapat ditebak dengan pasti. Aku mengerti, ini hanya epilogue saja. Jadi mohon maaf jika ada yang merasa bingung. Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
