Aku hanya ingin kau tahu…
Bahwa aku memang mencintaimu...
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
The Last Letter © Luscania Effect
Haruno Sakura
Rated : T
Genre : Hurt/Comfort/Angst
WARNING:
Short Fict, typo(s), and OOC!
THIS FROM MY REAL STORY
DON'T LIKE? DON'T READ! SANKYUU~
FLAME ACCEPT AND REVIEW REALLY HELP ME!
~Happy Reading~
.
.
Tanggal 10 Oktober 2012, benar-benar hari terburuk. Hari yang mengerikan sekaligus hari yang istimewa, karena aku sudah berhasil lulus memasuki Organisasi Sekolah! Apa kau tahu? Saat itu aku senang sekali...
Aku melihatmu bergabung dengan mereka. Gengmu yang kau banggakan itu. Coba lihat betapa senangnya kau bertemu dengan mereka. Raut wajahmu seketika bersinar ketika kupandang. Oh aku rasa wajahku memang sudah memerah hebat.
Sudut bibirku sedikit naik ketika aku melihatmu dari jauh, aku sedikit tertawa ketika kacamatamu yang bulat itu sedikit terturun sehingga kau perlu memperbaikinya. Oh sungguh manis...
Tapi senyumku memudar ketika kau menghampiri dia. Dia, seseorang yang penting bagimu, sangat penting. Kau tersenyum lebar memandangnya, seketika membuatku menghela nafas lelah. Kau berbicara dengannya, membuat orang itu tertawa. Aku tersenyum hambar, sepertinya dia memang seperti surga dimatamu...
Mataku terpaku dengan dirimu. Dirimu yang memang sedikit menyebalkan di mata orang-orang, tapi aku tahu, kau orang yang baik.
Sampai membuktikan kau sudah memiliki kekasih...
Kau tahu? Pada saat itu rahasia terbesarku terkuak, rahasia bahwa—
Aku menyukaimu.
Memang benar aku bodoh, tolol, dan tidak tahu diri. Aku menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih. Dan aku hanya bisa terdiam ketika teman-temanmu itu mengejekku. Tangan mereka menunjuk-nunjuk aku, seperti seseorang yang mendapat sesuatu yang langka. Aku hanya bisa menunduk ketika matamu itu terlihat terpaku kearahku.
Aku hanya bisa menghela nafas frustasi ketika gossip menyebar luas. Bahwa aku menyukainya. Tapi apa kalian tahu? Dia sama sekali tidak peduli denganku. Yang dipikirkannya hanyalah seorang gadis yang memang lebih awal mendapatkannya dibandingkan aku yang hanya sekedar adik kelasnya saja. Berbicara saja tidak berani, bahkan dia sama sekali tidak mengenalku..
Aku tahu seketika mata kami bersibrobrok. Dan aku hanya bisa terdiam melihat matanya yang menampakkan kekesalan luar biasa. Aku tahu itu, dan pandanganmu tidak tahu apa artinya. Kau melihatku dan segera menghampiri kekasihmu itu.
Kekasih yang cantik sekali, tidak bisa dibandingkan denganku. Hanya seseorang yang sederhana dan tidak suka bergossip.
Kau pernah mengobrol dengannya tepat di hadapanku. Gila? Memang. Aku tahu, kau melakukan cara itu supaya aku tidak suka lagi padamu. Tapi kau salah total, apapun yang kau lakukan, aku tidak merubah perasaanku padamu. Tidak akan.
Kau tidak pernah menyapa atau sekedar mengobrol denganku di jejaring sosial. Tapi aku hanya ingin seperti itu, aku tidak ada niat untuk merebutmu dari kekasihmu itu. Karena aku tahu, kau akan hancur kalau hidupmu tidak dihiasi oleh dirinya...
Sakit. Ya, sakit. Hati ini terasa perih, kau tidak peduli. Kau tidak tahu apa-apa, kau hanya ingin menghancurkan hidupku melalui perbuatan-perbuatan yang serasa mengerikan di mataku. Benar-benar perih, sampai membuat mata ini dihiasi oleh air mata.
Aku bodoh. Sangat. Tapi inilah cinta, cinta tidak harus memiliki bukan? Aku percaya. Aku hanya ingin kau tahu, kalau aku juga mencintaimu…
Tapi, hatiku hancur berkeping-keping ketika mendengar desas-desus kalau kau akan pergi ke luar kota. Melanjutkan pendidikan menengah atas di kota yang lebih maju. Tapi seketika aku tahu, kau kesana bukan meneruskan ajaran, tapi memang pacarmu itu akan pergi ke kota itu 'kan? Sudah kuduga.
Hati ini hancur. Hancur sekali, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan hidupku. Kau meninggalkanku dengan kenangan yang membuatku hancur, bukan kenangan yang menyenangkan. Kau selalu seperti itu, tidak peduli, asal pergi tanpa mengetahui perasaanku.
Kau tidak pernah seperti ini. Kecuali dengan gadis seperti adik kelas bodohmu ini.
Hari perpisahan sekolah telah tiba. Aku hanya bisa tersenyum hambar saat kau di atas panggung, berbicara mengenai hidupmu di sekolah ini. Dan memang benar, dia sama sekali tidak melirikku, melainkan jam atau guru-guru yang lain...
Aku tahu, bahwa kau memang sekilas melihatku tadi...
Memang kau benci padaku. Aku tahu mempunyai perasaan ini sungguh sulit. Kakak kelas impianku, seseorang yang kucinta, seseorang yang kusayang...
Aku berdiri dari tempat duduk, kemudian menyalami satu-persatu senpaiku itu. Ada yang tersenyum, bahkan ada yang mengucapkan selamat tinggal dan semoga sukses. Tapi saat tanganku menyentuh tangannya, aku hanya bisa menatap matanya lesu...
"Maaf, senpai..."
Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku tahu kau terkejut. Tapi aku tidak menggubrismu. Mulai detik itu juga... Aku rela kau meninggalkanku.
Aku hanya bisa terdiam di toilet dan mengenang semua tentang dirimu. Perpisahan telah selesai, aku tidak peduli dengan kau yang memang dari awal membenciku. Hihi, tapi apa kau tahu? Aku masih saja menyukaimu setulus hatiku..
Ironis sekali.
Aku berteriak, sekali-kali menyebutkan namamu dan melampiaskan segala kekesalan yang sudah setahun kupendam. Dan kau benar-benar tidak peduli, sungguh mengerikan.
Tapi aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku juga sangat mencintaimu..
Bukan hanya kekasihmu, tapi aku juga.
Teman-temanmu...
Keluarga...
Semua orang mencintaimu.
Dan kau pun membalas rasa cinta itu lewat senyuman. Tapi aku berani bersumpah, kau tidak pernah tersenyum sekali saja untukku, membiarkanku terus mengenang senyummu yang kuyakin tidak pernah terhapus…
Hanya aku seorang yang tidak kau cintai…
Aku tahu…
Mungkin kau membenciku karena sudah mengganggumu melewati gossip ? Atau kau merasa aku adalah pihak ketiga yang membuat hubungan kalian terganggu ?
Aku tidak tahu…
Aku sangat sadar kalau perbuatan aku ini salah besar. Tetap mencintai dia yang memang dari awal tidak suka padaku…
Tapi aku tidak peduli..
Dan tepat beberapa minggu setelah itu, aku mendengar keberangkatanmu lewat situs jejaring sosial. Dan aku hanya bisa tersenyum dan berdoa, semoga kau baik di hidupmu yang baru…
Tapi sebelum kau berangkat, bisakah—bisakah aku menyerahkan surat ini padamu ? Yah, dari awal aku sudah tahu. Permintaan ini tidak bisa dipenuhi..
Tapi aku masih berharap, kalau suatu saat kita dapat bertemu lagi…
Sebuah short fict yang memang dari hidupku sendiri. Aku pengen ngetik ini mungkin sebentar lagi kakak kelas pada UN, makannya aku pengen ngelampiaskan cerita ini lewat fic…
Ini memang murni dari saya, tidak ada rekayasa, tidak ada mengopy ataupun paste, demi Kami-sama, ini benar-benar fic saya…
Kalau kurang menarik maafkan saya ya, tapi saya ingin melihat komen anda lewat review, apa ini ada feelnya atau tidak ? o.O
Hhehheee, mind to RnC.. ?
THANK YOU :'D
