Sekai de ichiban taisetsuna hito wa anata…..

Rated : T in this chap

Cast : Uchiha Sasuke x Uzumaki Naruto,

Hyuuga Neji x Sabaku no Gaara,

Shikamaru Nara x Inuzuka Kiba,

Hatake Kakashi x Umino Iruka

Uchiha Sasuk x ….

Sabaku no Gaara x…..

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Drama,Hurt/Comfort, dll maybe

Warning: Shounen Ai, BL, Yaoi, Slash, Non-Canon, AU, OOC sangat,OC, Smut, Song fic, Badfic, Many Typo (s) maybe, and Secret?….

"Mengapa kau melindungi ku selama ini,

kau mungkin telah tersakiti karena aku.

Bermain dengan mu dan terganggu olehmu

Sungguh, aku kejam kepadamu

Tapi aku tidak pernah menyukaimu

Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu

Aku mencintaimu, bodoh

Aku ingin bersamamu

Aku hanya ingin mengirim kata-kata ini kepada mu dengan jujur dari hatiku"

CHAPTER 1

'Hoahmm…'

'Haa… ternyata matahari sudah terbit,' ujarku sambil menggosok-gosokkan jari-jari tanganku di kedua kelopak mataku, meenghilangkan kotoran yang bisa saja ada di sekitar mataku (baca: belekan).

Terdiam sejenak memandang langit yang kini terlihat sedikit gelap namun masih ada nuansa terang dibaliknya. Akupun menuruni ranjang beranjak menuju salah satu almari untuk mengambil sebuah pakaian sederhana. Kukenakan kaos yang tadinya berwarna putih kini telah berubah warna menjadi kekuningan, dengan sebuah celana pendek berwarna coklat pudar. Setelah selesai dengan kegiatan-mengenakan pakaian yang terbilang lusuh-itu, akupun merapikan ranjangku, meletakkan gulingku didalam selimut. Kemudian aku melangkah keluar menuju kearah sebuah sungai yang tak jauh dari temapat tinggalku.

Pagi ini, sebelum matahari naik ke takhtanya di atas langit, aku ingin menikmati segarnya air dingin sungai itu yang membasuh tubuhku.

Kupelankan langkah kakiku agar tak membangunkan kedua orang tuaku dan juga saudaraku yang lainnya. Sekilas kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul 5. 45 pagi. Yah, cukup pagi untukku.

Tak sampai beberapa menit aku sudah sampai ke sungai itu, lumayan cepat dai pada jalan kaki, karena aku menggunakan sepeda butut kesayanganku. Kuparkir sepedaku di pohon terdekat, hanya kusenderkan supaya tidak jatuh. Aku berjalan menapaki jalan yang dilapisi rerumputan liar, kulihat pemandangan yang sangat aku sukai di sungai itu, pemandangan pagi yang membuat hatiku damai. Air tenang yang seakan menari-nari seolah mengajakku untuk segera bergabung disana.

Ya, tempat ini adalah salah satu tempat favoritkku didesa ini, desa kelahiranku. Ku rentangka kedua tanganku, menghirup udara pagi yang langsung memasuki rongga paru paruku. Haa.. nyamannya..

Kulepas kaos yang kukenakan tadi, perlahan kuinjakkan kakiku ke tepian air sungai itu. Dingin! Tentu saja, ini masih terlalu pagi untukmu bermain air jika itu yang kalian pikirkan.

Tapi setelah memasukkan beberapa bagian tubuhku kedalam air itu, dinginnya tak begitu terasa lagi, perlahan menjadi sedikit hangat.

'Haa… indahnya, seandainya aku bisa lebih lama lagi berada disini,' gumanku dalam hati. Menenggelamkan kepalaku kedalam air kemudian mengeluarkannya lagi.

'Phuah!' seru ku begitu menghirup udara lagi.

Kuedarkan pandanganku ke sekeliling, melihat betapa indahnya suasana pagi ini, lambaian dedaunan yang diiringi hembusan angin sepoi-sepoi dan juga kicauan burung-burung yang bertengger dibeberapa dahan pohon, benar-benar suasana yang sangat menyejukkan hati.

Mungkin karena terlalu asyik menikmati suasana itu, dibelakang tubuhku terdengar bunyi-bunyi gelembung gelembung dari dalam air, perlahan kutengokkan kepalaku kebelakang untuk melihat suara aneh itu.

Tak ada siapapun, kosong. Heran, aku tak menemukan apapun kini yang berada dibelakangku.

Aku terdiam, melihat sekali lagi siapa tahu tadi aku melewatkan sesuatu.

Yatta! Ternyata benar, di dekatku kini ada gelembung- gelembung udara yang muncul dari dalam air. Kupasang pose siap siaga, sedikit takut, mungkin itu binatang yang juga ingin menikmati membasuh tubuh di dalam jernihnya air sungai ini.

'Blub..blub.. blub..' gelembung-gelembung itu semakin besar, ku bungkukkan sedikit tubuhku menghadap ke arah gelembung itu, tiba- tiba dari dalam air muncul sesuatu yang sontak membuat aku menjerit.

"KYAAA!" teriakku.

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

"Sayang? Bisa kau bangunkan Naruchan? Kurasa ini sudah terlambat untuknya bangun." seru seorang wanita berambut merah kepada seseorang yang berada di halaman rumah kecil itu.

"Baiklah, Kushichan." ujar seorang laki-laki berambut pirang itu dari halaman rumah, lelaki yang rupanya tengah 'bermain' dengan peliharaan sang putra, seekor katak yang diberi nama Gamabunta. Lelaki itu kemudian beranjak dari sana dan menuju kedalam rumah tepatnya menuju ke sebuah kamar. Lelaki yang bernama Minato ini atau lebih tepatnya Namikaze Minato ini berjalan dengan sesekali melantunkan lagu-lagu melankolis kesukaannya.

Iapun telah sampai di depan kamar sang putra.

'Tok..Tok..Tok..' suara ketukan pintu yang dilakukan oleh Minato.

"Naruchan, bangun sayang."ujarnya lembut.

'Hem? Sepi?' batinnya tak mendengar suara sahutan dari kamar sang putra.

"Naru? Tousan buka ya?" ujarnya sambil membuka pintu itu.

"Naru? Naruchan?" ujarnya memanggil nama sang putra.

"…." hening tak ada sahutan dan juga tak ada pergerakan dari dalam kamar itu.

"Naru?" ujarnya kali ini sedikit panik.

Segera disingkapnya selimut yang menutupi ranjang itu, kemudian bola mata birunya kini terbelalak lebar kaget tak menemukan sang putra di atas ranjangnya.

"KUSHICHAN NARUCHAN KITA MENGHILANG!" teriaknya memanggil sang istri yang tengah sibuk didapur, Namikaze Kushina.

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

"Apa-apaan kau Kiba?!" seruku padanya kesal, orang yang mengagetkanku ternyata adalah sahabtku, si penyuka anjing, Inuzuka Kiba.

"Hehehe, surprise!" serunya membalas ucapanku.

"Surprise gundulmu! Kau hampir melihatku mati kena serangan jantung, bodoh!" umpatku kesal padanya. Sambil menjitak kepala bersurai coklat itu.

"Hhaa,, apa-apaan kau naru!" balas si pemilik rambut coklat meringis.

"Balasan untukmu karena mengagetkanku." ujarkumasih kesal padanya.

"Hehe, gomen ne Naru," balas kiba cengengesan

"Lain kali awas kau," ancamku padanya

"He, oh ya, tumben aku melihat kau pagi-pagi disini, ada apa?"

"Tidak, aku hanya ingin menikmati rasanya berendam di sungai ini saat matahari terbit"

"Yakin tak ada alasan lain?" tanyanya ingin tahu.

"Sebenarnya, aku hanya ingin menikmati hari terakhir sebelum aku kesana," sahutku dengan nada yang sedikit sedih agar ia tidak khawatir terhadap diriku nanti.

"Aku tahu pasti ada alasan lain kan, ternyata benar. Sudahlah jangan sedih, bukankah disana juga ada yang menemanimu. Aku tahu ini pertama kalinya kau keluar dari desa ini."

"Aku tahu kiba, tapi tetap saja, Sulit. Sulit bagiku untuk meninggalkan desa ini, walau, walau ini hanya untuk beberapa tahun."

"Tenang kan masih ada aku?" ujarnya penuh keyakinan diselingi tawanya disela-sela kegiatannya bermain air bersama Akamaru, anjing kesayangannya tentu saja.

"Maksudmu apa? Ck, bisa lebih serius tidak!" kesalku padanya.

"Ok, ok… lalu maumu apa? Ingin dibatalkan?" ucapnya kali ini serius memperhatikan mimik mukaku yang bertekuk tekuk menandakan diriku sedang dalam dilemma mengambil keputusan untuk kedepannya.

"Aku… aku hanya ingin tambahan waktu sampai hatiku siap untuk meninggalkan desa ini"

"Sampai kapan? Setahun lagi? Atau 10 tahun lagi? Oh ayolah naru, kalau sampai kau menyiapkan hatimu kesempatan ini akan hilang, musnah begitu saja. Sekarang dengarkan aku, jangan pikirkan apapun lagi, pergilah dan usahakan yang terbaik untuk keluargamu, dan tadi bukankah sudah kukatakan ada aku, jadi kau tenang saja kawan!" ujarnya penuh semangat padaku.

"….." aku terdiam memandang bingung padanya, sedikit terkejut mendengar penuturan sahabat baikku itu.

"Jadi maksudmu kau akan inkut denganku?!" seruku kaget.

"Tentu kawan." ujarnya mantap.

"Hheei? Kau kenapa naru?" ujarnya setelah melihat sikapku.

"Kib..kibba.. huweeeee arigatou,,, hontouni arigatou… hiks hiks" seruku yang dibarengi dengan terjangan maut (baca: pelukan maut) pada sahabatku itu..

"Hhaahaa.. sudah sudah, bukankah kita sahabat? Kemanapun kau pergi aku akan selalu mengikutimu, itukan janji kecil kita dulu hhe."

"Un, hehe," ujarku sambil mengelap air mataku.

"Jadi,, mumpung kau tadi menerjangku, hehe saatnya pembalasaan yeeiyyyyy," seketika itu juga Kiba + Akamaru menerjangku dan membuatku mengernyitkan dahi pertanda pembalasan sang sahabatku itu kali ini tidak main main, dan sekali lagi aku mengeluarkan suara yang sangat nyaring….

"TIDAKKKK,, KAACHANNNN, TOUCHANNN… TASUKETEEEEEE!"

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

"Naruchan, disana hati hati ya, ingat jaga pola makanmu jangan selalu makan ramen, bersihkan kamarmu jangan sampai berantakan, ingat selalu kirimkan surat pada kami, jangan sampai merepotkan Iruka jisan, ingat itu ya musuko, hiks… hiksss. Kaachan akan rindu sekali padamu Naruchan.. hiks…" ucap kushina yang tak henti hentinya mengeluarkan air mata sambil memeluk putra bungsunya itu.

"Huhuhuhu, sudahlah kushichan, jangan menangis, hiks nanti putra kita terlambat berangkat hiks, sudah.." nasehat Minato agar istrinya tidak menangis lagi, tapi malah dirinya sendiri yang mengis walahhh….

"Un, Kaachan juga Touchan jaga diri ya,, Naru pergi dulu, ittekimasu," sahut Naruto

"Jaa, ne musuko… Itterashai, ki o tsukete ne," sahut Kushina dan Minato sambil melepas pelukannya pada Naruto.

'Kaachan, Touchan tunggu Naru, Naru pasti pulang untuk membahagiakan Touchan dan Kaachan,, bertahanlah sampai Naru pulang ya aishiteru ne Kaachan Touchan' batin naru dalam hati. Kemudian melangkah menuju mobil yang sudah disiapkan untuk menjemputnya.

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

"Nee, iruka jisan…" Tanyaku pada jisanku yang duduk dihadapanku saat ini didalam sebuah mobil yang sangat panjang menurutku.

"Ya, ada apa Naru?" sahut lelaki yang kupanggil dengan Iruka jisan, ya Iruka jisanlah yang nantinya akan menemaniku dan juga akan tinggal dengan diriku dikota yang sekarang menjadi tujuanku, yaitu Konoha

"Umm, apakah….. ah tidak apa apa Iruka jisan" ujarku padanya.

"Ee? Kenapa? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya padaku karena pertanyaan yang ingin kuajukan langsung kutahan.

"Tidak, tidak ada jisan, hanya mungkin aku merasa belum terbiasa dengan." ujarku ambigu.

"Tenang saja, jisan akan menemanimu, bukankah itu gunanya jisan disampingmu dan juga dia," ujarnya seolah tahu apa yang aku maksudkan dan tentunya sambil menunjuk sahabatku yang tengah asyik dengan alamnya sendiri disebelahku.

"Hehe, ya jisan..Tsk, aku heran bisa bisanya Kiba tidur ditengah perjalanan seperti ini." ujarku pelan sambil memandang kearah sahabatku itu.

"Sudah, biarkan saja mungkin dia kelelahan, tapi jisan bersyukur dengan adanya dia disini jisan rasa Naru tak akan kesepian lagi bukan begitu?" Tanya iruka seolah mengerti akan pikiranku.

"Un, ya setidaknya aku tak akan begitu merasa tak nyaman disana nanti," balasku dengan seulas senyum tipis yang menghiasi wajahku dan tentu saja menambah unsur manis di wajah berbalut kulit tan ini.

"Anoo, jisan, apakah orang orang disana baik-baik seperti di desa? Apakah naru bisa akrab dengan mereka jisan?" Tanyaku akhirnya namun dengan sedikit terlukis kecemasan di raut wajahku.

"Selama jisan disana mereka baik, sangat baik malah, makanya jisan betah disana, dan juga disana ada seorang anak yang mungkin membutuhkan anak sepertimu." jawab Iruka jisan dengan senyum seolah mengatakan semua akan baik baik saja.

"Mm, kenapa jisan bilang anak itu butuh anak yang seperti diriku?" Tanyaku sedikit bingung pada ucapan Iruka jisan.

"Mmm… mungkin itu hanya insting jisan, karena jisan rasa anak sepertimu yang bisa membuatnya jadi lebih baik" ujarnya sambil menopang dagu dengan sebelah tangannya, memandang diriku.

"Apakah dia menderita disana jisan?" kali ini sebuah pertanyaan yang sebenarnya kelepasan untuk kutanyakan.

"Lebih tepatnya kesepian, Naru. Ya sudah nanti kalau kamu bertemu dengannya, kamu pasti mengerti, karena kamu anak yang baik, ya kan?" ujarnya dengan seulas senyum diwajahnya.

"Hum, tentu saja jisan, aku anak yang super duper baik, hehhehe" balasku diiringi dengan cengiran lebarku.

"Istirahatlah, perjalanan kita masih jauh, nanti kalau sudah sampai akan jisan bangunkan."

"Baik jisan, oyasumi," ujarku kemudian menyamankan dudukku dan memejamkan mataku perlahan ditemani hembusan angin yang menerpa wajahku.

'Aku menaruh harapan itu padamu, Naruto.' batin iruka yang sedang memandangi wajah tertidur keponakannya yang terlihat damai…

::Tsuzuku::

Yuhuuuu…. ^^

sebelumnya numpang balas review sebelumnya dulu ya:

BlackXX: yaps ini udah "Ku" remake hehe, gimana? ga apa-apa, ga nyinggung kok, emang pas itu cuma sekedar ngepublish fic iseng-iseng yang "Ku" buat hehe makanya mungkin ga sepangjang fic yang sekarang hehe. Hem, boleh nanya? maksudnya kalimat yang ini apa ya," sekali-sekali buat yang rate M naru-channya GS dong" maaf kalau "Ku " kurang mengerti maksudnya black san, hehe.. ya tapi "Ku" usahain deh. oh ya makasi udah ngereview ya,, ^^

Yosshhhhh, minna…

Oh ya, ini remake dari fic pertama yang "Ku" buat….

Ceritanya tetep sama tapi mungkin lumayan banyak perubahan yang terjadi didalamnya,

hehe…

Selamat mereview dan terimakasih sudah membaca fic ini. hehehe…

akhir kata

Jaa, nee…