Gadis Berponi

Prolog

Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : Naruto and Hinata

Genre : Angst, Romance maybe

Rated T

Warning : Typo(s), OOC, abal, romance kurang dan kesalahan amatir lainnya.

Kritik dan saran diterima dengan sangat terbuka.

ENJOY

Sore ini, Sang Surya mencoba kembali ke tempat peristirahatannya. Menampakkan cahaya jingga nan elok sebagai salam perpisahan kepada seluruh penghuni bumi. Selalu menepati janji untuk datang di esok hari, baik ada yang merindukannya mau pun tidak peduli akan kehadirannya. Tak pernah mengeluh maupun ingkar pada insan fana di seluruh bumi. Selalu menghangatkan dan memberi energi kehidupan bagi siapa pun yang disinarinya. Tak pernah memilih-milih, juga tak pernah membeda-bedakan.

Maafkan aku, Sang surya. Dahulu, aku pikir kau satu-satunya yang sempurna di dunia ini. satu-satunya yang mau menjadi teman setiaku. Satu-satunya yang ada untukku tanpa harus aku minta. Satu-satunya yang memancarkan cahaya kehidupan padaku. Walau kau harus pergi ketika belahan bumi lain memintamu untuk menyinarinya.

Tapi kini, aku merasakan adanya pengganti yang layak saat kau pergi.

"N-naruto-kun! Gomen, lama ya nunggunya?" Seorang gadis berusia 20 tahun tengah memasuki ruangan yang aku tempati. Rambut indigo panjangnya diikat ke belakang. Menyisakan poni rata yang mempercantik wajah bulatnya. Sang pemilik mata bulan itu menutup pintu lalu berjalan pelan mendekatiku. Senyumannya menyampaikan salam keramahan. Keberadaannya bagai magnet yang memaksaku untuk menoleh dan melengkungkan bibir terhadapnya.

Dialah sosok sempurna kedua setelah dirimu sang surya. Gadis ini selalu mampu menggantikan tugasmu untuk menjagaku dari kegelapan dunia selepas kau pergi. Menghangatkan hati dan memberiku energi untuk mencoba hidup lebih lama di dunia ini.

"Ini baru setengah enam, berarti kamu lebih cepat setengah jam dari biasanya kan?" Jawabku pada sosok sempurna yang kini tengah duduk di sampingku. Bukan, bukan hanya secara fisik dia menampakkan kesempurnaannya. Namun lebih dari itu, dia begitu sempurna dari dalam hatinya. Kesempurnaan yang lebih besar dari apa pun yang ada di dunia ini.

Dia adalah Hinata Hyuga. Sungguh, aku bahkan tidak pernah memimpikan hal ini. Ada seorang gadis yang mau menjadi cahayaku, disaat semua cahaya di dunia ini kian menjauhiku. Dia mahasiswa kedokteran disalah satu perguruan tinggi di tokyo, saat ini dia sedang magang di rumah sakit Konoha. Tempat di mana kami berada sekarang.

Aku? Seandainya saja aku juga seorang mahasiswa yang sedang magang seperti dirinya. Sayang, aku hanya seorang pasien kanker otak stadium akhir, yang kebetulan sedang menjalani perawatan di rumah sakit yang sama dengan tempatnya magang. Saat ini, seperti biasa dia datang menemuiku selepas jam kerjanya berakhir. Sekedar menemani pria beruntung ini, yang bahkan tidak pernah beranjak dari tempat tidur putih khas rumah sakit ini. Aku sudah tidak diizinkan meninggalkan ranjang yang ditemani berbagai macam alat medis khas "rumah kos" untuk penderita kanker ini. Wadah nyawaku sudah terlalu lemah walau hanya untuk mencoba menegakkan badan dalam posisi duduk. Kelima indraku semakin lama kian melemah. Entah berapa lama lagi tubuh ini mencoba menahan roh yang dititipkan-Nya untuk tetap menetap? Aku tidak tahu, bahkan tidak ada niat untuk tahu. Aku tidak pernah mengizinkan dokter memprediksi usiaku. Biarlah itu menjadi rahasia-Nya untuk memberikan kejutan kepadaku. Saat aku siap, mungkin Tuhan akan segera memanggilku.

Tapi bagaimana aku bisa siap? Tuhan malah mengirimkan dia kepadaku. Semakin hari, aku semakin tidak siap untuk memenuhi panggilannya. Apa yang sebenarnya kau rencanakan padaku Tuhan?

"N-naruto-kun? Kamu melamun?" Hinata menyadarkanku. Membawaku kembali dari kemelut pikiran yang sama rumitnya dengan jaringan sel kanker dalam otakku.

"Kamu melamunkan apa, Naruto-kun?" Sorot matanya yang tajam menuntut jawaban jujur dariku.

"Tidak, aku tidak sedang melamun, Hinata"

Aku mencoba tersenyum. Tak rela rasanya, cahaya yang datang harus kuganti dengan mendungnya sisi lemahku.

"Coba lihat! Mataharinya hampir terbenam" lanjutku.

Kualihkan perhatiannya pada sosok yang menjadi saingan dan rivalnya dalam menebarkan cahaya dan kekuatan.

Sorot matanya melembut, ikut melihat ke arah yang sama denganku. Ke arah jendela yang menampakan warna-warna cantik di langit. Orange dan merah bersatu melukiskan perpaduan warna di kanfas atmosfer. Warna yang menjadi obat untuk setiap insan yang kelelahan akibat rutinitas hari. Warna yang memberikan semangat, seolah berkata "Kau sudah melakukannya dengan baik, berjuanglah!" Pada manusia yang tetap melanjutkan aktifitasnya dalam gelap malam sepeninggalannya. Atau bahkan warna salam perpisahan yang ditunjukan kepada sosok yang terbaring sepanjang hari sepertiku. Berharap esok kan bertemu kembali bila aku masih bertahan.

"Indah ya?" gumam Hinata di sampingku. Menarik mataku untuk melihat binar matanya yang memancarkan ketulusan.

"Tolong esok kembali, dan jaga Naruto-kun untukku wahai Sang surya" ucapnya tulus.

Hinata tersenyum kepada matahari yang kian menghilang ditelan kegelapan.

Dia menerima pengalihanku dan selalu mengerti keegoisanku. Aku tahu, dia menekan rasa penasarannya hanya untuk menjaga perasaanku.

Sekali lagi maafkan aku sang surya, gadis ini sungguh sesempurna dirimu.

Tbc/end.

Tergantung minat pembaca dan kemampuan penulis. Hehehe

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.