Chanyeol hampir saja terjatuh dari kursi ketika suara nyaring Hogwarts Express menginvasi gendang telinganya, menandakan bahwa mereka sudah sampai tujuan. Dia melirik Jongin yang tergelak melihatnya bertingkah konyol - bahkan dalam keadaan tidak sadar - dan mendengus sebal. Chanyeol mengusap jidatnya yang sempat beradu dengan kaca kereta lalu menyisir acak rambut ikalnya. Sebenarnya rambutnya lurus tapi selama libur musim panas dia dan kakaknya bereksperimen dengan 'benda muggle' milik ibu mereka dan menurutnya hasilnya tidak terlalu buruk.
Salah.
"Tunggu sampai Baekhyun melihatmu dan- oh kita juga tidak bertemu Jongdae tadi." kekeh Jongin. Dia mulai bersiap mengenakan jubahnya dan menyimpan kacang segala rasa Bertie Bott's-nya yang masih tersisa di kantongnya.
"Diam." geram Chanyeol, menimpuk lengan Jongin dengan tas kecilnya.
"Kau iri karena aku ganteng." Chanyeol menggeret kopernya dengan susah payah. Lorong kereta dipenuhi murid-murid yang berhamburan ingin segera keluar.
Jongin mendecak tak sabar dan memutuskan untuk membantu temannya.
"Oh ya? Siapa bilang kau ganteng? Pacarmu?" ejek Jongin.
Saat itu juga, Chanyeol melihat pujaan hatinya keluar dari kompartemen bersama dengan teman-teman Slytherinnya. Dia sudah memakai seragam dan jubahnya dengan rapi. Selalu seperti itu. Tak heran mengingat dia adalah kandidat terkuat sebagai calon Prefect tahun ini. Tanpa sadar dia tersenyum bodoh khas orang kasmaran.
"Wah, bicara tentang takdir." Jongin bersiul pelan mengikuti arah pandang Chanyeol.
"Diam, Jongin!" seru Chanyeol pelan. Matanya terfokus pada satu objek, mengamatinya dengan seksama sampai objek itu hilang diantara tubuh-tubuh yang lebih tinggi darinya.
Sesaat setelah Chanyeol dan Jongin melompat turun dari kereta, mereka berpapasan dengan anggota geng mereka yang lain. Menyadari rambut baru Chanyeol, duo paling berisik se-Gryffindor tertawa lebar menarik perhatian siswa lain. Baekhyun dan Jongdae tertawa memukuli lengan Chanyeol sambil mengatur nafas mereka yang kian memendek. Chanyeol berharap mereka tersedak atau sesak nafas dan hilang selamanya.
Hingga sekarang semua murid sudah duduk menunggu sambutan kepala sekolah di Great Hall, duo berisik itu masih tetap melirik rambut Chanyeol dan tidak repot-repot menyembunyikan kikikan mereka berdua.
"Apa kubilang," kata Jongin melirik sekilas lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Taemin.
"Kau mikir apa sih?" tanya Baekhyun kesekian kalinya. Kentara sekali dia berusaha menatap mata Chanyeol alih-alih objek tertawanya.
"Kau sengaja ingin jadi pusat perhatian ya? Kalau begitu- selamat! Misimu berhasil karena cewek-cewek jadi menggosipkan dirimu sekarang." Jongdae bertepuk tangan mengejek. Benar saja, Chanyeol yang dari dulu selalu menarik perhatian dengan tubuh jangkung dan senyum 'dari telinga ke telinga' - olok Baekhyun - sekarang seperti maskot sekolah. Murid Slytherin yang biasanya tidak peduli pun tertawa mengejek padanya.
"Sudah kubilang, aku dan Yura menemukan barang-barang ibuku dan kami memutuskan untuk mencoba." Chanyeol mengerang dan menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangan besarnya.
Baekhyun memutuskan untuk menyudahi siksaannya dan melihat ke arah meja asrama lain. Mengamati wajah cerah teman-temannya yang bahagia bisa berkumpul lagi. Ketika kepalanya menoleh kesana kemari mengabsen satu persatu wajah murid dari tiap asrama, matanya menangkap sosok mungil dari meja seberang yang sedang mengamati sesuatu ke arah meja Gryffindor. Atau lebih tepatnya temannya.
"Yeol, kuberitahu sesuatu tapi jangan menoleh," kata Baekhyun bersemangat. Chanyeol dan Jongdae yang sedang mengobrol menjadi terpancing.
"Do Kyungsoo sedang menatapmu. Jangan menoleh, JANGA- ah terserah." Baekhyun merosot lebih dalam ke kursinya – kalau bisa – sedangkan Jongdae hanya tertawa melihat tingkah dua temannya.
Tentu saja Chanyeol menoleh. Lagipula ini adalah Chanyeol, dia pasti melakukan hal yang berlawanan dari yang diperintahkan. Apalagi ini menyangkut laki-laki manis yang sudah dia incar selama dua tahun lamanya. Meskipun sampai sekarang Kyungsoo tetap menganggap Chanyeol tak lebih dari tiang listrik berjalan yang selalu mencuri kesempatan untuk mengganggu segala aspek kehidupan Kyungsoo.
Chanyeol memutar lehernya secepat yang dia bisa karena seorang Do Kyungsoo memperhatikan dirinya adalah salah satu keajaiban dunia. Kyungsoo dan Chanyeol tidak cocok berada dalam satu kalimat, apalagi ada kata perhatian di tengahnya.
Ketika matanya telah berhasil menemukan Kyungsoo diantara wajah songong – hey, Slytherin memang songong, pikir Chanyeol – dentingan gelas berbunyi dan serentak para murid mengalihkan atensi mereka pada kepala sekolah yang berdiri memberi sambutan. Chanyeol mengerang kesal. Merutuk mengapa semesta tak pernah berpihak padanya. Terutama pada masalah cinta.
Namun kala pandangan mereka beradu pada momen yang singkat tadi, Chanyeol berani bersumpah – ia bertaruh pada celana dalam Merlin – bahwa ia melihat wajah manis Do Kyungsoo, merona.
...
"Sial! Sial!"
Suara Chanyeol menggema di lorong-lorong panjang sekolah sihir itu. Ia berusaha bagaimana caranya agar dia tetap bisa menumpahkan kekesalannya - yaitu dengan merutuk - tapi tetap dalam volume yang tidak akan membangunkan orang-orang dalam lukisan. Dia tidak mau dimarahi sir dan lady lagi seperti saat dia kelas 3.
"Aku bersumpah akan membunuh Peeves!"
"Dan aku bersumpah akan memotong poin Gryffindor kalau saja aku lupa kalau Peeves memang sudah mati."
Drap
Langkah Chanyeol seketika terhenti. Jantungnya berdebar tak karuan. Dia menajamkan pendengarannya kalau-kalau tadi hanya khayalannya saja. Ia harus mengurangi melamunkan Kyungsoo. Karena seorang Kyungsoo tidak pernah mengajak seorang Chanyeol berbicara. Tidak pernah.
Pelan-pelan, Chanyeol memutar tumitnya hingga ia sepenuhnya berdiri menghadap pemuda yang lebih pendek darinya. Ia bersumpah jika ini Baekhyun atau Jongdae (atau bahkan Jongin) yang sedang bereksperimen dengan ramuan Polyjuice (dengan ekstrak Kyungsoo! Merlin apa yang mereka pikirkan?!) mereka akan menyesa-
"Berhenti menatapku seperti serigala kelaparan, Park." kata Kyungsoo galak.
"Ah uh kau- kau Kyungsoo kan?" tanya Chanyeol terbata. Dipelototi orang yang dia taksir sama sekali tidak nyaman.
Kyungsoo menatap Chanyeol seperti baru saja melihat hantu.
"Well, apakah aku terlihat seperti Peeves?" Kyungsoo mengerutkan dahinya tidak suka.
"Mm tidak, maksudku kau bukan Baekhyun atau Jongdae kan?" tanya Chanyeol panik. Jika ini benar Kyungsoo, dia sudah memperbodoh dirinya di depan Kyungsoo.
"Aku tersinggung, Park. Kau menyamakanku dengan Mud-blood?"
"Apa?" Chanyeol terkejut. "Berani-beraninya kau memanggil mereka dengan kata nista itu!" seru Chanyeol marah.
Chanyeol memang menyukai - sangat menyukai - Kyungsoo, tapi kalau sudah berurusan dengan darah keturunan temannya yang diolok oleh pure-blood, Chanyeol tidak bisa mentolerir.
Kyungsoo sedikit terkejut karena ia tak menyangka si happy virus seperti Chanyeol bisa membentaknya seperti ini. Sebenarnya siapapun akan marah dipanggil mud-blood tapi Kyungsoo tahu kalau Chanyeol menyukainya. Dia tidak mengira Chanyeol bisa semarah ini.
Kyungsoo menghela napas pelan.
"Baiklah, aku salah. Tak seharusnya aku menyebut temanmu serendah itu."
"Darah keturunan muggle tidak rendah." Chanyeol mendesis.
"Ya. Oke. Aku salah lagi." Kyungsoo memilih mengalah saja. Beradu mulut dengan seorang Gryffindor tak akan pernah selesai.
"Baiklah. Meski kau tidak minta maaf, setidaknya kau mengakui kesalahanmu." Nada suara Chanyeol sudah tidak seseram tadi. "Kau benar-benar Slytherin paling baik!"
"Aku memang baik." Kyungsoo mulai berjalan menjauh. "Dan jangan berkeliaran, Park, atau aku potong poinmu."
"Bagaimana kalau kau temani aku?"
Kyungsoo menoleh. "Maaf?"
"Kau harus memastikan aku benar-benar kembali ke asramaku, ya kan, Prefect?" ucap Chanyeol licik. Dia tahu Kyungsoo mempunyai gengsi yang tinggi.
"Kau sudah kelas 5, demi jenggot Merlin. Kembali lah sendiri."
"Baiklah, tapi sebenarnya aku berencana untuk menyelinap ke dapur elf malam ini. Jika prefect lain memergoki ku masih berkeliaran, aku akan mengadu kalau Prefect Do Kyungsoo membiarkanku berkeliaran."
Smirk
Chanyeol tahu dia menang telak.
Kyungsoo mendengus kasar. "Baiklah. Ayo bayi."
Chanyeol pun mengikuti langkah Kyungsoo dengan senang hati.
