Tahu tidak? Di dunia ini ada yang lebih menyebalkan dari jalan macet atau ngantri tapi doserobot orang. Dalam kasusku, hal itu adalah ketika seorang gadis jatuh di beranda kamarku lalu bilang.

"Namaku Hinata, aku datang dari masa depan untuk melindungmu."

Seperti itu.

Hal itu terjadi dua minggu yang lalu. Dan, sejak dua minggu yang lalu pula orang yang kusebut di atas mulai menghuni kamarku seakan hal itu sudah jadi sesuatu yang alami.

Tentu saja aku tidak langsung percaya dan mengijinkan gadis jadi-jadian itu tinggal di rumahku. Tapi, setelah melihat sendiri apa yang akan bisa terjadi kalau dia tidak ada, aku memutuskan untuk memegang kata-katanya dan membiarkan dia melindungiku.

Kau tanya kenapa dia kusebut jadi-jadian? jawabannya adalah karena dia bahkan bukan manusia. Dia menyebut dirinya DOLL, kependekan dari Digital prOgrammed Long Lasting Android. Aku tidak tahu detailnya tapi mari kita anggap saja kalau dia itu saudaranya terminator.

Aku sendiri sulit percaya kalau kulit putihnya, rambut lembut panjangnya, mata cemerlang, dan wajah manis itu adalah buatan tangan manusia. Orang di masa depan! selera kalian benar-benar kelas tinggi.

Ngomong-ngomong tentang masa depan. Dia bilang kalau tiga tahun dari sekarang akan terjadi perang dunia ke tiga yang melibatkan negara-negara super power dan teknologi yang katanya harusnya baru bisa ditemui tiga puluh tahun lagi.

Hal itu sendiri tidak terlalu mengejutkanku, mengingat manusia memang suka mementingkan diri dan orang lain itu belakangan. Yang mengejutkanku adalah omonganya yang bilang kalau penyebab kejadian itu adalah aku.

Lucu sekali. Hanya saja fakta kalau ada banyak benda aneh dan orang yang dikirimkan untuk membunuhku sama sekali tidak bisa membuatku tertawa.

Namaku adalah Naruto Uzumaki, seorang anak yang ditinggal orang tuanya karena hutang.

Sampai dua tahun yang lalu aku tinggal di panti asuhan, tapi untuk sekarang aku menumpang di rumah adik Ayahku yang tiap hari mengeluh di kamarnya saat mau tidur.

Secara sederhana, hidupku selama dua tahun numpang bisa dibilang damai. Meski di rumah aku sering diganggu adik perempuan angkatku, di jalan aku dikerjai adik kelas maniak FPS, dan di sekolah aku dimarahi ketua OSIS. Tapi itu masih sangat jauh lebih nyaman daripada pengalamanku yang sebelum-sebelumnya.

Harusnya aku sih tidak punya alasan untuk memulai perang sebab aku juga tidak mau kehidupan tenangku jadi berantakan.

Sayangnya. Dua minggu yang lalu, kehidupan damaiku itu dijungkirbalikan seratus delapan puluh derajat.

Sejak Hinata datang, yang namanya di serempet peluru, dilempari granat, ditodong pistol, atau dikejar-kejar benda mekanik bersenjata sudah seperti kegiatan sehari-hari. Pulang dengan baju kotor dan baret-baret adalah oleh-oleh minimal yang biasanya kubawa ke rumah kalau aku sudah kena masalah.

Hanya saja, sekarang aku sedang tidak mood untuk memikirkan hal semcam itu. Sebab sebuah benda kecil yang bisa meledak baru saja jatuh beberapa meter di depanku.

"Naruto!.."

Kakiku yang tadi menapak ke tanah kini tidak bisa merasakan lagi adanya pijakan. Sebuah ledakan di bawah kakiku membuatku terlempar beberapa meter ke udara, walau aku tidak terkena langsung tapi tetap saja badanku masih merasa sakit.

Lalu, di udara. Hinata menangkap dan membawaku seperti seorang pengantin membawa mempelainya. Biasanya yang melakukan hal itu adalah laki-laki, tapi di masa depan sepertinya yang namanya emansipasi wanita sudah ada di level yang berbeda.

Dengan sebuah penarik portable berkecepatan tinggi dengan panjang kabel tiga puluh meter yang ada di pinggangnya, dia membawa badan kami berdua ke sebuah tembok gedung bertingkat. Dalam pose bergelantung seperti laba-laba. Atau mungkin spiderman.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

Aku sendiri juga bingung. Lawan kami kali ini adalah sebuah DOLL humanoid setinggi dua meter, berbadan besar, bersenjatakan SMG, dan sesuatu yang kalau aku tidak salah ingat namanya adalah Railgun.

Tidak seperti senjata konvensional, railgun menggunakan energi listrik sebagai pengganti gunpowder sehingga kekuatan penghancurnya juga ada di level yang berbeda. Dengan proyektil yang meluncur di delapan kali kecepatan suara, tembok betonpun akan jadi seperti kertas. apalagi tubuh manusia.

"Di manga yang kubaca, salah satu heroinya bisa menembakan railgun dari tangannya dengan sebuah koin. Mungkin aku bisa melakukannya dan mengalahkan benda itu dengan sekali tembak."

Kau bisa dengar tidak? sebuah andorid dari masa depan menggunakan manga sebagai referensi untuk mencari cara mengalahkan musuhnya. Orang-orang di masa depan! apa ada prajurit yang sempat baca manga saat sedang berperang?

"Ini uang koin berhargaku."

Secara teori cara itu bisa dilakukan. Dengan mengeluarkan listrik dalam tegangan tinggi tangan gadis itu bisa jadi meriam ukuran mini. Sarannya patut dicoba.

Kami turun dari tembok lalu Hinata mengepalkan telapak tangan kanannya. Dia meletakan koin pemberianku di depan jempolnya, setelah itu entah bagaimana caranya dia mengluarkan arus listrik pendek bertegangan tinggi yang bahkan bisa kulihat dengan mata telanjang melompat ke sana ke mari dari lengannya.

"Rasakan ini!"

Gadis itu menjentikan jempolnya dan, koin pemberianku terbang meluncur meninggalkan jejak kemerahan di udara. Tapi, meski benda itu sukses menabrak targetnya yang terjadi tidak seperti yang diharapakan.

Bukannya target jadi hancur berkeping-keping, malahan koin yang ditembakan ke arahnya langsung terpantul begitu saja. Sekarang kami benar-benar sedang dalam masalah besar, benda itu jadi tahu posisi kami dan langsung bergerak dengan cepat ke tempatku.

"He..he.. sepertinya jarak efektifnya tidak lebih dari lima puluh meter, maaf ya."

"Berhenti tertawa! sekarang hadapi benda itu dan ulur waktu, aku akan memikirkan sesuatu."

"Baik!"

Yang kami tembakan hanyalah sebuah koin, sangat normal kalau benda itu meleleh saat bergerak di udara dalam delapan kali kecepatan suara.

Kami berpisah. Aku berlari mundur untuk mencari tempat berlindung sedangkan Hinata maju untuk melakukan pertarungan jarak dekat.

Tolong jangan anggap aku ini pengecut, meski keceradasan buatan itu akurat dan cepat tapi mereka sangat buruk kalau dihadapkan dengan situasi tidak terduga yang tidak diprogramkan. Sehingga interfensi dari manusia masih jadi hal yang sangat penting.

Bersamaan dengan kedatanganya, dia juga membawa program-program yang secara paksa dimasukan ke dalam semua perangkat yang terhubung dengan aku OneBoxku. Program itu adalah aplikasi untuk melakukan pengaturan dan kontrol lanjutan pada Hinata. Tentu yang dikendalikan secara manual hanyalah pergerakan dasar seperti serang, mundur atau bertahan, untuk gerakan yang lebih rumit sistem akan melakukan assist dari perhitungan internalnya sendiri.

Hanya saja, tidak mungkin musuh-musuh yang datang ingin membunuhku dapat dikalahkan dengan beberapa gerakan dasar. Mengeluarkan gerakan kombinasi khusus atau fitur tersembunyi Hinata kadang adalah satu-satunya cara untuk bisa menang. Tapi yang namanya gerakan benda pemilik otak itu kalau diuraikan satu persatu jumlahnya sangatlah banyak, dan semua gerkan itu ada di setiap paket-paket kecil yang jumlahnya ada jutaan. Paket-paket itu tidak mungkin bisa masuk ke SSD tabletku sehingga aku menyipannya di Komputer dalam rumahku lalu menjadikannya sebuah repositori pribadi. Dengan begitu aku hanya perlu mendownload paket yang kubutuhkan ke tabletku di saat dibutuhkan saja daripada menginstal semua paket plugin programnya sekaligus.

Saat ini. Sambil mengendalikan pertarungan Hinata aku sedang mendownload 53 paket berkestensi .deb. Kenapa .deb? karena di masa depan tidak ada orang yang mengcompile programnya dalam ekstensi .exe.

Seperti yang sudah kuduga. Sepertinya perusahaan yang software terbesar dunia bangkrut gara-gara perang. Oleh sebab itu, hasil kerja keras komunitaslah yang masih tetap ada dan terpelihara sampai jauh di masa depan.

Suara ledakan terdengar dan gambar di tabletku bergoyang. Ini adalah tanda hal buruk. Kalau begini aku tidak bisa hanya duduk dan berharap pada koneksi internet yang lambat. Aku harus membantunya kalau tidak mau dia dihancurkan.

Penarik portablenya dia serahkan padaku agar aku bisa kabur kalau keadaan semakin memburuk, karena itulah pergerakanya yang sekarang jauh lebih lambat dari biasanya. Saat ini dia benar-benar jadi target empuk untuk lawannya. Dia memang menyuruhku untuk kabur kalau dia kalah, tapi tentu saja tidak mungkin aku melakukanya. Meski dia bahkan bukan manusia, sangat tidak etis seorang pria meninggalkan wanita untuk dihajar.

Aku keluar dari tempat persembunyianku lalu melayang dengan cepat menggunakan Penarik portable di pinggangku ke tempat mereka berdua sedang bertarung.

"Berikan salah satu pedangmu padaku! kita perlu mengulur waktu, aku akan jadi pancingan sedangkan kau menyerangnya dari jauh."

Tanpa interfensiku, yang bisa dia lakukan hanyalah apa yang aku perintahkan padanya. Itu berarti, meski nanti aku terpojok dia tidak akan datang menyelamatkan sebelum aku benar-benar akan mati. Kau tahu hukum robot kan, lindungi manusia, turuti manusia, jaga diri sendiri. Cuma peraturan di level atasnya yang bisa membatalkan peraturan lain.

Tentu saja aku ini bukan orang yang jago bela diri, kemampuan bertarungku hanyalah sebatas imbang melawan satu preman dan babak-belur saat dihajar dua preman. Tapi, fakta kalau musuh kami itu pada dasarnya hanyalah sebuah barang elektronik, bisa dipastikan kalau benda itu sedikit banyak mengalami kerusakan yang disebabkan arus listrik tegangan tinggi dari railgun gagal Hinata.

Meski aku bilang bertarung tapi sebenarnya yang kulakukan hanyalah lempar batu sembunyi tangan. Aku menyerang asal-asalan lalu kabur dan saat benda itu mengejarku Hinata akan menyerangnya dari jauh dengan menembakan koin-koinku dari tangannya.

Ada yang bilang kalau orang modern hidupnya tergantung pada internet. Sekarang aku benar-benar merasakan hal itu. Hidupku kugantungkan pada sebuah modem CDMA yang kubeli seharaga tiga ratus ribu.

Kalau algoritma benda yang kami lawan lebih cepat dalam menganalisis pola serangan kami daripada koneksi internetku yang sedang kugunankan untuk mendownload paket-paket plugin program pengontrol Hinata, Kami akan tamat.

"IIIIIIII Hate! Slow!"

Sambil berteriak seperti orang gila, aku mundur lalu cepat-cepat mengembalikan pedang di tangaku ke pemilik aslinya.

Drrtttt.

Tabletku bergetar yang artinya proses download sudah selesai. Yang terisa hanyalah melakukan proses instalasi.

Ubt:/home/NarutoGX# dpkg -i *.deb

Hinata hanya diam saja.

Ubt:/home/NarutoGX# selecting previously deselected package libmove-Extreme42

Ubt:/home/NarutoGX# (Reading database. . . . 549566 files and directory currently installed)

Puluhan paket yang tadi kudownload mulai diekstrak untuk diinstal.

Ubt:/home/NarutoGX# unpacking libmove-Extreme42 (from... )

Paket-paket yang kudwonload adalah sebuah plugin untuk membuat Hinata mampu melakukan serangan bertubi-tubi menggunakan pedangnya. Berhubung musuh kami punya berbagai macam senjata yang sangat merepotkan di tubuhnya, adu serang dari jarak jauh sudah out of question.

Ubt:/home/NarutoGX# seting up limbove-Extreme42. . . .

Tidak memberi waktu untuk musuh bisa beraksi adalah kunci keberhasilan gerakan ini. Musuh kami adalah tipe yang menggunakan serangan jarak jauh sebagai senjata andalannya, harusnya benda itu tidak hebat dalam pertarungan jarak dekat.

Harusnya.

Ubt:/home/NarutoGX# ./Metal_Eater

Hinata berlari cepat, lalu setelah dia berada tepat di depan musuhnya dia langsung menebas satu-persatu senjata yang diarahkan kepadanya.

"Haaa!"

DOLL yang dilawan Hinata mencoba mundur untuk menghindari kontak langsung, tapi usahanya gagal. Hinata dengan agresif terus maju dan menjaga jarak mereka agar tidak melebar sambil terus menebaskan pedangnya untuk menghancurkan bagaian demi bagian tubuh lawannya.

Dalam dua puluh detik musuh kami sudah tidak bisa lagi bergerak.

Dari jauh bisa kulihat uap transparan panas mulai keluar dari tubuh Hinata. Kalau sudah seperti ini, dia tidak akan lagi bisa bergerak dengan normal dan memaksaku menggendongnya ke rumah seperti yang sebelum-sebelumnya. Ya, sesuatu semacam ini sudah terjadi beberapa kali.

Aku mendekatinya lalu melepaskan berbagai peralatan yang melekat di badannya lalu memasukanya ke sebuah koper besar.

Ya, sebuah koper. Ternyata di masa depan yang namanya kantong ajaib masih belum ditemukan.

"Naruto, badanku rasanya pah-nas."

"Jangan buat suaramu jadi erotis seperti itu!."

Setelah menyembunyikan koper berisikan benda-benda dari masa depan, aku mengangkat tubuh Hinata yang sudah jadi seperti boneka tali tanpa tali.

Aku harap tidak ada yang melihat hal ini, kalau sampai ada entah masalah tambahan macam apa lagi yang akan kudapatkan.

Setengah jam kemudian, aku sadar kalau dari dulu harapanku sangat jarang kesampean. Tanpa sadar aku membawa Hinata ke rumah lewat pintu depan. Dan, tepat di balik pintu yang sedikit terbuka di depanku. Seorang gadis berusia dua belas tahun menatapku dengan sangat tajam.

Setajam silet.

"Sebagai adikmu! aku menuntut sebuah penjelasan, siapa dia!?"

Keberadaan Hinata adalah sebuah rahasia. Kenapa? memangnya bagaimana aku akan menjelaskannya? bilang kalau dia ini android dari masa depan yang dikirim untuk melindungiku? memangnya siapa yang akan percaya? lagipula kalau ada yang percaya itu berarti dia bukan orang normal.

"Aku menunggu!"

Kenapa aku harus diintrogasi oleh adiku sendiri? siapa yang tahu? yang jelas sekarang aku harus berpikir untuk mencari alasan terbaik yang bisa kugunakan untuk menjelaskan situasiku.

"Hanabi, tenang saja! satu-satunya gadis yang kucintai adalah kau dia ini cuma orang pingsan yang ngeletak di jalan."

Adiku kelihatan masih ragu, tapi mungkin saja kepercayaanya padaku terlalu besar sehingga bisa saja dia memakan alsanku mentah-mentah. Aku harap begitu.

"Naruto. . . aku tidak tahan lagi."

"Diam kau! sudah kubilang jangan buat suara-suara erotis seperti itu, apa kau tidak sadar ada anak di bawah umur di sini?"

Adiku yang bisanya tidak suka menunjukan ekspresi di wajahnya kali ini tersenyum padaku, dengan senyuman secerah mentari yang bahkan membuatku jadi silau.

"Ehm! Kakakku! asal kau tahu saja ya, kau juga masih di bawah umur."

Dia membanting pintu.

Malangnya.

Entah kenapa aku jadi merasa kalau kemalangan-kemalangan lain cuma menunggu giliran untuk menampar mukaku.


Ch 1 Is In Progress (kebanyakan terinspirasi dari Unbreakable Machine Doll)