Ansatsu Kyoushitsu/Assassination Classroom © Yūsei Matsui.
funny things to forgive © locked pearl.
.
Note: headcanon. setting: seven years after.
a/n: ini saya masukin dalam genre humor dan kemungkinan gagal. entahlah, sepertinya ini garing sekali. sudah lama sejak saya banyak baca meme. but, terima kasih untuk yang telah mampir. salah satu soal saya ambil dari sebuah web.
.
.
.
Nagisa fokus pada lembaran-lembaran yang diperiksanya. Tidak habis pikir dengan murid-muridnya ini. Mereka murid SMA loh, bukan lagi anak SMP atau SD bahkan TK! Dirinya menggeleng, apakah Nagisa Shiota ini telah gagal sebagai guru? Entah ia harus kesal atau tertawa melihat jawaban yang sungguh kreatif.
Ada satu lembar yang benar-benar kosong. Bahkan tidak ada nama atau kelas. Apalagi jawaban. Jelas Nagisa bingung (dan mungkin akan kesal), tapi ketika membalik ke lembaran belakang, terdapatlah secarik post-it berwarna kuning. (Dalam hati ia mengeluh; Kuning lagi, kuning lagi. Mengapa pencetak post-it terlalu banyak mencetak dengan warna kuning sih—
—kemudian merasa bersalah seketika mengingat Koro-sensei).
Nah, post-it ini baru ada tulisannya; Maaf, Sensei. Setelah belajar adab, saya tahu bahwa kita harus menaati semua yang dikatakan dan diperintahkan seorang guru. Tetapi jika guru itu khilaf, maka tugas kitalah untuk mengingatkannya. Saya menyadari ada kesalahan di sini, yaitu warna kertas yang Sensei gunakan untuk soal sekaligus tempat menjawabnya. Kertas ini berwarna putih. Putih adalah kesucian. Saya tidak mungkin menodai kesucian ini dengan tinta pulpen saya. Dan bagaimana bisa saya menjawab soal yang telah menodai kesucian kertas?
Menepuk dahi, sudahlah, biarkan saja. Nagisa lanjut ke lembar berikutnya. Memeriksa nomor satu. Sebuah paragraf bernomor.
(1) Sore hari, di warung dekat gedung pertunjukan yang biasa menjadi tempat berkumpul para aktor dan seniman itu, Muhsin menunggu Cella. (2) Tetapi pada detik-detik yang telah dijanjikan, perempuan yang ditunggu belum juga menampak dari balik pintu. (3) Mushin merasa gelisah, selera makan dan senyumnya menjadi lenyap. (4) Ingin bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan perempuan itu sendirian.
Pertanyaan pertama dari simulasi di atas adalah: "Apa yang terjadi dengan tokoh Muhsin dalam penggalan cerita di atas?"
Iya, ini ujian esai. Jawaban yang tertera adalah:
Dalam penggalan cerita tersebut tokoh Muhsin menampakkan ciri-ciri skizofrenia. Di kalimat nomor (2), Cella tidak datang ke tempat Muhsin menunggu. Tetapi kenapa tiba-tiba di nomor (4) Muhsin pergi dan ingin meninggalkan Cella sendirian—padahal Cella sendiri belum ada?
Nagisa menggigit gigi.
Pertanyaan berikutnya. Soal HOTS!
"Apa yang sebaiknya dilakukan ketika sebuah viral terjadi?"
Jawaban: Menunggu ramenya meme.
Nagisa, pusing sendiri sementara di luar festival olahraga sedang berlangsung.
Salah satu guru memasuki ruangan terengah-engah. "Shiota-sensei tidak menonton ke luar? Anak kelasmu sedang bersiap bertanding baseball."
Ia melirik jam. Baru teringat. "Iya, terima kasih, Sensei."
"Kalau begitu aku duluan! Seru sekali di luar!"
Ditutupnya dahulu acara mengoreksi hari ini. Walau sebentar lagi pula dirinya akan bertemu anak-anak menggemaskan itu. Ketika sampai di tepi lapangan baseball, tiba-tiba saja dirinya teringat festival olahraga di Kunugigaoka tujuh tahun silam. Dan, saat pertandingan berlangsung pun, anak kelasnya tidak ada beda dalam kerusuhan. Mau tidak mau, Nagisa akhirnya memaafkan murid-muridnya itu. Toh sebenarnya dirinya juga merasa terhibur.
end
