Tidurnya yang terasa nyaman seketika hilang saat beberapa tepukan di pipi diterimanya. Sedikit mendapatkan kesadarannya, ia menyampaikan bentuk protesnya pada seseorang yang sudah mengganggu acara tidurnya dalam sebuah lenguhan pelan.
"Chagiya!"
Oke, telinganya sudah mendengar sebutan itu beberapa kali, dan ia yakin panggilan penuh sayang itu ditunjukan untuknya.
Perempuan dibalik selimut yang sama dengannya itu bernapas lega saat kedua mata lelaki yang sedari tadi ia coba bangunkan itu perlahan terbuka.
"Ini masih terlalu pagi, Sora." Geramnya, dan ia menarik perempuan itu untuk berada dalam pelukannya.
"Cepat bangun! Orangtuamu sudah pulang, Yesung!"
Dan pemuda bernama Yesung itu tampaknya masa bodoh saja, bahkan jika orang tuanya nanti menemukannya dalam keadaan telanjang, bersama seorang wanita yang sama telanjangnya, dan berduaan di atas kasur di dalam kamarnya ini pun ia tak peduli.
"Hah, biarkan saja." Jawabnya, kali ini dengan kedua mata yang kembali tertutup.
"Jangan bodoh! Ayah dan ibumu bahkan sedari tadi meneriaki namamu dan menggedor pintu kamar ini!"
Perempuan itu beberapa kali memukul dada bidang pemuda di hadapannya agar cepat tersadar dan berhenti melakukan perbuatan yang mungkin dapat mengundang amarah ayahnya nanti.
"Biarkan saja, ayah dan ibu— apa?! Ibu?!"
Saat itu juga kedua mata Yesung terbuka lebar, bahkan ia langsung bangun dari tidurnya. Membuat perempuan di hadapannya itu menatapnya bingung.
"Ya, ibu, ada yang salah?"
"Apa kau bercanda? Sejak kapan aku memiliki ibu?!"
.
.
.
.
Love Hate ©Choi Rinri
Super Junior © God, SMEnt, and their parents.
Maint Cast : Kim Jongwoon & Kim Ryeowook
Warning : YAOI, OOC, OC, Typo(s), Adult Fanfic, AU, Ageswitch, Mom!Wook & BadSon!Yesung.
Don't Like? Don't read!
.
Yesung : 24 tahun
Ryeowook : 27 tahun
Kangin : 40 tahun
.
.
Enjoy!
.
.
Saat ini Yesung benar-benar tak tahu bagaimana caranya ia tersenyum. Ia dalam keadaan mood yang hancur total!
Sejak ia membuka pintu kamarnya, bahkan ia yang saat itu hanya mengenakan celana pendeknya, ia sudah diseret begitu saja oleh ayahnya menuju ruang tamu, dan tentunya ayahnya pun dalam keadaan mood yang buruk. Sedangkan kekasihnya ikut terkena imbas, keluar dari rumah ini setelah ia mendapat bentakan keras dari Kangin.
Yesung sedari tadi menutup rapat mulutnya, masa bodoh dengan ayahnya yang terus berbicara—
"Kau mendengarkanku atau tidak, Yesung?!"
—bahkan kembali membentaknya.
Yesung mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk dengan raut masamnya. "Ya, aku mendengarkannya." Timpalnya asal.
"Jadi, mulai sekarang ia akan tinggal disini, bersama kita."
Dan untuk yang ini, Yesung benar-benar mengangkat wajahnya dan menatap kedua mata ayahnya dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Tidak! Aku tidak setuju! Lebih baik kau bawa saja dia pergi ke apartemenmu, aku sudah terbiasa tinggal sendiri di rumah ini, aku tidak mau diganggu!"
Nada suaranya meninggi, bahkan Yesung sempat menggebrak meja di hadapannya sebagai pelampiasan rasa kesalnya atas keputusan ayahnya, yang menurut Yesung semaunya sendiri.
"Apa hakmu untuk tidak setuju atas keputusanku?! Hanya aku yang berhak mengatur apapun di rumah ini!"
"Sejak kapan kau memikirkan tentang rumah ini? Semenjak kematian Eomma dua tahun yang lalu, aku selalu ditinggal sendiri dan seakan tidak memiliki Appa, kau tahu?!"
Kali ini ucapan Yesung membuat Kangin itu menggeram marah.
"Anak kurang ajar!"
"Hentikan, Hyung!"
Dan jika tak ada seorang pemuda bertubuh kecil di sampingnya, mungkin Kangin sudah mendaratkan tamparan keras di pipi putranya tersebut.
Yesung memutar kedua matanya malas, merasa muak melihat adegan tersebut. Baginya, sikap pemuda di samping ayahnya tersebut hanya berpura-pura membelanya saja agar terlihat baik.
Kesimpulannya, seperti mencari muka.
"Jadi, kau datang pagi-pagi ke rumah ini, mengganggu tidurku, dan bahkan mengusir kekasihku, hanya untuk memperkenalkan aku pada namja ini dan menyuruhku untuk memanggilnya dengan sebutan Eomma?"
Yesung tersenyum mengejek, memperhatikan pemuda yang sejak beberapa saat lalu diperkenalkan Kangin sebagai ibu barunya. Mereka sudah menikah, bahkan Yesung sendiri tak tahu kapan ayahnya itu menikah, kali ini Yesung yang menyebut Kangin sebagai ayah kurang ajar.
"Ya, namanya Kim Ryeowook."
"Aku tidak bertanya, Kangin."
Yesung tertawa pelan, sedangkan Kangin menahan napasnya dengan Ryeowook yang mengusap bahunya dan terus mengingatkannya untuk lebih bersabar.
"Setidaknya, jika ingin memberiku ibu baru, berikanlah aku seorang wanita cantik, bertubuh seksi, dan terlihat menggoda hingga aku pun diperbolehkan untuk mencicipinya di ranjang."
Yesung menyeringai, memperhatikan Ryeowook dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Bukan yang seperti ini.. payah sekali. Dan apa kini orientasi seksmu bermasalah? Sejak kapan kau menyukai seorang pria? Astaga.. Eomma di surga pasti akan sangat muak melihat suaminya menjadi memiliki kelainan—"
Plak!
Dan saat itu juga Kangin menampar Yesung, wajahnya memerah dengan napas yang memburu. Amarahnya sudah berada di puncak, bahkan ucapan Ryeowook yang memintanya untuk lebih menahan emosi pun tak digubrisnya.
"Ucapan kotor macam apa yang baru saja kau katakan, Yesung?!"
Kangin bangkit dari sofanya, menatap Yesung dengan tatapan marah yang begitu menyalang.
"Hyung, tenangkan dirimu! Kita dapat membicarakan ini dengan baik-baik!"
Ryeowook berusaha menarik Kangin untuk kembali duduk di tempatnya. Ia begitu panik melihat Kangin yang begitu tersulut emosi. Karena selama ini, Kangin selalu bersikap lembut padanya, ia tak pernah melihat Kangin yang seperti ini. Kangin yang begitu terbakar emosinya.
Yesung hanya diam dan mengusap pipinya yang terasa panas. Ia tersenyum samar.
"Tapi anak kurang ajar ini sudah menghinamu, Ryeowook!"
"Dia pantas dihina, apa yang pantas dibanggakan dari pemuda pendek sepertinya? Dada yang besar saja ia tak punya. Sudahlah! Aku ingin kembali tidur!"
Dan saat itu juga Yesung melangkah pergi menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Kangin yang masih diliputi emosinya bersama Ryeowook yang terus mencoba menenangkannya.
.
.
.
.
Yesung menutup pintu kamarnya dalam sekali bantingan. Dalam hati ia terus berkata, bahwa ia tak ingin memiliki seorang ibu baru.
Ia sadar, bahwa selama ini ia sudah tak lagi menganggap kehadiran Kangin sebagai ayahnya, karena Kangin pun bersikap seperti itu. Kangin seakan tak menganggapnya ada dan Yesung mendapatkan kasih sayang ayahnya hanya dalam bentuk materi.
Maka dari itu, seharusnya ia tak peduli jika Kangin memiliki istri baru, yang secara bersamaan ia pun memiliki ibu baru.
Tapi, bagaimanapun, baginya tak ada satu pun yang dapat menggantikan ibunya.
Park Jungsoo, hanya dialah wanita yang akan selalu dan sampai kapanpun ia sebut Eomma. Bahkan, sekalipun sosok berparas cantik itu tak lagi dapat Yesung lihat, selain dari sebuah foto berbalut bingkai hitam yang terletak di atas meja nakasnya.
Hanya Park Jungsoo, bukan Kim Ryeowook.
Yesung jelas tak terima. Selama ini, ia hanya tinggal sendiri di rumah ini. Maka tak heran ia begitu hidup bebas dan tanpa arahan. Membentuk karakternya yang buruk dan pemberontak, selalu melakukan apa yang diinginkannya sendiri.
Dan sekarang, tiba-tiba Kangin datang, setelah sekian lama tak bertemu dengannya, datang bersama seorang pemuda yang diperkenalkannya sebagai ibunya dan mulai detik ini akan tinggal bersamanya.
Itu tandanya, hidupnya yang bebas mungkin akan segera berubah menjadi hidup yang penuh aturan karena ia akan tinggal bersama seseorang yang harus dipanggilnya Eomma. Ia sudah memperkirakan jika pemuda bernama Kim Ryeowook itu akan banyak mengatur hidupnya.
Dan Yesung sama sekali tak ingin diatur.
Yesung juga memperkirakan jika namja bernama Kim Ryeowook itu hanya berbeda beberapa tahun lebih tua darinya. Mungkin tiga tahun? Yesung memperkirakan.
"Selain menjadi gay, sekarang dia pun menjadi pedophile." Ujarnya, mengingat umur Kangin yang sudah memasuki kepala empat dan kini istri barunya itu berumur tak jauh berbeda dengannya, anaknya sendiri.
Sebenarnya ia tak masalah dengan hubungan sesama jenis itu, karena ia sendiripun memiliki beberapa teman yang memiliki kekasih seorang namja. Bahkan ia pun pernah di ajak salah satu temannya, Hyukjae namanya, pergi ke sebuah bar yang berisikan kumpulan para namja yang saling memadu kasih di dalamnya.
Yesung masih mengingat bagaimana tubunya selalu bergidik ngeri setiap melihat banyak namja yang berciuman, saling menyentuh tubuh pasangannya, dan mendesah penuh gairah di dalam bar tersebut.
.
.
.
.
"Mungkin Yesung masih butuh waktu."
Kangin menghela nafas, ia membawa koper berisi pakaian Ryeowook ke dalam kamarnya. Ryeowook membuntutinya di belakang, ia ikut menghela nafas.
"Apa ia membenciku?"
Ryeowook menatap Kangin saat pria itu menoleh ke arahnya. Raut manisnya terlihat muram. Sejujurnya, tentu saja ia sedih atas sambutan Yesung yang tak begitu bersahabat padanya. Atau bahkan bisa disebut Yesung sama sekali tidak menyambut kehadirannya di rumah ini.
Kangin menaruh koper milik Ryeowook di samping lemari, kemudian ia duduk di samping ranjang dan menepuk tempat di sampingnya meminta Ryeowook untuk duduk disana.
"Ia tak membencimu, sudah kukatakan ia hanya membutuhkan waktu untuk menerimamu sebagai ibu barunya."
Kangin mengusap rambut Ryeowook dengan lembut, membuat Ryeowook sedikit merasa tenang dan ia tersenyum tipis. Kangin memang selalu tahu bagaimana cara membuatnya agar ia merasa nyaman dan tenang, Kanginnya memang begitu lembut.
Dan ia sedikit bingung, kenapa anak tirinya itu begitu bertolak belakang dengan Kangin?
.
.
.
.
"Kau tak seharusnya melakukan ini, Ryeowook."
Kangin berjalan ke arah dapur dan menemukan Ryeowook yang pagi ini sudah disibukan dengan kegemarannya, yaitu memasak.
"Ini sudah waktunya sarapan, Hyung. Beruntung di kulkas terdapat beberapa bahan masakan, dan Yesung pun pasti belum mengisi perutnya, kan?"
Ryeowook terus melanjutkan kegiatannya. Memotong beberapa sayuran hijau dan memasukannya ke dalam air yang mendidih, lalu mengaduknya beberapa saat.
"Kau masih saja memikirkan anak itu." Kangin menghela napas, lalu memeluk Ryeowook dari belakang.
"Bagaimanapun, sekarang Yesung menjadi anakku juga. Sudah seharusnya aku memperhatikannya."
Ryeowook tersenyum kecil, kemudian mematikan api kompor dan mulai menyiapkan tempat untuk masakan yang dibuatnya.
"Aku ingin mengenal Yesung lebih dekat, Hyung. Aku ingin mengenal anakku lebih dekat."
Ryeowook membawa masakannya menuju meja makan. Kangin mengikutinya di belakang.
"Aku tahu, jika bukan karena itu kita tak mungkin berada di rumah ini. Aku lebih suka berada di apartemen kita, hanya berdua denganmu."
Kangin menarik kursi untuk Ryeowook, kemudian duduk di samping istrinya tersebut.
"Jangan seperti itu, Hyung." Ryeowook tersenyum kecil lalu duduk di kursi yang sudah disiapkan Kangin.
"Sekarang aku sudah mengabulkan permintaanmu, membawamu ke rumah ini agar kau dapat mengenal Yesung lebih dekat. Bahkan akupun harus ikut tinggal di rumah ini dan kita akan menjadi keluarga bahagia, seperti impianmu." Raut Kangin terlihat tak suka, "Astaga, kupikir itu terlalu sulit untuk terjadi. Kau ingat sendiri bagaimana sikap Yesung saat pertama kali melihatmu, kan?"
Ryeowook yang mendengar Kangin terus berbicara itu hanya tersenyum sembari menyiapkan sarapan untuk suaminya tersebut.
"Kita tidak akan tahu seperti apa kedepannya, Hyung." Ryeowook menaruh sarapan yang sudah disiapkannya di depan Kangin. "mungkin saja kedepannya Yesung dapat berubah dan menerimaku sebagai ibunya."
Kangin menghela nafas, lagi-lagi Ryeowook terus bersikeras untuk tetap menjalankan rencananya; tinggal di rumah ini bersamanya dan Yesung lalu mereka bertiga menjadi keluarga yang bahagia.
"Ya, terserah saja," dan Kangin mulai menyantap sarapannya.
Ryeowook kembali tersenyum mendengarnya.
"Aku akan membangunkan Yesung."
"Tidak perlu," Kangin menahan Ryeowook untuk tetap di tempatnya, "Dia pasti akan menyakitimu lagi jika kau melakukan itu."
Kali ini Ryeowook menyerah, mengikuti apa yang Kangin katakan dan ia kembali duduk manis di samping suaminya.
"Lebih baik sekarang kau habiskan sarapanmu dulu, sayang."
.
.
.
.
Hari ini bukanlah hari libur. Maka dari itu, mungkin wajar jika setelah sarapan tadi Kangin sudah diharuskan untuk pergi ke tempat kerjanya. Namun, yang membuat Ryeowook sebal adalah;
Apakah di hari pernikahannya yang baru saja menginjak satu minggu ini Kangin masih diharuskan untuk bekerja?
Kenapa Kangin hanya mengambil cuti dengan waktu yang begitu singkat?
Ryeowook mengerucutkan bibirnya sebal. Padahal, sebagai pengantin baru, ia ingin sekali menghabiskan waktu lebih lama dengan Kangin. Wajar saja, kan?
Dan disinilah Ryeowook sekarang, duduk sendiri di sofa ruang tamu dengan berbagai pikiran yang membuatnya gelisah. Selain memikirkan tentang Kangin dengan rasa sebal yang dirasakannya, Ryeowook juga memikirkan Yesung.
Ya, Ryeowook memikirkan namja yang kini menjadi putranya itu. Anak laki-laki yang hanya berbeda 3 tahun dengannya dan dipaksa Kangin untuk memanggilnya dengan sebutan Eomma.
Ryeowook mendongkak, memperhatikan tangga yang berada tak jauh dari ruang tamu. Pagi sudah berganti siang, namun Yesung masih belum terlihat keluar dari kamarnya. Bahkan sarapan yang dibuatnya pun sudah dingin.
"Sepertinya ia benar-benar membenciku, mungkin saja jika aku tak disini, Yesung pasti sudah beraktivitas sejak pagi." Ryeowook menghela napas.
Ryeowook terus memandangi tangga, berharap Yesung sudah menapaki tangga itu dan turun lantai dasar rumah ini.
Namun karena terlalu lama seperti itu, pada akhirnya Ryeowook justru melamun. Bahkan, ia tak menyadari Yesung yang kini sedang turun melewati tangga dan memperhatikannya.
Yesung tak banyak berekspresi saat melihat Ryeowook berada di hadapannya. Ia masa bodoh bahkan berjalan seperti tak menganggap keberadaan ibu tirinya tersebut.
Ryeowook baru tersadar saat ia mendengar kegaduhan dari arah dapur. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Yesung yang ternyata baru saja memecahkan gelas.
"Astaga, Yesung!"
Ryeowook segera berlari dan menghampiri Yesung yang kini sedang berjongkok dan memunguti satu persatu pecahan gelas di lantai.
"Menyingkir."
Yesung menepis keras tangan Ryeowook yang berniat untuk membantunya. Walau mendapat penolakan dari Yesung, Ryeowook tetap bersikeras ingin membantu.
"Biar aku yang membereskan—"
"Kubilang menyingkir, bodoh!"
Yesung kembali menepis tangan Ryeowook, namun hal tersebut justru tak sengaja membuatnya terkena pecahan gelas yang dipegang Ryeowook. Yesung meringis pelan dan menatap tajam Ryeowook.
"Kau sengaja melakukannya?!"
Yesung masih belum melupakan kekesalannya tadi pagi, bahkan ia menganggap Ryeowook sebagai penyebab ia menerima tamparan dari Kangin. Setelah sekian lama ia tak bertemu ayahnya, mereka kembali bertemu dengan sebuah tamparan sebagai sambutan. Sama hangatnya dengan sebuah pelukan yang biasa diberikan ayah kepada anaknya jika mereka sudah lama tak bertemu.
"Tidak, Yesung, a-aku— akh!"
Ryeowook meringis saat Yesung menarik salah satu tangannya, dan ia tak mengerti kenapa Yesung melakukan itu. Hingga ia merasakan sakit saat Yesung menaruh pecahan gelas di telapak tangannya lalu namja itu membuat tangannya mengepal dan menekannya.
"Akh s-sakit, Yesung.."
Ryeowook mulai menangis saat pecahan gelas menekan begitu kuat dan melukai telapak tangannya. Bahkan Ryeowook dapat melihat darah segar mulai mengalir disana.
Yesung justru menyeringai, senang melihat Ryeowook kesakitan.
"Ini baru permulaan,"
Yesung masih menekan kepalan tangan Ryeowook, ia menatap kedua mata Ryeowook yang memerah dan basah. Bibirnya menyungging membentuk seringai jahat.
"Aku tak memerlukanmu, karena aku tak pernah mau menganggapmu ada disini. Urusi saja dirimu." Yesung menekankan setiap ucapannya.
Ryeowook memberanikan menatap Yesung dengan mata yang terus meengeluarkan air dan bibir kecilnya mengeluarkan isakan pelan.
Yesung mendekatkan wajahnya ke telinga Ryeowook, dan itu membuat Ryeowook merasa takut dan tegang.
"Aku memberimu dua pilihan. Tetap berada disini dengan rasa sakit yang bahkan lebih dari yang kau rasakan sekarang, atau segera pergi dari sini bersama suamimu yang brengsek itu." Bisik Yesung.
Kedua mata Ryeowook membulat mendengar ucapan Yesung. Apakah Yesung benar-benar serius dengan ucapannya? Apakah Yesung memang ingin melukainya? Jika melihat darah yang terus mengalir dari telapak tangannya, Ryeowook yakin ucapan Yesung tadi bukan sekedar gurauan.
Ryeowook menggigit bibirnya, menahan dirinya agar ia tak menangis seperti anak kecil. Ia sudah dewasa, ia tak boleh menangis, apalagi karena namja di depannya ini. Namja yang berstatus sebagai putranya dan disini ia sebagai ibunya.
Puas melihat Ryeowook tersiksa, Yesung melepaskan tangan Ryeowook dan pergi meninggalkan dapur. Ia menapaki anak tangga dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Ryeowook membuka telapak tangannya yang kini dipenuhi darah. Menatapnya dengan tatapan nanar. Rasanya memang sakit, namun hatinya terasa lebih sakit saat ia sadar bahwa Yesung benar-benar membencinya. Belum ada sehari ia di rumah ini, tapi Ryeowook sudah diperlakukan seperti ini.
Ryeowook kini sadar, ia tak akan pernah percaya pada cerita Cinderella. Ia tak akan percaya pada cerita yang menyebutkan jika ibu tiri itu kejam dan selalu menyiksa anak dari suaminya.
Karena yang kini Ryeowook rasakan justru berbanding terbalik dengan cerita di dongeng anak-anak itu.
.
.
.
.
Setelah mengobati lukanya, Ryeowook segera menuju supermarket untuk membeli beberapa bahan masakan. Mengingat Yesung yang selama ini tinggal sendiri, di dalam kulkasnya lebih di dominasi oleh makanan instan. Sangat minim persediaan makanan seperti sayur dan daging.
Setelah pulang dari supermarket, Ryeowook dengan semangat membersihkan rumah ini. Rumah besar yang selama ini ditinggali Yesung begitu tak terawat. Ia memaklumi karena Yesung hanya tinggal sendiri dan tak memiliki pembantu.
Sedikit kesulitan memang, mengingat tangannya yang hanya ia obati dengan diberi tetesan obat merah. Namun Ryeowook tetap bekerja dengan telaten. Setidaknya, jika Yesung tak nyaman dengan kehadirannnya di rumah ini, Ryeowook ingin membuat Yesung nyaman dengan rumahnya yang kini dalam keadaan bersih dan rapih.
Setelah membersihkan rumah, memasak untuk makan malam lalu membersihkan diri, Ryeowook berniat merenggangkan tubuhnya yang lelah di sofa. Baru saja ia duduk, ia melihat kehadiran Yesung.
Ryeowook diam-diam memperhatikan Yesung yang menuruni anak tangga. Sejak insiden tadi pagi, ia tak memiliki keberanian untuk menatap Yesung secara langsung, apalagi untuk menyapanya.
Yesung malam ini terlihat rapih namun terkesan santai. Ryeowook menebak jika Yesung akan pergi keluar, mungkin menemui kekasihnya itu?
Rasanya Ryeowook ingin menyapa Yesung, atau bahkan meminta Yesung untuk makan malam terlebih dulu bersamanya dan Kangin yang sebentar lagi akan pulang.
.
.
.
.
"Akh, asap rokokmu membuatku muak, Hyung!"
Hyukjae menutup hidungnya, ia juga mengibaskan sebelah tangannya pada asap yang melewati pandangannya. Hyukjae memang seorang namja, namun ia bukan seorang perokok seperti Yesung. Ia justru sangat membenci rokok, terutama asapnya.
Yesung mendengus, "Kau tahu sendiri, aku akan seperti ini jika aku dalam keadaan mood yang buruk, bodoh."
Hyukjae menghela nafas. Ia tahu itu, Yesung akan semakin berulah jika ia dalam keadaan tak baik. Ia bisa menghisap banyak rokok dan menenggak berbotol-botol minuman jika sedang memiliki masalah.
"Jadi, hari ini apa masalahmu, Hyung?" Hyukjae menggeser duduknya untuk lebih mendekat pada Yesung, "kita datang ke bar ini untuk bersenang-senang, ayolah!"
"Sejak kapan aku bisa bersenang-senang di dalam bar berisi gay seperti ini?"
Hyukjae tertawa mendengarnya. Ia sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Yesung, mengingat dirinya sendiri adalah seorang gay. Dan ia pun masih ingat, jika sahabatnya ini benar-benar risih dengan hubungan tabu antara sesama jenis itu.
Namun anehnya, Yesung sama sekali tak merasa risih bahkan jijik padanya, mereka dapat berteman baik sejak bangku sekolah hingga kini keduanya sudah menjadi pria dewasa.
"Oke, oke, sekarang ceritakan apa masalahmu!"
Yesung menekan ujung rokoknya pada pinggiran meja, kemudian membuangnya asal.
"Si brengsek itu menikah lagi,"
Saat Yesung berkata seperti itu, Hyukjae seketika terlihat menahan tawa. Reaksi sahabatnya tersebut tentu saja membuat Yesung jengkel.
"Kau pikir aku sedang bergurau?"
"Tidak, tidak," Hyukjae masih mencoba menahan tawanya, "sekarang aku tanya, sejak kapan kau peduli pada Appamu, huh?"
"Aku tak pernah peduli padanya."
"Lalu dimana masalahnya?" tanya Hyukjae kembali.
"Sekarang pria brengsek itu tinggal bersamaku, bersama istri barunya itu."
Mendengar penjelasan Yesung, Hyukjae akhirnya tak bisa menahan tawanya lagi.
"Hebat! Kalian akan menjadi keluarga yang bahagia!" ejek Hyukjae seiring tawa lebarnya.
"Menjijikan!"
Hyukjae masih menertawai nasib sahabatnya itu meski kini raut wajahnya berubah dan err— aura menyeramkan yang kini mulai Hyukjae rasakan.
"Hey, jangan cemberut, dong!" Hyukjae menyikut pinggang Yesung, "seharusnya kau senang, Hyung. Mungkin setelah ini kau akan memiliki keluarga yang baha—"
"Persetan! Istri si brengsek itu seorang namja!"
"Mwo?!" kedua mata Hyukjae dibuat membulat. "kau mengejekku tidak waras karena berpacaran dengan Donghae, dan sekarang ayahmu sendiri berhubungan dengan seorang namja, bahkan mereka sudah menikah. Jadi kau ini anak dari orang yang sama tidak warasnya denganku, ya, Hyung?"
Hyukjae semakin tertawa lebar.
"Hyukjae sialan!"
.
.
.
.
Yesung membuka pintu dengan sedikit terhuyung. Keadaan di dalam gelap saat ia berhasil membuka pintu dengan susah payah, mengingat ia yang hampir keseluruhan kesadarannya berada dibawah pengaruh alkohol.
Ia kembali menutup pintu dengan satu bantingan keras. Tak peduli sebising apapun, karena di dalam pikirannya ia masih hidup sendiri. Di rumah ini masih ditinggalinya sendiri. Masa bodoh dengan dua orang yang ia anggap sebagai pengganggu itu.
"Oh, sudah pulang?"
Yesung yang saat ini sedang berjalan dengan meraba-raba dinding seketika mendongkak, melihat seseorang yang baru saja berbicara dan menyalakan lampu di ruang tamu rumah ini.
"Ternyata kau, brengsek," ujar Yesung pelan.
Kangin menatap tajam Yesung, kedua tangannya terkepal kuat dengan rahang yang mengeras. Tanpa berbicara apapun lagi, Kangin segera menghampiri Yesung dan—
Brak!
Saat itu juga Yesung terdorong menabrak meja karena sebuah pukulan keras yang diterimanya. Kangin baru saja memukulnya, tepat di wajahnya.
"Anak bodoh! Apa yang sudah kau lakukan pada Umma-mu, hah?!"
Yesung tak memberi perlawanan saat Kangin menarik kerah jaketnya, membuat tubuhnya sedikit terangkat.
"Aku tak pernah mendidikmu untuk menjadi anak kurang ajar seperti ini!"
Kangin kembali memberi satu pukulan di wajah Yesung. Tepat saat ia memukul Yesung, Ryeowook terbangun dan berlari keluar kamar.
"Hentikan, Hyung!"
Ryeowook segera menarik Yesung dan merengkuhnya. Melindunginya agar tak kembali mendapat pukulan dari Kangin.
"Kau melukainya!" Ryeowook mulai menangis melihat keadaan Yesung yang hampir bisa dikatakan babak belur. Ia cairan merah pekat yang mengalir di sudut bibir Yesung, "kau melukai anakmu sendiri!"
"Tapi dia juga melukaimu, Ryeowook! Dengan sengaja dia melukaimu!"
"Ini hanya luka kecil di tangan tapi Hyung membalasnya dengan luka yang lebih parah! Kenapa kau setega ini pada anakmu sendiri?!"
Kangin tak lagi membalas ucapan Ryeowook. Ia diam, mencoba mengatur emosi dan napasnya yang memburu. Tanpa berbicara apapun lagi, Kangin memilih untuk pergi meninggalkan Ryeowook dan kembali ke kamarnya.
Ryeowook tak mempedulikan Kangin yang mungkin saat ini marah padanya. Dengan susah payah ia mencoba mengangkat tubuh Yesung, memapahnya menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Yesung yang dalam keadaan setengah sadar membuat Ryeowook tak terlalu kesulitan karena ia sedikit-sedikit masih bisa melangkahkan kakinya.
Sesampainya di dalam kamar Yesung, dengan perlahan Ryeowook membaringkan Yesung di ranjangnya. Melihat keadaan Yesung yang mendapat luka di tubuhnya membuat Ryeowook merasa bersalah. Ia berpikir, seharusnya ia tak ceroboh dan dapat menyembunyikan luka di tangannya dari Kangin. Jika ia bisa, mungkin Yesung tak akan seperti ini.
Dan mungkin Yesung tak akan semakin membencinya setelah ini.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
A/N
Ekhem siapa ya yang kemarin minta dibikinin fanfic baru ekhem *clingak clinguk* xD
Hai! Aku kembali dengan fanfic baru, sesuai dengan permintaan beberapa readers yang meminta dibuatkan fanfic baru x3 Fanfic ini temanya sebenernya agak ganjal(?). Jujur, tema fanfic ini terinspirasi dari beberapa fanfic yang pernah aku baca (bukan yewook, sih) yang menceritakan hubungan orang tua dan anak gitu. Tapi yang aku baca semenya jadi ayahnya, ukenya jadi anaknya, dan itu banyaaaaak banget. Ada juga yang ukenya ibunya, semenya anaknya, tapi wajar soalnya ukenya di kehidupan nyata pun umurnya lebih tua dari semenya.
Tapi ini… aku ngebalik posisi jadi Yesung yang anaknya dan Ryeowook ibunya xD umur Ryeowook pun dibuat lebih tua dari Yesung. Nekat sih bikin cerita kaya gini, sama kaya waktu bikin ryeowook jadi pedo dan yesung jadi anak kecil xD Yesung disini sadis ya (seperti biasa._.) tapi mungkin lebih berandal(?) dibanding Yesung di Yours atau fanfic penyiksaan aku yang lain xD ngomong2 Yours, sabar ya yang satu itu lagi proses ._.)b
Sebenernya ini masih prolog gitu, masih banyak yang belum aku jelasin dan seiring berjalannya waktu (ceilah xD ) akan bermunculan tokoh tokoh lain. Buat pacarnya Yesung, itu OC ya, bukan Kang Sora atau sora sora yang lainnya ._. Oh iya, disini Yesung dibuat straight xD dia normal gitu, tapi setelah ketemu ryeowook yang awalnya benci kesananya jadi…..tau lah :3
Oh iya lagi, makasih banget buat yang udah nyempetin review di MLF ;; ga nyangka kalian masih inget dan seantusias ini.. kalian semua luar biasa! Hahaha ;-;)b aku selalu penuh perasaan dan seksama(?) kalau baca satu persatu ripyu dari kalian. Sampai senyum senyum gitu xD
Panjang banget ya.. ._. udah deh segitu dulu, ditunggu ya ripyunya! ^^)b
Jangan lupa lerstarikan fanfic yewook yang hampir punah ya! xD
