Suasana Stadium Konoha saat itu sedang sangat ramai karena konser tunggal yang diadakan di sana, konser terakhir seorang penyanyi solo Yamanaka Ino yang akan segera pensiun dari dunia hiburan. Bukan karena usia yang tidak memungkinkan, sungguh Yamanaka Ino tidak setua itu dia bahkan baru berusia 16 tahun saat ini, semua orang juga menanyakan kenapa dia sampai hati meninggalkan dunia hiburan di saat popularitasnya sedang memuncak seperti itu. Namun alasan yang dia berikan saat ini adalah karena dia ingin menjalani kehidupan normal sebagai siswi SMA biasa, padahal banyak sekali siswi seumurannya yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan popularitas seperti Ino, namun gadis itu justru melepaskannya begitu saja, entah alasannya itu benar atau tidak yang jelas keputusannya untuk mundur sudah final.
The Warmest Rain
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
"Aku ingin berteman dengan banyak orang, agar aku bisa dikenang saat takdir membawaku pergi."
The Warmest Rain by Yuzumi Haruka
"Hei, kemarin kau lihat konsernya Ino-chan nggak? Keren banget lho, sayang itu yang terakhir…"
"Iya, dia hebat bisa memberikan perform penutup dengan begitu indah!"
"Aaaah seandainya dia nggak memutuskan pensiun secepat itu ya?"
"Iya, nanti kita harus tanya padanya kenapa mau mundur secepat itu, kan sayang sekali padahal lagu-lagunya bagus dan bermakna dalam!"
Komentar-komentar tentang mundurnya Ino dari dunia hiburan pun kini tengah dibicarakan oleh para siswa siswi Konoha Gakuen di mana Ino menuntut ilmu saat ini, kebanyakan dari mereka adalah teman-teman Ino, memang gadis itu mudah sekali bergaul dengan orang lain, bahkan teman-teman Ino terkadang tak menyadari kalau Ino itu adalah seorang penyanyi terkenal, mereka bergaul dengan gadis itu selayaknya teman biasa meskipun terkadang mereka juga suka mengagumi Ino dan mungkin ada juga yang iri dengan gadis itu karena kesuksesannya.
Srek!
"Ohayou gozaimasu!" seru seorang gadis berambut pirang yang baru saja masuk kedalam kelas.
"Ino-chan, ohayou!" sapa teman-temannya yang kini menyambut kedatangan gadis itu.
"Wah-wah sepertinya kalian sedang asyik bergosip ya? Jahatnya, aku nggak diajak!" keluh Ino sambil mengerucutkan bibirnya pura-pura kesal.
"Hahaha…ayolah Ino-chan, masa' kami mengajakmu saat sedang membicarakan dirimu?" kekeh seorang gadis berambut pink bernama Sakura.
"Oh, kalian menggosipkan aku?" tanya Ino sambil menunjuk hidungnya sendiri.
"Tidak usah pura-pura bego deh Ino! Kau sendiri pasti tahu kan bagaimana hebohnya berita pensiunnya dirimu dari dunia hiburan?" sela Tenten sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
"Kau hutang cerita pada kami lho mengenai keputusanmu itu! Padahal kau kan sedang tenar-tenarnya!" gerutu Shion sambil merangkul pundak Ino yang kini hanya menunjukkan cengiran canggungya.
"Aduh-aduh…kan aku sudah bilang kalau aku ingin menjadi siswi SMA biasa, aku tidak mau tiap hari harus berlarian dikejar-kejar fans setiap berangkat dan pulang sekolah." Kata Ino dengan narsisnya hingga membuat teman-temannya mencibir main-main.
"Iya-iya nona selebritis, kau memang populer jadi tidak heran kalau kau kerepotan mengurusi fans-fansmu yang berjibun itu!" kata Sakura sambil melirik Ino dengan sebelah matanya.
"Hahaha Sakura kau memang paling mengerti aku hihihi…"
Srek!
Pintu kelas kembali terbuka, dan membuat suasana kelas hening sesaat ketika seorang pemuda berambut merah bata bertato kanji ai masuk ke dalam kelas dalam diam, tak ada sapaan yang dia lotarkan pada penghuni kelas seperti yang di lakukan Ino tadi, hanya keheningan yang mengantarkan langkah pemuda itu ke bangkunya di pojok belakang kelas.
"Gaara-kun itu seram ya? Dia penyendiri sekali, banyak lho gosip yang tidak enak tentangnya." Bisik Sakura pada teman-temannya yang lain, dan mereka pun kembali bergosip dengan topik tentang Gaara, sedangkan Ino hanya diam menatap sosok Gaara yang kini melempar pandangannya ke luar jendela, dia bahkan tak mendengar apa yang dibicarakan teman-temannya saat ini.
Gaara menoleh ke arah Ino saat merasa dirinya diperhatikan, dan kedua mata emeraldnya kini bertemu dengan aquamarine Ino, seulas senyum tersungging di bibir Ino saat Gaara membalas tatapannya, namun pemuda itu bukannya membalas senyuman itu tapi malah kembali melempar pandangannya ke luar jendela seolah dia tak pernah medapati apapun di dalam kelas yang riuh itu.
"Ino, hei Ino!" Ino terkesiap saat merasakan tepukan cukup keras di pundaknya.
"Eh? Hah? Ada apa?" tanya Ino setengah linglung.
"Kamu melamun ya? Padahal kami sedang membicarakan hal serius!" gerutu Sakura sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada tanda kesal.
"Ah maaf aku nggak dengar hehehe…" kata Ino sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Oi kau tadi memperhatikan Gaara ya? Sebaiknya jangan dekat-dekat dengannya, katanya dia bisa membunuh orang hanya dengan tatapannya lho!" kata Tenten dengan muka serius.
"He? Jangan bercanda ah! Mana ada orang yang bisa membunuh orang Cuma dengan tatapan? Hahaha kau mengada-ada Ten!" Ino tertawa mendengar ucapan Tenten yang tidak masuk akal itu. Sedangkan Gaara yang kelihatannya diam saja tapi dia tetap bisa mendengar apa yang dibicarakan orang-orang di depan sana, namun dia tak mau ambil pusing tentang gosip ganjil itu.
"Kau ini dikasih tahu malah dikira main-main! Dia itu katanya pimpinan geng berandalan yang suka mangkal di dekat stasiun lho, katanya ada yang melihatnya sedang ngumpul dengan geng motor!" kata Shion terlihat meyakinkan.
"Wah apa benar? Meskipun aku suka bergosip tapi untuk yang satu ini sepertinya aku tidak percaya hihihi…" Ino malah terkikik geli karena gosip-gosip aneh dari teman-temannya itu. Entah kenapa dia bisa tidak mempercayai gosip miring tentang Gaara, padahal dia sendiri tak pernah sekalipun bicara dengan pemuda itu.
Ino kembali mengarahkan kedua matanya pada sosok Gaara yang masih diam di bangkunya, namun kini sebuah kamera digital tengah berada dalam genggamannya, sepertinya pemuda itu tengah melihat isi kamera itu, terlihat dari kedua matanya yang terfokus pada layar kamera. Tanpa Ino sadari seulas senyum kembali merekah di bibirnya saat melihat Gaara yang begitu tenang menghadapi berbagai gosip miring tentang dirinya, Ino sangat yakin kalau Gaara tak mungkin tidak tahu mengenai gosip yang beredar tentang dirinya itu, dan entah kenapa Ino ingin sekali membuktikan pada teman-temannya kalau Gaara tidak seperti yang mereka pikirkan.
=The Warmest Rain=
Cklik!
Gaara menatap hasil jepretannya setelah mengkap gambar langit siang itu, tak ada perubahan ekspresi yang berarti dari pemuda itu saat melihat gambar di layar kameranya, namun pemuda itu tetap kembali melanjutkan kegiatannya memotret langit. Saat itu Gaara berada di atap sekolah, biasanya jam-jam istirahat seperti itu dia memang suka berada di atap untuk memotret langit dengan kameranya.
"Hm…langitnya cerah ya?" Gaara berjenggit sekilas saat tiba-tiba mendengar suara seseorang di sampingnya,pemuda itu pun langsung menoleh dan mendapati seorang gadis berambut pirang yang dia kenal sebagai Ino Yamanaka tengah berdiri di sampingnya sambil menilik layar kameranya.
"Kau suka sekali memotret langit ya?" tanya Ino sambil menelengkan kepalanya menatap Gaara.
"Itu bukan urusanmu!" kata Gaara yang langsung menjaga jarak dari Ino.
"Menurutmu apa yang menarik dari pemandangan langit?" tanya Ino yang sepertinya tak memperdulikan nada ketus Gaara barusan dan malah kembali mendekati Gaara yang tadi sudah menjaga jarak hingga membuat pemuda itu melirik kesal padanya.
"Menyingkirlah! Aku tidak suka diganggu!" kata Gaara lebih ketus dari yang tadi.
"Oh ya, kenapa kau tidak menyangkal gosip miring tentangmu itu? Yang mereka katakan itu tidak benar kan?" sepertinya urat sensitif Ino sudah putus saat ini, buktinya dia tak mengindahkan aura pengusiran dari Gaara, malah semakin mengoceh menanyakan hal-hal yang mungkin sebenarnya tidak terlalu penting untuk ditanyakan.
"Hn? Kenapa diam saja Gaara-kun? Kau belum menjawab semua pertanyaanku lho!" Ino kembali menelengkan kepalanya menatap wajah Gaara yang terlihat bingung mau menunjukkan ekspresi seperti apa? Dan pada akhirnya Gaara hanya bisa menghela nafas pasrah, dia tahu betul tipe seperti Ino itu bukanlah orang yang mudah untuk diusir.
"Kau suka sekali membawa kamera digital kemana-mana ya?" tanya Ino lagi.
"Hn." Hanya itu lah jawaban Gaara yang dia gumamkan sambil kembali memotret langit.
"Ah, akhirnya kau menjawabku juga Gaara-kun hehehe…" Ino menunjukkan cengiran kemenangannya, sedangkan Gaara hanya meliriknya sekilas kemudian kembali fokus ke layar kamera.
"Jadi menurutmu, apa yang membuat langit begitu menarik untuk dipotret?" Ino kembali mendekat ke arah Gaara dan menilik layar kamera yang diarahkan pemuda itu ke atas, di mana objeknya berada.
"Karena langit selalu menyajikan pemandangan yang berbeda-beda setiap detiknya." Ino menoleh dan menatap Gaara dalam diam, itu adalah jawaban terpanjang dari Gaara selama dia bertanya hal-hal tidak penting pada pemuda itu.
"Kenapa kau menatapku?" tanya Gaara tanpa mengalihkan perhatiannya dari objek kamera di atas sana.
"Gaara-kun, maukah kau menjadi temanku?" tanya Ino dengan nada lebih serius dari ucapan-ucapan sebelumnya, dan itu membuat perhatian Gaara teralih padanya.
"Memangnya sejak kapan kita jadi musuh?" tanya Gaara dengan nada datarnya namun membuat Ino terdiam dan melebarkan matanya.
"A…itu…kurasa kita memang tak pernah bermusuhan hehehe…" kini Ino menggaruk belakang kepalanya tanda salah tingkah, Gaara meliriknya sekilas kemudian kembali menekuni kameranya.
"Dasar aneh!" gumam Gaara yang tak dapat didengar oleh Ino.
"Ah ya Gaara-kun, memangnya kau tidak merasa jengah dengan gosip-gosip miring tentangmu itu? Kau bisa meluruskannya kan?" tanya Ino yang kini bersandar di pagar kawat di pinggir atap.
"Aku tidak perduli dengan itu, sudah terlalu biasa!" kata Gaara yang kini mulai melihat-lihat hasil jepretannya.
"Tapi kau tidak seperti yang mereka bilang kan?" tanya Ino lagi yang membuat Gaara menoleh padanya.
"Menurutmu?" tanya Gaara penuh misteri.
"Hm…feelingku mengatakan kalau kau ini orang baik." Kata Ino dengan pose seolah sedang memecahkan kasus tersulit di dunia.
"Kenapa begitu?" kini Gaara ikut bersandar di pagar kawat sambil menanti jawaban Ino.
"Karena kau mau menjadi teman ngobrolku siang ini." Kata Ino dengan senyum cerahnya.
"Hanya karena itu saja tidak bisa membuktikan orang itu baik atau tidak!" kata Gaara setengah bergumam karena lagi-lagi dia kembali fokus pada layar kameranya.
"Tapi feelingku tidak pernah salah lho!" Ino mengedipkan sebelah matanya saat mengatakan itu, namun Gaara seolah tak terpegaruh dengan kediapan mata Ino, dia kembali mengarahkan lensa kameranya ke atas untuk mengambil gambar langit lagi.
"Hmmm….kau benar-benar suka memotret langit ya? Kenapa tidak mencoba memotret manusia?" tanya Ino lagi.
"Aku tidak mau!" jawab Gaara singkat.
"Kenapa?" tanya Ino penasaran.
"Karena aku tidak suka!" lagi-lagi Gaara menjawabnya dengan singkat.
"Kalau begitu potret aku saja! Kau juga bisa merekam video tentangku, jarang-jarang kan ada kesempatan merekam selebritis tanpa bayar? Hihihi…"
"Kau lupa kalau kau sudah bukan selebritis lagi." Kata Gaara langsung yang membuat Ino menaikkan sebelah alisnya.
"Oh iya ya, aku kan sudah pensiun hihihi…" kini Ino menggaruk tengkuknya tanda malu.
"Tapi jiwa narsismu rupanya tetap melakat pada dirimu." Kata Gaara yang entah kenapa kini mulai mengarahkan lensa kameranya pada Ino yang masih bersandar di pagar kawat.
Ino menatap Gaara dalam diam, dan kedua matanya tertuju pada lensa kamera Gaara yang megarah padanya.
"Apa yang kau rekam Gaara-kun? Bukankah kau tidak mau merekam atau memotret manusia? hihihi…kau sudah melanggar ketentuanmu lho hahaha…" Ino tertawa lebar mengejek Gaara yang sudah melanggar ketentuannya sendiri.
"Biar kutegaskan! Aku tidak mau memotret atau merekam hal yang kubenci!" kata Gaara yang masih mengarahkan lensa kameranya pada sosok Ino dengan tawa riangnya di depan sana.
"Wah senangnya, berarti kau tidak membenciku ya?" tanya Ino masih dengan senyum lebarnya.
"Mungkin." Jawab Gaara datar, namun mode video kameranya tetap menyala dan menyorot ke satu titik di mana Ino berada.
"Arigatou ne Gaara-kun!" kata Ino dengan riangnya, angin lembut menyibakkan helaian rambut pirangnya yang kemudian menutupi sebagian wajah Ino. Gaara tertegun saat menyadari sesuatu yang ganjil dari ekspresi Ino, namun dia belum tahu di mana letak keganjilan itu sehingga dia hanya bisa terdiam sambil masih mengarahkan lensa kameranya pada Ino.
=oooooo=
"Kakashi-san, memangnya apa lagi yang mau kita cari tentang Yamanaka Ino? Bukankah dia sudah pensiun?" Tanya seorang pria yang tengah mengikuti langkah pria lain di depannya.
"Aku hanya masih penasaran dengan kebenaran di balik mundurnya dia dari dunia entertain, aku rasa masih ada sesuatu yang belum sampai ke permukaan, jika kita menemukannya pasti akan menjadi berita besar!" kata Kakashi sambil berjalan santai menyusuri jalanan Konoha yang cukup ramai.
"Jika kabar yang kudengar samar-samar kemarin terbukti, rating TV kita pasti akan naik." Lanjut pria itu yang membuat temannya mengerutkan dahinya tanda bingung.
"Kabar tentang apa Kakashi-san?" Tanya pria itu kemudian.
"Tentang seorang artis muda yang menderita penyakit mematikan." Jawab Kakashi yang kini membuat rekannya tertegun.
=oooooo=
Ino duduk di pinggir lapangan basket sambil melihat teman-temannya bertanding. jam terakhir hari itu adalah olahraga, karena kebetulan guru pembimbingnya sedang ijin, akirnya siswa kelasnya memutuskan untuk bermain basket.
Kedua mata aquamarine Ino bergulir ke arah piggir lapangan di sisi lain, dia melihat Gaara tengah bermain sendiri dengan bola basket di tanganya, berkali-kali pemuda itu berhasil memasukkan bola dari daerah three point dan itu membuat Ino menatap kagum padanya.
"Kenapa dia tidak ikut main saja?" pikir Ino yang kemudian beranjak dari duduknya untuk menghampiri Gaara.
"Hei Ino! Kau mau kemana?" panggil Sakura saat melihat Ino beranjak.
"Mau mencarikan teman untuk seseorang!" kata Ino dengan senyum penuh misterinya, sedangkan Sakura hanya bisa beradu pandang dengan tenten dan Shion di sampingnya, tanda kalau mereka sama-sama bingung dengan maksud ucapan Ino itu, namun kebingungan mereka terjawab dengan melihat siapa yang Ino dekati sat ini, dan ekspresi bingung mereka berganti menjadi ekspresi shock.
"Ino…kau cari mati ya?" batin mereka frustasi, sedangkan Ino saat ini sudah berada di samping Gaara.
"Yo Gaara-kun!" sapa Ino sambil menepuk punggung Gaara hingga pemuda itu nyaris terjungkal karena serangan mendadak Ino, bahkan bola di tanganya pun sudah lepas dan menantul ke arah luar lapangan. Gaara melirik Ino dengan tatapan tajamnya yang kata orang bisa menjadi senjata pembunuh, tapi nyatanya Ino tidak mati saat ini.
"Apa-apaan kau ini?" desis Gaara yang sepertinya tak suka kegiatannya diganggu.
"Aku hanya menyapamu." Jawab Ino enteng, sedangkan Gaara hanya bisa menghela nafas pasrah kemudian beranjak menghampiri bolanya yang menggelinding ke pojok lapangan, rupanya dia menyerah dengan sikap Ino yang seolah tidak perduli dengan apapun tindakan pengusiran Gaara.
"Kenapa kau tidak main dengan yang lain?" tanya Ino saat Gaara sudah kembali ke sisinya, atau lebih tepatnya kembali ke depan ring.
"Kulihat kau cukup hebat dalam permainan ini, taidakkah kau ingin main dalam pertandingan basket bersama teman-teman yang lain?" tanya Ino lagi, sedangkan Gaara hanya diam sambil kembali memasukkan bola ke dalam ring seolah tak memperdulikan pertanyaan Ino.
"Hei Gaara, kurasa bermain dengan teman lebih menyenangkan dari pada bermain sendiri lho!" Ino masih saja bicara, sementara Gaara masih sibuk dengan self gamenya.
Ino menengok wajah Gaara yang sedang mendrible bola sambil menatap ke arah ring di depan sana, dan ide brilian pun muncul di benak Ino, gadis itu kini berbalik ke arah teman-temannya yang sedang bermain basket di lapangan sebelah dan itu membuat Gaara menghela nafas lega, namun tindakan Ino berikutnya sukses membuat Gaara kembali menahan nafas kerena shock.
"Oi minna! Gaara mau ikut main basket, boleh kan?" seru Ino pada sekumpulan pemuda yang tengah bermain basket, dan seruan Ino itu membuat kegiatan mereka terhenti bahkan lapangan indoor itu menjadi hening sesaat begitu mereka mencerna ucapan Ino barusan.
Greb!
Gaara langsung mencengkram puncak kepala Ino dan memutarnya hingga Ino kembali menghadap padanya.
"Apa yang baru saja kau katakan hn?" desis Gaara dengan nada horror dan penuh penekanan.
"Aku cuma mau mencarikan teman main untukmu kok!" kata Ino dengan senyum lebarnya.
"Kau sudah gila ya?" Gaara kembali mendesis dan kini mendekatkan wajah horornya ke arah Ino.
"Tidak, aku masih waras kok!" jawab Ino dengan masih tersenyum lebar.
"Ano…kalau tidak keberatan…Gaara-san boleh kok ikut main!" kata seorang pemuda dari lapangan sebelah, dan itu membuat Ino dan Gaara menengok ke arahnya dengan kedua mata membulat karena shock tak menyangka mereka akan menerima Gaara bergabung.
"Um…ku lihat Gaara-san sangat hebat saat memasukkan bola three pointer." Kata pemuda lainnya.
"Sebenarnya…kami sudah lama ingin mengajak Gaara-san main, tapi…kami tidak berani mengatakannya." Pendapat lain pun mulai bermunculan.
Rupanya teman-teman sekelas Gaara sebenarnya ingin mengajak Gaara bergabung untuk main dengan mereka, tapi mereka terlalu takut untuk mendekati Gaara, menginggat berbagai rumor tidak baik mengenai Gaara, juga kepribadian Gaara yang tertutup dan terkesan dingin membuat mereka merasa segan untuk mendekati pemuda berambut merah itu.
"Wah, baguslah Gaara-kun, kau bisa main sekarang!" kata Ino dengan senyum lebarnya, gadis itu menatap Gaara yang terdiam seolah terlalu shock dengan apa yang sedang dia alami saat ini, tapi yang jelas dalam hatinya dia senang karena untuk pertama kalinya dia bisa ikut membaur dengan teman-temannya yang lain.
"Kami akan sangat senang jika Gaara-san ikut main bersama kami!" salah seorang teman menyodorkan bola basket ke arah Gaara yang masih terdiam di tempatnya, sedangkan Gaara malah menatap bola itu dengan tatapan bingung seolah menerka apakah ini mimpi atau bukan? Namun Ino segera menepuk pundak Gaara dan memberikan senyuman hangatnya.
"Tunggu apa lagi Gaara-kun? Kau menginginkannya kan?" tanya Ino yang membuat Gaara tertegun, namun kemudian senyum samar tersungging di bibir Gaara, tangan besarnya kembali menyentuh puncak kepala Ino dan mengusapnya gemas.
"Arigatou na!" Kira-kira itu lah maksud dari sikap Gaara barusan, meskipun tak dkatakan secara langsung tapi Ino mengerti dengan sikap tubuh Gaara tadi, gadis itu pun tersenyum lembut saat melihat punggung Gaara yeng perlahan menjauh bersama pemuda yang mengundangnya bermain tadi.
"Ganbatte ne, Gaara-kun!" gumam Ino yang tentu saja tak dapat didengar oleh Gaara yang sudah memulai permainan pertamanya.
=oooooo=
Gaara melangkah menyusuri koridor sekolahnya bersama dengan teman main basketnya tadi, rupanya dia sudah cukup akrab dengan mereka setelah permainan tadi, Gaara juga sering memberikan masukan tentang trik-trik basket pada teman-temannya dan hal itu membuat mereka semakin mengagumi Gaara, perlahan mereka melupakan gosip-gosip tidak baik tentang pemuda berambut merah itu seiring dengan kedekatan mereka dengan Gaara.
"Wah ternyata hujan ya?" gumam salah seorang pemuda berambut coklat bernama Kiba.
Saat ini mereka sudah mencapai loker sepatu dan melihat kondisi di luar gedung sekolah yang ternyata sedang hujan deras.
"Kau bawa payung nggak?" tanya Kiba pada rekannya yang bernama Shino.
"Iya, cukup lebar untuk berbagi." Kata Shino sambil mengeluarkan payung hitamnya yag cukup besar.
"Yokatta! Kalau begitu aku nebeng ya? Soalnya hari ini kakakku pulang malam, jadi aku kebagian memasak makan malam, jadi harus segera pulang!" kata Kiba sambil memakai sepatunya.
"Boleh saja." Jawab Shino yang kini mulai membuka pintu bersiap untuk keluar.
"Kami pulang dulua ya! Jaa ne!" pamit Kiba pada Gaara dan teman-temannya yang lain yang masih berada di dalam.
"Apa kau bawa payung?" tanya pemuda berambut pirang pada Gaara.
"Tidak." Jawab Gaara singkat.
"Sebenarnya aku bawa tapi bukankah rumah kita berlawanan arah ya?" tanya Naruto mencoba memastikan.
"Tak apa, kau pulang duluan saja!" kata Gaara sambil mengepaskan letak sepatunya.
"Gomen ne!" kata Naruto yang kini mulai membuka payungnya dan melangkah keluar gedung.
"Kapan-kapan kita main basket lagi ya!" seru Naruto sambil melambaikan tangannya dari jauh sedangkan Gaara hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kini Gaara hanya sendirian di ruang loker karena teman sekelasnya yang lain semuanya sudah pulang sejak tadi, dilihatnya jam yang terpasang di pergelangan tangannya, rupanya sudah jam 5 lebih 15 menit dan hujan masih mengguyur dengan derasnya. Karena bosan, Gaara merogoh tasnya dan mengeluarkan kamera digitalnya, pemuda itu kembali melangkah ke dalam gedung sambil menatap layar kameranya yang menampilkan hasil jepretannya tadi siang.
Tak terasa Gaara sudah melangkah terlalu jauh dan kini hampir mencapai pintu belakang gedung sekolah yang menuju ke arah lapangan tenis. Entah kenapa Gaara ingin membuka mode video kameranya dan itulah yang dia lakukan sekarang, merekam jalan yang dia lewati menuju pintu belakang gedung. Gaara tertegun saat melihat sosok yang tertangkap kameranya, pemuda itu pun menatap ke depan untuk meyakinkan penglihatannya, dan ternyata apa yang dia lihat di layar kamera itu benar-benar ada di depan sana. Pemuda itu pun melangkah ke luar gedung dengan masih menggenggam kameranya yang masih terarah pada objek di depan sana, beruntung kameranya itu tahan air jadi dia tidak perlu takut kalau kameranya tiba-tiba rusak karena terguyur air hujan.
Gaara masih saja merekam sosok gadis yang tengah basah kuyub karena hujan itu, entah kenapa ekspresi sang gadis membuatnya ingin mengabadikan momen itu.
Gadis berambut pirang itu kini menoleh perlahan ke arah Gaara yang masih merekamnya, dan kedua mata aquamarinenya melebar karena shock di detik berikutnya.
"G…Gaara-kun?" sebut Ino, gadis yang mejadi objek kamera Gaara.
"Kau belum pulang?" tanya Ino, sedangkan Gaara kini berjalan mendekat dan menyorot Ino semakin jelas.
"Hn, kau bisa lihat sendiri kan?" tanya Gaara yang masih menatap layar kameranya yang merefleksikan sosok Ino.
"Kenapa kau hujan-hujanan di sini?" tanya Gaara tanpa mematikan kameranya.
"Aku suka hujan-hujanan hehehe…" jawab Ino dengan cengiran khasnya, namun kemudian kembali mendongak menatap langit yang meneteskan bulir-bulir air hujan yang menerpa wajah dan tubuhnya.
"Aku suka sekali hujan, jadi aku selalu berdiri di bawah hujan dan menikmatinya." Gumam Ino yang kini memejamkan matanya.
"Kenapa kau begitu suka hujan?" tanya Gaara sambil masih merekam Ino.
"Hn? Aku suka hujan karena…." Ino memberi jeda cukup panjang pada kalimatnya yang membuat Gaara mengalihkan pandangannya dari kamera ke arah ino.
"Karena aku bisa main air seperti ini hahahaha…" Ino menciprat-cipratkan air di bawah kakinya ke arah Gaara yang reflek mencoba menghindar.
"Hei apa-apaan kau? Hentikan! Itu air kotor tahu!" protes Gaara yang masih mencoba menghindari serangan Ino sedangkan gadis itu malah semakin gencar menyerang Gaara.
"Hahaha ternyata permainan ini menyenangkan sekali!" kata Ino yang masih mengejar-ngejar Gaara keliling lapangan tenis demi misinya membuat Gaara kotor dengan air tanah.
"Ku bilang hentikan!"
Srat!
Dan cipratan terakhir pun sukses mengenai wajah Gaara.
"Hahahaha kau jadi semakin tampan Gaara-kun hahaha…" Ino malah tertawa terpingkal-pingkal saat melihat wajah Gaara yang penuh pasir.
"Puas kau?" decak Gaara sambil mengusap wajahnya dengan lengannya, berusaha membersihkan wajahnya yang kotor, namun tangannya yang lain masih menahan kameranya tetap menyorot Ino.
"Sebenarnya aku belum puas hihihi…" Ino malah terkikik geli saat melihat Gaara kesal.
"Sudah berapa lama kau hujan-hujanan?" tanya Gaara yang sudah bisa menetralkan rasa kesalnya.
"Um…sejak hujan mulai turun." Kata Ino yang kini mulai menurunkan nada bicaranya.
"Apa kau tidak kedinginan?" tanya Gaara yang kini kembali berkutat dengan kameranya.
"Tidak, karena air hujan ini terasa hangat di kulitku." Kata Ino yang kini kembali menengadahkan wajahnya ke langit dan memejamkan matanya seolah menikmati setiap tetes air hujan yang menyentuh kulitnya.
"Mana ada air hujan yang hangat?" sangkal Gaara dengan nada monton.
"Apa kau tahu Gaara kun? Di dunia ini ada air hujan yang terasa hangat lho!" kata Ino tanpa mengubah posisinya.
"Aku tidak pernah dengar itu!" kata Gaara kembali menyangkal ucapan Ino.
"Hm yaah mungkin saat ini kau tidak tahu, tapi suatu saat kau pasti akan tahu maksudku!" kini Ino menatap Gaara dengan senyum lembutnya, meskipun air hujan membasahi wajahnya namun ekspresi gadis itu tetap bisa terlihat menarik saat Gaara merekamnya.
"Hujan terhangat itu sangat dekat dengan manusia lho." Kata Ino lagi, entah kenapa Gaara merasakan ada yang tidak beres dengan sikap Ino saat ini, perasaan yang sama seperti saat dia melihat senyuman Ino di atap tadi siang.
=oooooo=
"Ne Gaara-kun, apakah kau pernah menangis?" tanya Ino di hari lain di mana mereka tengah berjalan beriringan untuk pulang, itu adalah pertama kalinya Ino pulang bersama Gaara karena biasanya dia pulang bersama Sakura dan yang lainnya kalau tidak sendiri.
"Tidak!" jawab Gaara singkat.
"Yang benar?" tanya Ino lagi.
"Untuk apa aku berbohong?" kata Gaara setengah kesal.
"Saat kau kehilangan sesuatu? Atau saat kau terjatuh waktu kecil? Atau saat kau merasa kesakitan? Atau saat kau mendapat nilai jelek?" tanya Ino bertubi-tubi, Gaara hanya menghela nafas jengah sebelum menjawab.
"Tidak pernah!" katanya singkat.
"Saat kau baru lahir?" tanya Ino lagi.
"Mana mungkin aku mengingatnya?" kata Gaara yang sepertinya mulai kesal.
"Kau ini suka sekali menanyakan hal tidak penting ya?" gumam Gaara yang kini mulai melebarkan langkahnya meninggalkan Ino.
"Aku kan hanya bertanya!" gerutu Ino yang kembali menyusul Gaara.
"Kalau begitu aku tanya padamu, kenapa kau selalu mengikutiku?" tanya Gaara sambil berjalan mundur di depan ino sambil memegang kamera.
"Karena aku ingin berteman denganmu." Jawab Ino dengan wajah polosnya.
"Temanmu sudah banyak, untuk apa kau bersusah payah mendekatiku yang dinilai buruk oleh orang lain?" tanya Gaara lagi.
"Aku hanya ingin mencari teman sebanyak-banyaknya kok." Jawab Ino lagi.
"Tsk! Dasar cewek aneh!" gumam Gaara yang kemudian mematikan kameranya dan kembali berjalan dengan Ino di sampingnya.
"Apakah kau merasa terganggu?" tanya Ino sambil menilik wajah Gaara.
"Entahlah!" jawab Gaara sekenanya.
"Yokatta…arigatou ne Gaara-kun!" kata Ino dengan senyum lebarnya.
"Oi oi…aku tidak bilang kalau tidak terganggu!" Gaara melirik Ino jengah.
"Tapi kau juga tidak bilang kalau kau merasa terganggu hehehe…" Ino nyengir semakin lebar, dan Gaara pun kembali dibuat pasrah karenanya.
Tanpa mereka sadari sepasang mata berbeda warna mengawasi mereka dari sudut lain di jalan yang mereka lewati.
=oooooo=
Gaara mencuri pandang ke arah Ino yang tengah asyik ngobrol dengan teman dekatnya, padahal dia sendiri sedang berada di tengah teman main basketnya. Entah kenapa dia merasa ada yang kurang dari senyuman Ino itu, tapi dia tidak tahu persis di mana letak kekurangannya hingga seorang temannya mangatakan hal yang membuatnya tersadar.
"Hei lihatlah senyum Ino itu! Cantik sekali ya? Seperti di TV, senyumnya tak berubah meskipun di luar shooting!" kata Kiba yang menatap kagum ke arah gadis berambut pirang itu.
"Iya kau benar, sayang sekali dia memilih pensiun dini!" keluh Naruto sambil meletakkan dagunya di atas meja.
"Kheh dia itu cuma mau cari sensasi saja, pensiun dini apanya?" celetuk salah seorang gadis yang mendengar ucapan Naruto.
"Mengumumkan pensiun saat sedang tenar itu salah satu cara para artis untuk mendapatkan perhatian!" cibir gadis itu yang membuat Ino yang mendengarnya beranjak mendekati gadis itu.
"Kenapa nona selebritis? Kau mau protes hn?" tantang gadis itu yang memandang rendah ke arah Ino. Namun dia dibuat terkejut saat tiba-tiba Ino menarik kerahnya dan menatapnya tajam.
"Jangan bicara kalau tidak tahu apa-apa! Atau aku akan membungkam mulutmu dengan sepatuku!" desis Ino dengan nada mengancam hingga membuat teman-temannya tertegun karena baru pertama kali ini mereka melihat Ino marah.
"Bercanda kok hehehe…" kata Ino yang langsung merubah ekspresinya dengan cengiran main-main dan membuat teman-temannya yang lain menghgela nafas lega.
"Bagaimana akting marahku, bagus tidak?" tanya Ino masih dengan cengiran khasnya.
"Kau membuat kami kaget sekaligus takut!" kata Sakura sambil mengelus dadanya mencoba menetraisir shocknya.
"Kupikir kau benar-benar marah Ino, jangan main-main!" sungut Tenten sambil mengepalkan tangannya.
"Kau membuat kami semua shock tahu?" kata Shion gemas sambil mengapit kepala Ino di sela lengannya.
"Hahahaha…maaf-maaf, sebagai permintaan maaf biar kutraktir minuman deh hahaha ampun Shion!" kata Ino sambil mencoba untuk lepas dari jeratan Shion.
"Baiklah kali ini kami maafkan!" kini Shion mulai melepaskan jeratannya dan membiarkan Ino pergi.
"Aku akan kembali dalam beberapa menit!" kata Ino di ambang pintu kemudian beranjak pergi.
Tak ada yang menyadari hal lain di balik ekspresi Ino, kecuali Gaara yang kini mengikuti Ino keluar kelas sambil membawa kameranya.
"Hei kau!" Ino membalikkan badannya saat mendengar suara Gaara dari belakangnya, gadis itu pun tersenyum saat melihat pemuda itu yang lagi-lagi sedang merekamnya.
"Ada apa Gaara-kun?" Tanya Ino masih dengan senyumnya.
"Tersenyumlah!" perintah Gaara dengan nada datarnya, pemuda itu lagi-lagi mengarahkan lensa kameranya pada Ino yang berdiri tak jauh di depannya.
"Hah? Kau ini bicara apa Gaara kun? Bukankah sekarang aku sedang tersenyum?" Tanya Ino masih dengan senyum lebarnya.
"Tidak! Yang kulihat sekarang bukan senyuman, tapi air mata!" kata Gaara yang kini menurunkan kameranya dan menatap Ino tajam hingga membuat gadis itu tercekat.
"Kau selalu melakukannya, senyuman yang sama dengan refleksi di layar kaca." Ino melebarkan matanya mendengar ucapan Gaara, entah kenapa saat ini dia tak bisa membalas kata-kata pemuda itu.
"Kau tahu? Sebenarnya orang yang paling tertutup di antara kita adalah kau!" kini Gaara berjalan mendekat ke arah Ino.
"Ke…kenapa kau bisa bilang begitu Gaara-kun? A…aku kan sudah bersikap terbuka dengan yang lainnya, buktinya tak ada yang tidak mengenalku di sini, iya kan?" Tanya Ino dengan nada yang terdengar gugup saat Gaara terus melangkah mendekatinya.
Kini Gaara menyodorkan kameranya pada Ino, dan membuat gadis itu menatap bingung pada kamera di tangan Gaara.
"Lihatlah seperti apa dirimu di mata orang lain!" kata Gaara dengan nada yang semakin dingin.
"Kau selalu repot mengurusi orang-orang di sekitarmu sedangkan kau sendiri penuh luka sayatan yang tak kau tunjukkan pada siapapun!" Ino tercekat saat melihat Gaara menatapnya dengan tajam dan dingin.
"Kau tahu kenapa aku tidak suka berkumpul dengan orang lain?" Tanya Gaara pada Ino yang masih terdiam.
"Karena mereka munafik!" lanjut Gaara yang kemudian berbalik meninggalkan Ino yang tercekat menatap punggung Gaara yang menjauh.
Ino menunduk menatap kamera digital di tangannya, kemudian membuka flip layarnya dan mulai membuka gallery kemera itu, kedua matanya melebar saat melihat refleksi dirinya yang tengah berdiri di bawah hujan beberapa hari lalu. Punggung yang rapuh, tubuh yang menggigil, dan air mata yang tersamarkan oleh air hujan yang membasahi dirinya. Ino menggigit bibir bawahnya begitu tahu maksud Gaara, rupanya pemuda itu menyadari kebohongannya selama ini, kebohongan mengenai emosi sesungguhnya yang dia rasakan setiap harinya, rasa sakit yang berusaha dia tutupi dengan senyuman.
"Kenapa kau begitu suka hujan?"
"Hn? Aku suka hujan karena…Hujan bisa menghapus air mataku dan menyamarkannya dari pandangan orang lain."
Jawaban yang sesungguhnya itu hanya dapat diucapkan Ino dalam hati, karena dia tak ingin melihat orang lain bersimpati padanya karena kelemahannya itu.
"Ino-san, saya menemukan keanehan pada bagian otak anda, rasa pusing yang selalu anda rasakan itu mungkin berasal dari keanehan itu,"
"Memangnya da apa dengan keadaan otak saya Dokter?" Tanya Ino penasaran.
"Anda mengalami lumpuh otak, anda akan merasakan sakit luar biasa saat sedang memikirkan sesuatu yang membuat anda stress, dan karena anda cukup terlambat menyadarinya hal ini bisa berakibat fatal, kemungkinan terburuk bisa terjadi kapan saja Ino-san." Ino tercekat begitu mendengar ucapan sang dokter yang menganalisa pengyakitnya.
"Aku akan….mati?" gumam Ino dengan nada bergetar.
.
.
.
.
.
Tsudzuku
Terima kasih sudah membaca chap awal ini, chap depan adalah ending dari fic ini, silahkan masukkan pendapat kalian lewat review^^
*Salam Cute*
