Judul : I'm Officially Yours

Rating : M

Genre : Drama – Roman

Pairing : Severus-Hermione

A/N : Eksperimen lagi. FF yang sekarang ini adalah sekuel dari FF SevMione saya yang berjudul "Love Game" yang sebelumnya juga diposting di FFN. Mohon komentar, kritik, saran, dll, karena jujur saja saya masi hijau dalam FF seperti ini. ;)

Chap 1

Risau

Minggu demi minggu, bulan berganti bulan, hingga akhirnya kini sudah setahun lamanya Hermione resmi mendapatkan Severus sebagai pengganti Ron. Selama itu pula ada banyak hal yang membuat Hermione merasa dirinya adalah wanita paling beruntung di dunia. Ya. Ia beruntung. Tentu saja. Dicintai dan diperlakukan sebagai wanita terhormat oleh pasangannya, wanita mana yang tidak akan iri kepadanya? Setiap hari adalah hari baru untuk Hermione. Hari untuk jatuh cinta lagi dan lagi kepada Severus.

Malam itu pun begitulah yang terjadi. Sekali lagi Hermione dibuat terbang tinggi ke awang-awang, mengecap manisnya cinta dan berkubang dalam indahnya surga dunia yang diciptakan oleh pria yang kini menempati ruang hatinya. Setelah melalui pergulatan yang lumayan panjang bagai sepasang belut kepanasan, keduanya terbaring bersisian di atas ranjang dengan selimut sebagai pelapis tubuh, sama-sama menatap langit malam yang bersih dihiasi bintang bertaburan, sembari mengatur nafas mereka yang masih memburu.

"Aku tak percaya kita melakukan ini di sini, di ruang terbuka," kata Hermione, namun wajahnya berseri. "Ini gila, Sev!"

Severus hanya membalasnya dengan menaikkan sebelah alisnya. Ia tersenyum tipis. Sebagai penggagas ide nekat ini, dia memang sudah mempersiapkan segalanya dengan secermat mungkin. Tempat paling sempurna dan romantis yang ia pilih adalah salah satu pulau tak berpenghuni di kepulauan Fiji. Ia perlu mensterilkan pulau berpasir putih itu selama dua-tiga hari, untuk memastikan keamanannya, memasang mantra penolak gangguan dan mantra kamuflase lain untuk tambahan, sebelum akhirnya menyiapkan sebuah candle light dinner yang romantis di tepi pantai sebagai sebuah kejutan untuk Hermione. Seperti yang sudah ia perkirakan, semua rencana indahnya berakhir di tempat yang tepat, di atas ranjang beralas sprei satin yang dikelilingi pohon-pohon kelapa dan juga pemandangan khas pantai yang indah. Untuk kali ini, permainan cinta mereka tak hanya diisi oleh desahan-desahan, tapi juga suara debur ombak memecah karang. Sungguh membangkitkan sebuah sensasi tersendiri.

"Gila dan cukup liar," tambah Severus pada akhirnya, saat Hermione berguling ke pelukannya.

"Aku mencintaimu, Sev…" bisik Hermione mesra di telinga pria itu, sebelum menghadiahinya satu kecupan manis di bibir. Relung hati gadis itu kini diselimuti kehangatan dan kedamaian, seolah ada bagian kosong yang telah diisi-ulang. Perasaan nyaman yang selalu ia rasakan sejak pertama kali mereka berdua bertemu, sekaligus membuatnya penasaran pada sosok Severus hingga ia nekat mencarinya dulu.

Alih-alih membalas perkataan Hermione ini, Severus justru menatap kedua mata gadis itu dalam-dalam. Bibirnya terkunci rapat, namun bias cerah di wajahnya sudah cukup untuk menjawab betapa ia juga mencintai kekasih mudanya ini. Jemari Severus pun tergerak untuk membelai dan menyisir helai-helai rambut Hermione yang tebal bergelombang dan berantakan karena ulahnya tadi. Ia pun menghirup semerbak wangi rambutnya dan mengecup lembut kening gadis itu. Dalam keadaan acak-acakan begini, Hermione pun tetap terlihat cantik dan sangat menggoda. Bulir-bulir keringat di wajah dan tubuhnya membuat gadis itu tampak semakin eksotis. Terutama leher jenjang Hermione yang mengkilap karena keringat, sangat menggemaskan. Pemandangan indah ini membuat mata Severus tak pernah merasa puas meraupnya.

Belaian lembut dan tatapan Severus membuat Hermione tersipu. Binar di sepasang mata kelam pria itu menunjukkan kalau ia begitu terpukau oleh kecantikan Hermione, dan seperti inilah tatapan yang didambakan setiap wanita di dunia, termasuk juga Hermione. Didorong oleh jantungnya yang mulai berdebar tak karuan, Hermione mendekatkan wajahnya ke wajah Severus dan menyentuhkan bibir bagian atasnya ke bibir bagian bawah pria itu sambil mendesah menggoda. Ia ingin sekali lagi mengeksplorasi kenikmatan yang bisa direguknya dari bibir tipis itu. Kenikmatan bibir Severus telah membuatnya kecanduan.

Severus yang menyadari apa kemauan kekasihnya pun sedikit membuka mulutnya, menyambut sentuhan-sentuhan ujung lidah Hermione yang menggelitik. Ujung lidah Hermione melata perlahan, menjamah bibir Severus, sebelum akhirnya masuk ke rongga mulut pria itu untuk menjelajah lebih ke dalam sesuka hatinya. Tak mau diam saja, lidah Severus pun ikut berputar bersama lidah Hermione, bersatu untuk sebuah kolaborasi memabukkan.

"Kau masih mau lagi?" tanya Severus, sesaat setelah Hermione menarik lidahnya dari dalam rongga mulutnya.

"Kenapa? Kau sudah loyo?" goda Hermione, kedua pipinya merona. Meski mereka sudah beberapa kali melakukannya, Hermione masih malu-malu kucing di hadapan Severus. Ia tak tahu kalau Severus justru dibuat gemas dengan sikapnya ini.

Tantangan ini segera diladeni Severus dengan membalik tubuh polos Hermione dan menindihnya agar tidak berkutik. Gadis itu pun hanya bisa menggeliat-geliat saat Severus mulai menciumi seluruh bagian tubuhnya dengan kecupan-kecupan lembut diselingi hisapan panas di beberapa bagian. Dimulai dari bibir atas, bibir bawah, leher, belakang telinga, dada dan perut, daerah di antara perut dan kewanitaan, selangkangan, betis, paha, kaki, dan yang terakhir sekaligus santapan paling lezat, daerah kewanitaan kekasihnya itu. Untuk malam ini, tubuh Hermione seolah menjelma menjadi lembah, gunung, laut, dan dataran yang mempesona, sedangkan Severus adalah pengembaranya yang beruntung.

Serangan gencar yang dilancarkan Severus ini membuat Hermione hampir gila. Bahasa tubuh gadis itu pun menyiratkan kalau ia menginginkan lebih. Daya magnet dalam dirinya menarik bibir Severus untuk terus dan terus menjelajah ke seluruh penjuru, menebarkan kenikmatan sensual yang membuat tubuh gadis itu gemetar, tenggelam dalam lautan gairah, dan berulang kali mendesah saat bibir itu singgah di tempat-tempat sensitif.

Organ intim Hermione sudah kembali basah saat Severus menempelkan hidungnya di sana untuk menghirup wanginya. Tapi penelusuran bibir Severus terhenti sampai di sini. Itu karena ia tak tahan lagi untuk tidak mencium bibir manis Hermione yang tengah sibuk melantunkan erangan-erangan eksotis. Ia membungkam mulut Hermione, membuat desahan-desahan itu berubah menjadi bunyi kecipak dari sepasang bibir yang menyatu.

Sesaat kemudian Severus menjauhkan bibirnya dan mengajarkan teknik berciuman baru kepada kekasihnya. Ia menempelkan bibirnya pada ujung rahang Hermione, sebelum kemudian menggesekkan bibirnya menyebrang ke sisi rahang satunya sambil membalas erangan Hermione. Tujuan bibir Severus adalah telinga Hermione, di mana lidah pria itu bermain-main di atas lubangnya, sekaligus membuat gadis tercintanya semakin terlarut dalam skenario yang ia bawakan. Sementara jemari Severus asyik berselancar menelusuri tubuh mulus Hermione yang menggeliat liar dalam rengkuhannya, membelai dan merangsangnya tanpa terputus.

"Ampuuun…" desis Hermione kewalahan, wajahnya sudah dipenuhi rona merah karena terbakar api nafsu.

Seolah menuruti permohonan terselubung Hermione, Severus menghentikan serangan gerilyanya. Meski sudah demikian terbakar, ia tak ingin terlalu egois dan mendominasi. Lagipula ia sudah berhasil membuat Hermione terangsang berat. Tak perlu tunggu waktu lama untuk menunggu gadis tercintanya itu berbalik menyerbunya. Maka dari itu, Severus melonggarkan tekanannya, membiarkan Hermione mendorongnya hingga posisi mereka berubah, Hermione yang kini di atas tubuhnya.

"Tunjukkan semua yang kau bisa," tantang Severus, sedikit mencibir. Yeah, dia masih merasa jauh lebih hebat dari kekasihnya itu.

Hermione menyunggingkan senyuman termanisnya. Sikap Severus yang jantan membuat dadanya bergetar, menyadari kalau ia semakin jatuh hati pada pria yang sedang ditungganginya itu. Maka Hermione pun mendekatkan bibirnya ke bagian yang dianggapnya paling menggiurkan dari Severus, dadanya yang bidang, untuk menggigit dada itu lembut disertai kecupan-kecupan panas. Sesekali ia menggigit dan menghisap beberapa titik tertentu di sana, dan sebagai balasannya, lenguhan dan geliatan Severus membuatnya bangga akan kemampuannya. Maka gigitan itu semakin turun ke perut Severus yang rata dan turun terus, sampai akhirnya mencapai bagian kejantanan yang selalu dibanggakan Severus.

"Jangan, Hermione. Kumohon," tolak Severus sopan ketika Hermione hendak melanjutkan jilatan dan hisapan mautnya di bagian itu.

"Kenapa?" tanya Hermione bingung. Mau tak mau, ia pun mengurungkan niatnya.

"Aku hanya tak mau melihat wajah cantikmu terbenam di antara selangkanganku. Percayalah. Aku tak rela melihatmu melakukannya."

"Oh baiklah…" balas Hermione. Bibirnya merayapi perut dan dada Severus untuk kembali ke atas, dan menatap wajah pria yang dicintainya tersebut. Pada awalnya ia mengira semua pria pasti senang kalau bagian pribadinya dipermainkan, tapi ia salah. Pria yang satu ini lain daripada yang lain. "Tapi kau curang, Sev."

"Biar saja. Benda yang satu itu hanya punya satu tujuan di tubuhmu selama ini," balas Severus cuek, agak terengah. Pagutan-pagutan Hermione tadi membuat tubuhnya membara. "Dan dia tidak akan pergi kemana-mana lagi."

Hermione tergelak. Gaya bercanda Severus memang aneh. Dingin dan dalam, tapi mengena. Kadang ia pikir selera humor kekasihnya cukup buruk, tidak sebaik seleranya dalam bermain di atas ranjang. Namun untuk kekurangan Severus yang satu ini, Hermione masih bisa menolerirnya. Lagipula, diam-diam Hermione merasa tersanjung. Bagaimana pun hebohnya permainan mereka, Severus tidak pernah memintanya atau bahkan mengijinkannya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh wanita murahan.

"Cium aku, Hermione..." desis Severus.

Permintaan yang bahkan tidak perlu terucap, karena Hermione segera melumat bibir tipis Severus dan terlibat adu lidah dengan Severus. Kali ini kedua tangan Severus kembali berjibaku menjamahi dan meremas bagian-bagian tubuh Hermione yang ranum, membuat gadis itu memekik kecil beberapa kali kerena sensasi gelenyarnya. Eksplorasi kedua tangan itu makin menjadi-jadi saat pemiliknya merasa sedang di atas angin. Di sisi lain, Hermione semakin dilambungkan tinggi dalam lejitan kenikmatan. Sesuatu di dalam dirinya tak bisa ditahan lagi. Ia hampir meledak.

"Malam ini, perlakukan aku sesukamu…" bisik Severus di telinga Hermione, membuat hati gadis itu berbunga-bunga.

Bagai anak kecil yang tunduk pada ibunya, Severus pun menurut saja saat Hermione membimbingnya untuk duduk bersila di atas ranjang, dan melakukan teknik yang seingatnya belum pernah ia ajarkan kepada gadis itu.

Selanjutnya, Hermione memposisikan dirinya duduk di hadapan Severus dengan melingkarkan kedua kakinya di sekitar pinggang pria itu. Sambil mulai berciuman lagi, ia pun menyapa milik pribadi Severus dan mempertemukannya menjadi satu bagian yang nyaman dengan miliknya sendiri. Suara derit dari ranjang mereka yang bergoyang melengkapi harmoni orkestra pantai, alunan desir ombak membelai hamparan pasir, desahan daun nyiur yang disibak angin, dan musik alam lainnya. Hingga pada suatu titik tertentu, mereka berdua merasakan keintiman yang begitu mendalam saat mencapai puncaknya secara nyaris berbarengan. Sesuatu yang membuat wajah Hermione terus berbinar hingga pagi hari nanti. Akhirnya ia berhasil…

***

Pagi harinya Hermione terbangun dengan perasaan segar luar biasa. Di beberapa bagian tubuhnya yang tak tertutup sehelai benang pun tampak bekas-bekas kemerahan, mengingatkannya akan kejadian semalam saat Severus menandai bagian-bagian itu sebagai wilayah kekuasaannya seorang. Mengingat ini membuat Hermione bahagia, merasa dunia sudah menjadi miliknya dalam semalam. Malam yang sangat luar biasa. Ia rela mengulangi hari dengan pembalik waktu agar bisa mengalami saat-saat luar biasa bersama Severus semalam.

Merasa beberapa bagian tubuhnya terasa pegal, Hermione jadi agak enggan untuk bangun. Setelah melewatkan malam yang hebat bersama Severus di sebuah pantai, mendadak saja pagi ini ia sudah terbangun di kamarnya sendiri. Ia tak ingat kapan Severus mengajaknya berapparate kembali ke London, atau pria itu memang sengaja tidak membangunkannya karena tidak tega melihatnya terlelap kelelahan.

Membayangkan Severus menggendongnya diam-diam, berapparate langsung ke kamarnya, untuk kemudian membaringkan tubuhnya dengan hati-hati sebelum menyelimutinya rapat, tak pelak menimbulkan kesan mendalam di hati Hermione. Severus mungkin saja bukan pria yang romantis, tapi ia punya gaya tersendiri untuk memukau Hermione.

"Hai…" sapa Hermione lirih, saat menyadari kehadiran sosok kokoh yang sedang berdiri di depan jendela yang terbuka.

Pria itu masih dengan penampilannya yang jamak, mengenakan kemeja kelabu yang kedua lengannya digulung sampai ke siku dan celana hitam kelam. Dengan rambut hitamnya yang masih setengah basah dan kulitnya yang terlihat segar, tampaknya Severus baru saja mandi. Rautnya yang datar tanpa dosa hanya mengangguk pelan saat Hermione menyapanya. Tatapannya yang tajam masih tak ingin beralih dari pemandangan di luar jendela, seolah sapaan Hermione hanya numpang lewat sejenak di telinganya.

Hermione tahu apa yang sedang dilakukan kekasihnya di setiap pagi, ia menunggu burung hantu datang membawa Dialy Prophet sebentar lagi. Ini berarti waktunya untuk mengobrol dengan Severus tinggal hitungan menit saja, karena pria itu akan benar-benar irit bicara saat harian khusus penyihir itu sampai ke tangannya nanti.

"Sev?"

Pria itu menanggapinya dengan gumaman lirih, masih tampak tak acuh. Air mukanya pun belum berubah banyak. Hermione mencelos. Entah mengapa rasanya susah sekali mengalihkan perhatian Severus dari jendela. Padahal yang ingin ia utarakan ini sangat penting baginya.

"Sev, aku ingin bicara," kata Hermione dengan nada agak menekan.

"Aku sedang mendengarkan," balas Severus santai dan memalingkan mukanya untuk sejenak menatap Hermione. "Tapi lebih baik kau berpakaian dulu. Kalau tidak, bisa-bisa aku akan berbuat lebih dari sekedar mendengarkan. Kukira gadis secerdas kau pasti pernah dengar istilah 'etis', atau ini hanya ekspekstasiku yang berlebihan?"

Hermione menahan nafas, berusaha sabar. Selama setahun terakhir ini ia sudah mencoba membiasakan diri untuk menerima perkataan sinis dan dingin ala Severus, namun tetap saja kupingnya terasa tersengat. Maka sambil mencari-cari di mana penutup aurat terdekat yang bisa dijangkaunya, Hermione menata moodnya, Ia tidak ingin mengacaukan suasana pagi ini setelah romantisme yang mereka lalui semalam.

"Apa ini, Sev?" tanya Hermione saat menemukan gaun berwarna putih terlipat rapi di dekat bantalnya. "Kau membelikanku gaun?"

Severus hanya menjawabnya dengan "ya" yang pendek. Ia bahkan tak tertarik untuk menonton betapa Hermione antusias mencoba gaun itu, atau sebenarnya memang menahan diri untuk tidak menontonnya.

"Ini gaun yang indah, Severus. Terima kasih…" kata Hermione sesaat kemudian, wajahnya berseri-seri. Gaun barunya itu pas di badan, bahkan membalut tubuhnya dengan begitu sempurna. Modelnya sederhana, putih polos tanpa motif, namun rasanya gaun itu pun sudah tampak cantik. "Nah, sekarang kita sudah bisa bicara, kan?"

"Kurasa begitu. Mendekatlah," kata Severus tenang. Kali ini ia menggeser posisinya sedikit dan memandangi Hermione dengan sorot ala lampu mercusuar. Tatapannya yang tajam tak terbagi ini mau tak mau membuat Hermione rikuh.

"Err… Dua hari yang lalu, aku menerima undangan reuni dari Hogwarts. Disusul beberapa pos burung hantu yang mengabarkan kalau beberapa teman sekolahku juga akan hadir. Me—mereka ingin tahu apa aku bisa datang, dan aku pun sudah menjawab kalau aku akan datang… A—aku ingin sekali datang…"

Kening Severus sedikit berkerut, tapi sepersekian detik kemudian airmukanya kembali setenang permukaan kolam yang tak terusik. Entah perasaannya ini benar atau tidak, Hermione beranggapan Severus tahu kemana arah pembicaraan mereka ini.

"Lalu?" tanya Severus pendek.

"Aku ingin kau menemaniku," balas Hermione mantap, sebelum buru-buru menyilangkan jarinya di belakang punggung. Mendadak saja jantungnya berdebar kencang. Apalagi karena atmosfer di ruangan itu tiba-tiba berubah tegang secara misterius.

Butuh waktu sekitar semenit bagi Severus untuk menjawabnya. Semenit yang terasa panjang dan horror bagi Hermione, sampai akhirnya bibir Severus merekah untuk berkata, "Kau yakin?"

"Ya. Kenapa tidak?" jawab Hermione cepat. "Maksudku, aku—aku ingin kau berkenalan dengan teman-teman sekolahku dulu. Ini pasti akan sangat menyenangkan. Percayalah!"

"Kurasa tidak, Hermione."

"Ap—apa? Kenapa?" Hermione memutar bola matanya saat menyadari Severus tidak lagi berminat dengan pembicaraan ini. Alih-alih menatapnya, Severus malah melengos, kembali memusatkan pandangannya ke arah jendela. Hal ini membuat Hermione tak tahan lagi. Dengan sigap ia menutup jendela dan memblokir pandangan Severus dengan tubuhnya, memaksa pria itu untuk kembali memperhatikannya. "Tak ada yang salah denganmu, Sev. Tak ada yang salah dengan kita."

"Entahlah denganmu, Hermione. Tapi akhir-akhir ini aku sering bercermin," balas Severus sinis, bibirnya sedikit berkedut saat mengatakan ini.

"Kalau yang kau maksud adalah perbedaan umur kita, kukira seharusnya kau sudah tahu ini akan terjadi sewaktu kau memutuskan untuk berhubungan denganku. Cepat atau lambat, kau pasti juga akan memperkenalkanku kepada teman-temanmu dan kerabatmu…"

Hermione menatap Severus dengan penuh harap. Dia tak mau pergi ke reuni sendirian, apalagi karena sekarang dia sudah punya seorang pendamping. Well, dia tahu reuni itu sudah menjadi semacam ajang untuk membanggakan pencapaian diri setelah lulus sekolah, dan pastinya teman-temannya nanti akan saling berkoar tentang apa saja kesuksesan mereka masing-masing. Salah satu yang masuk topik pembahasan sudah pasti adalah tentang pasangan hidup. Bukannya ia menutup mata akan hal ini. Ia hanya tidak mau menyembunyikan hubungannya dengan Severus, dan harusnya Severus pun tahu itu.

"Tetap tak mau," ucap Severus kaku, seraya berbalik pergi.

Namun Hermione tak kalah cepat. Gadis itu segera menarik lengan Severus dan menghadang jalannya. Roman muka Hermione berubah serius, menuntut penjelasan mengapa Severus enggan mendampinginya ke reuni.

"Aku hanya tak ingin membuatmu malu di hadapan teman-temanmu. Oke?!"

Akhirnya keluar juga kalimat yang paling dibenci Severus selama ini. Membayangkan bagaimana kalau nanti teman-teman Hermione akan memperhatikan mereka berdua sebagai pasangan 'ajaib', membuat Severus jengah. Meski begitu, kerongkongannya masih terasa tercekat, seolah belum lega menggelontorkan seluruh kegundahan hatinya.

"Malu? Aku tak punya alasan untuk malu. Asal kau tahu saja, Sev!" Nada bicara Hermione mulai meninggi, matanya menatap Severus tajam. "Bukan. Bukan aku yang malu. Tapi kau! Kau yang malu karena aku jauh lebih muda darimu! Karena kau hanya menganggapku gadis ingusan dan bau kencur! Benar begitu?!"

Rahang Severus mengeras, geram. Tampaknya ia mulai gerah dengan kengototan Hermione. Lagipula ia tidak terlalu menyukai pembicaraan mereka ini. Sesuatu yang sangat mendasar dalam hubungan mereka, perbedaan umur. Sejak dulu Severus selalu berusaha menghindari topik ini, meski ia tahu ia tak bisa terus lari dari kenyataan. Suatu saat nanti, masalah perbedaan umur ini pasti akan jadi masalah bagi mereka. Dugaannya ternyata benar.

"Ku—kurasa ada ketukan dari jendela di ruang bawah. Mungkin burung hantunya sudah datang. Aku harus membayar Daily Prophetnya…" kata Severus, menyamarkan kegugupan dalam nada suaranya. Ia pun berjalan melewati hadangan Hermione begitu saja. Yeah, dia hanya mengarang alasan agar bisa kembali menghindar. Ia bahkan tak mau berhenti meski Hermione memanggilnya berkali-kali. Padahal dari suaranya, tampaknya gadis itu sangat kesal sudah diacuhkan.

Bersambung ke chap berikutnya…

A/N : Terima kasih untuk temen-temen yang mendorong saya untuk terus bereksperimen dengan FF SevMione berating M. Di antaranya, Oryn, Ambudaff, SlythSevvy, Zen Xiao-Fang, DT, dan teman-teman lain yang sudah bersedia membaca walau pada akhirnya (malu-malu?) untuk mengomen. Mohon bimbingan n dukungannya aja buat meng-SevMione-kan masyarakat. Biar makin banyak yang dukung pairing ini. Wohoho… Haste Luego! :D