Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Warning : AU, Maybe OOC, Typo's, Shortfic? Poetry, other
For EASH—Event "Ashita Saku Hana"
.
.
.
Senandung-senandung lagu itu mengalun
Membisik kalbu dalam merindu
Seperti aku yang berdiri di jalan
Tenggelam dalam lautan manusia
Lalu meleleh dan menghilang
.
.
Hope Is a Dream That Doesn't Sleep
Ai Kireina Maharanii
.
.
Aku kehilangan semua kata-kataku
Hidupku, jalanku, napasku
Semuanya sempurna ketika aku kehilangan semangatku
.
Aku Haruno Sakura, umurku sebelas tahun. Aku duduk di bangku kelas lima sekolah dasar di Tokyo. Aku adalah anak yatim piatu. Saat ini, aku tinggal bersama Baa-chanku, Tsunade dan dengan seorang kakak yang teramat kusayangi, Uchiha Sasuke.
Beberapa tahun yang lalu, aku sekeluarga mengalami sebuah kecelakaan. Saat itu kami akan pergi berlibur bersama keluarga Uchiha—keluarga Sasuke-nii. Namun naasnya, mobil yang kami tumpangi terjun ke jurang yang sebelumnya mengalami tabrakan beruntun setelah berusaha menghindar dari truk trailer yang oleng.
Aku dinyatakan selamat dari kejadian itu, karena hanya mengalami luka robek di wajah dan luka ringan di beberapa tempat lainnya.
Selain aku, Sasuke-nii juga selamat. Ya, Sasuke-nii bukanlah kakak kandungku. Ia sudah kuanggap kakak sendiri sejak kecil karena aku adalah anak tunggal. Sasuke-nii berasal dari keluarga Uchiha, tetanggaku dulu sebelum kejadian yang memaksa kami pindah rumah ke Tokyo tenpat Baa-chanku tinggal. Sebenarnya, aku dan Sasuke-nii hanya berbeda satu tahun. Namun entah kenapa aku sangat menghormatinya seperti kakakku sendiri.
Pemuda berambut raven itu hanya mengalami luka ringan di tubuhnya, karena saat itu ia sedang dalam dekapan mendiang Itachi-nii—putra sulung keluarga Uchiha.
Setelah kejadian itu, kami berdua pun diajak tinggal bersama Baa-chan, karena menurutnya tidak ada pilihan lain selain pindah rumah.
Kejadian itu kerap kali membuatku ketakutan. Sepertinya aku trauma berat. Tapi untungnya Baa-chan dan juga Sasuke-nii selalu menghiburku. Selalu menyemangatiku bahwa semuanya belum berakhir. Masih ada masa depan yang menanti di ujung langit sana.
.X.X.X.
Tapi satu hal terus terulang
Senyummu, senyummu
Dalam semunya ruang yang kuhirup
Dalam gelapnya jalan yang membentang
.X.X.X.
"SAKURA!"
Teriak Sasuke-nii berusaha menenangkan. Air mata masih mengalir di pipiku. Dan dengan napas yang memburu, aku memeluk Sasuke-nii dengan erat. Seakan-akan aku tidak ingin kehilangannya.
"Sakura…" ucapnya lembut seraya mengusap rambutku. Aku masih memeluknya dengan tubuh yang menggigil menahan isak tangis. "Sudahlah, lupakan…"
"Go-gomenasai, Nii-san…" kataku dengan parau. Ya, ini salahku. Salahku yang setiap kali melamun pasti akan menjadi seperti ini. Berteriak-teriak frustasi dengan air mata yang melesak keluar dari kedua emerald-ku.
"Sudah…" Ia mengeratkan pelukannya padaku. Aku menikmatinya. Karena hanya Sasuke-niilah yang kupunya saat ini. Ia adalah orang yang paling berharga bagiku. "Sekarang ayo terapi…"
Ia dengan perlahan melepaskan pelukanku, lalu dnegan tangan kekarnya ia mengusap air mataku yang terus saja mengalir.
Angin musim semi berdesau nyaring. Aku kemudian mengalihkan pandanganku keluar jendela. Bunga sakura tengah berguguran dengan indahnya. Andai saja aku bisa bermain di sana bersama Kaa-san, Tou-san, dan juga Sasuke-nii.
Tiba-tiba liquid bening itu kembali mengalir dari emerald-ku. Saat kejadian itu aku memang dinyatakan sehat tanpa kekurangan suatu apapun. Namun, setahun setelahnya aku mengalami gangguan saraf otak akibat benturan keras sehingga aku tidak bisa berjalan.
Aku lumpuh.
Lengkaplah sudah penderitaanku. Tiga musim semi telah kulewati dengan menyandang gelar disabilitas. Pada awalnya, itu sangat berat. Aku tidak bisa beraktifitas dengan bebas. Teman-temanku mulai menjauhiku, mereka menghinaku, mengucilkanku seperti sampah.
Namun sekali lagi kutegaskan, karena adanya Sasuke-nii, aku menjadi sadar, bahwa aku harus terus hidup untuk orang-orang di sekelilingku—termasuk Sasuke-nii.
Aku terus berusaha berjalan
Untuk mereka yang menyayangiku
Bahkan ketika langit membelah
Dan awan tak lagi bersahabat
"Aku tidak mau," ucapku seraya mengerucutkan bibirku sebal. "A-aku… ah, percuma saja terapi berjalan. Aku…"
"Sakura," katanya tegas. Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam. "Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur. Teruslah berusaha dan berdoa, aku yakin kau pasti sembuh."
Aku tersenyum kecil. Selalu. Setiap aku menyerah, ia selalu menyemangatiku. Inilah yang aku suka darinya. Sasuke-nii, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Suatu saat nanti, kau akan melihat diriku berdiri dengan menggenggam sebuah piala kelulusanku di bidang kedokteran—itu mimpiku.
"Baiklah. Sasuke-nii, arigatou gozaimasu…"
"Sekarang, ikut aku sebelum ke rumah sakit," katanya datar kemudian menggendongku lalu mendudukkanku di atas kursi roda. Dengan senyum simpulnya, ia lalu membawaku ke sebuah tempat yang tak pernah terpikirkan olehku.
.X.X.X.
Terkadang aku menangisi keambiguanku
Kebodohanku, keegoisanku, kekanakkanku
Aku memang lemah dan tak berarti
Tapi bersamamu, aku mengerti arti tangisan ini
.X.X.X.
"Bagiku, mimpi adalah harapan yang tak pernah tertidur. Mimpi yang datang silih berganti. Gugur satu tumbuh seribu," ujarnya seraya membersihkan kelopak bunga sakura yang mengotori kursi taman itu.
Ya. Ia membawaku pada taman yang dulu sering kami kunjungi. Tempat yang indah. Pohon sakura berjejer, dengan bunganya yang mulai berjatuhan lalu terbawa angin entah sampai kemana. Hari belum terlalu siang, kicauan burung masih samar-samar bisa kudengar.
Aku rindu tempat ini.
Aku rindu hangatnya dekapan Kaa-san, lembutnya belaian Tou-san, cerianya Itachi-nii, dan semua tentang keluargaku dulu. Tak bisa kubendung lagi, air mata itu perlahan kembali melesak keluar dari emerald-ku.
Aku masih tidak bisa melupakannya
Aku masih tidak dapat mempercayai semuanya
Bahkan hari ini
Aku tidak bisa melepaskan semuanya seperti ini
Sasuke-nii duduk di kursi itu dengan aku yang duduk di kursi roda berada di depannya. Tangan kekarnya kembali mengusap air mataku yang terjatuh. Entah telah keberapa juta kali ia melakukan hal ini padaku.
"Bagiku, kenangan indah dulu itu akan menjadi semangat di masa yang sulit. Bagiku juga, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur. Tak peduli berapa kali tersandung dan terjatuh. Tak peduli siapa kita dan apa yang menjadi kekurangan kita."
Aku mendengarkan penjelasan Sasuke-nii dengan tenang. Aku sungguh tak menyangka bahwa dirinya bisa sedewasa itu. Mungkin, dewasa belum pada waktunya. Karena ia telah kehilangan anggota keluarganya sama sepertiku.
Aku tahu Sasuke-nii pasti juga merasakan hal yang sama denganku. Ia pasti sangat kehilangan sosok Itachi-nii yang begitu baik pada kami. Tapi ia sangat kuat. Sasuke-nii selalu bisa menutupi semuanya. Aku pikir, ia bisa melewati masa sulit itu dengan tenang. Tidak sepertiku, gadis cengeng yang mungkin dianggap gila oleh orang lain.
Mengenang tak semudah melupakan
Melupakan tak semudah mengingat
"Sakura," lanjutnya. Iris onyx-nya ia alihkan pada hamparan bunga sakura di atas kami. Sungguh indah dan memukau.
"Lihatlah bunga-bunga sakura itu!" Ia mengacungkan jarinya—menunjuk hamparan pink di atas kami, juga hamparan-hamparan pink lainnya yang ada di tempat ini.
Di beberapa tempat, orang-orang sedang berhanami bersama keluarga mereka. Membuatku kembali mengingat masa-masa indah itu.
"Bunga sakura adalah lambang negara kita, ia kuat dan selalu mencerminkan keindahan dan ketulusan. Kehadirannya selalu ditunggu-tunggu banyak orang, karena bunga sakura membawa kesenangan."
Aku memperhatikan sekelilingku dengan santai. Perlahan, aku mulai bisa menenangkan gejolak hatiku yang selalu merespon negatif kenanganku dulu.
"Namamu adalah Haruno Sakura," Sasuke-nii memandangku tegas. "Yang berarti bunga sakura di musim semi. Orangtuamu pasti menginginkan kau menjadi seseorang yang kuat seperti bunga sakura. Kau mampu menolong orang yang kesulitan, dan menjadi wanita anggun yang ramah."
Aku tersipu malu mendengar ucapannya. Apapun maksud ucapannya, itu sudah cukup membuatku merona. Sasuke-nii benar-benar orang yang penuh dengan kejutan.
"Jadi, jangan sedih, Sakura. Bunga sakura selalu berguguran, namun akan tumbuh lagi di musim semi selanjutnya. Kau harus kuat dan terus berharap. Dan jangan pernah berhenti bermimpi!"
BRAAAK
Wuuush
Angin berhembus. Burung-burung merpati beterbangan, saling menyahut satu sama lain. Aku tertegun. Ini sungguh lebih dari kata menakjubkan!
"Aku juga merasakan masa tertekan. Sama sepertimu. Itu mimpi buruk. Tapi Nii-san pernah mengajariku arti dari bersyukur," Sasuke-nii memejamkan matanya erat-erat. "Ya, seperti inilah. Kita harusnya bersyukur masih diberi kesempatan untuk terus melanjutkan hidup. Lima tahun telah kita lalui dengan penuh tekanan."
"Kurasa Sasuke-nii baik-baik saja," ucapku seraya tersenyum. Perlahan, aku sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit lima tahun silam.
"Tidak, Sakura. Aku terkadang masih tertekan. Aku sedih jika melihatmu ketakutan. Tapi aku tak peduli, asal kau di dekatku."
"Sasuke-nii…"
"Hn?"
"Mari berjanji untuk berubah! Mari berjanji bahwa kita bisa menerima kenyataan. Sudah lima tahun berlalu. Aku akan terus berharap sampai mimpiku terwujud! Aku ingin membahagiakan Kaa-san dan Tou-san di sana, juga Sasuke-nii dan Tsunade-baachan!"
Sasuke-nii memperlihatkan jari kelingkingnya, yang langsung kusambut dengan tautan dari jari kelingkingku.
"Mari berjanji untuk kuat seperti bunga sakura. Dan berjanji bahwa musim semi selanjutnya tidak akan ada lagi tangisan!"
"Ya! Musim semi adalah musim yang indah. Musim setelah musim dingin. Musim di mana perubahan terjadi!" ucapku setengah berteriak.
Angin kemudian berdesau, membawa pergi harapan-harapan kami.
Aku akan menuliskannya satu kali lagi
Awal bersamamu dan aku tersenyum bahagia
"Hn. Sekarang ayo terapi! Baa-san pasti sudah menunggu."
"Ha'i!"
Sasuke-nii lalu berdiri dan mendorong kursi rodaku menjauhi taman. Kupandang sekeliling. Banyak orang sedang berbahagia. Yah, kurasa aku juga menemukan kebahagiaanku di sini. Kebahagiaanku tidak sama seprti mereka.
Ya, aku bahagia mempunyai seorang kakak seperti Sasuke-nii.
.
.
.
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
Seberapapun jauhnya kita melangkah kelak
Harapan demi harapan selalu tercipta
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
Tak peduli seperti apa dunia mengejekku
Membuatku selalu menangis dan meraung kesakitan
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
Dengan mimpi aku mendapatkan kembali semangatku
Dengan mimpi aku mengerti apa arti kebahagiaan sesungguhnya
Dengan mimpi aku temukan jalan hidupku
Dengan mimpi aku bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk hidup
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
Semoga
.
.
.
Sepuluh tahun kemudian…
"Sasuke-nii!" teriak Sakura dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya. Ia berlari kecil ke arah Sasuke yang juga sedang tersenyum kecil.
Sasuke yang sedang berdiri menunggu Sakura di pintu keluar gedung wisuda, melambaikan tangannya pelan.
"Bagaimana hasilnya? Ah, sekarang Sakura kecilku sudah besar rupanya. Sekarang kau sudah menjadi sarjana kedokteran. Selamat!"
Sakura mendengus kecil mendapat sambutan aneh dari kakaknya. Namun, sesaat kemudian tawa kecil muncul dari bibir manisnya.
"Arigatou, Sasuke-nii. Selama ini kau sangat baik padaku. Aku sangat berterima kasih. Kau selalu ada di saat aku membutuhkan."
"Kau ini…" Sasuke mengacak-ngacak lembut rambut bubblegum Sakura yang begitu menggemaskan.
"Kau benar, Nii-san. Harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur. Terima kasih banyak atas nasihatmu selama ini. Aku menyayangimu," ucap Sakura singkat kemudian mengecup lembut pipi Sasuke.
"Aku juga menyayangimu, Sakura. Sekarang ayo pulang!" kata Sasuke kemudian mengecup kening Sakura singkat dan membawanya keluar dari ruangan yang masih berisik itu. Pulang menuju rumah masa depan mereka.
.
.
.
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
Jika kita terus berharap dan berusaha, maka mimpi bukanlah hanya sekedar mimpi
Aku menggantungkan harapanku setinggi langit
Dan dengan usaha yang maksimal, kuraih kembali harapanku itu
.
Kini, kutepati janjiku
Harapanku yang diterpa desau angin menjadi kenyataan
Terima kasih, Tuhan
Terima kasih, Kaa-san, Tou-san
Dan
Terima kasih, Sasuke-kun…
.
.
.
THE END
.
Bagiku, harapan adalah mimpi yang tak pernah tertidur
.
Words : 1,704 without Author's Area
.
Author's Area
Yuhuuuuuu~ ah, akhirnya bisa ikutan event ini juga x3
Sumpah, ini random banget. Aku baru kepikiran idenya semalem, terus ditulis dan taraaaaa jadilah fic aneh ini dalam waktu tiga jam~ lol
Sebenernya, aku bikinnya di tengah rasa antara galau dan sedih =w= jadi agak engga-engga nyambung gitu kan, fanficnya? Daaan, aku kembali menulis fic dengan genre poetry. Hehe… aku kangen dunia puisiii~ #dor
Ohya, kupersmbahkan untuk EASH. Ini termasuk ke dalam persyaratan, kan? Ah, kalo engga juga engga apa-apa sih -.-v aku udah frustasi bangetttt~ anyway, ini fluff engga sih? /plok
Dan soal judul, jangan protes, please. Itu aku ambil dari lagunya abang Kyuhyun yang judulnya ya itu /plak itu adalah lagu favorit aku. Artinya jleb! Ini emang terinspirasi dari sana. Tapiiiii beda loh. Lagunya si Kyu tentang apa, ini tentang apa. So, intinya ini adalah hasil pemikiran aku sendiri XD
Haha.. iya emang sih ini ide udah pasaran banget. Tapi gatau kenapa pengen aja gitu bikin fic beginian. Okelah, semoga engga mengecewakan, yaaaa^^
.
Aku lampirin deh lagu-lagu pembangun feel di sini (mellow semua =A=) ini dari playlist. Maklumlah, kalo engga nyambung sama ficnya jugaa~ #hiks
What If, Storm (Super Junior), *of course* Hope Is a Dream That Doesn't Sleep, If You Have Heard, 7 Years of Love, Snail (Cho Kyuhyun), Saranghagi Ddaemooneh (Ryeowook, Yesung, Sungmin), Love Really Hurts, Saranghargge, Waiting For You, Don't Say Goodbye, It Has To Be You (Yesung), Sen No Kaze Ni Natte (Yesung, Ryeowook, Onew), Memories (Super Junior KRY), dlllllllll. Masih banyak tauuu -_- /dordor
.
Oke, sekian aja. Kalo mau dapet feelnya sih enakan sambil dengerin salah satu lagu di atas, apalagi lagunya Kyu yang dipake buat judul (telat) hehe
Kritik dan saran ditungguuuuu =)
.
.
.
Best Regards
AKM
.
.
Karawang,
120525 at 11:40 p.m.
Give me feedback, please? :)
