Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi


Sebuah Minggu pagi, ketika seorang Kise Ryouta tiba-tiba muncul di depan rumah Kuroko Tetsuya—tanpa pemberitahuan sebelumnya. Entah dari mana Kise tahu jika hari ini Kuroko sedang tak ada latihan. Meski sedikit enggan, Kuroko mempersilahkan mantan rekan satu timnya di Teiko Junior High School itu masuk. Paling tidak dia masih mengerti sopan santun, dengan tidak mengusir Kise begitu saja. Meski sebenarnya dia ingin bersantai tanpa gangguan hari itu.

Dan, disinilah mereka—di ruang tamu rumah Kuroko, dengan sang tuan rumah duduk nyaman di karpet merah tua yang cukup tebal sambil membaca buku-entah-apa. Sementara sang tamu hanya puas berdiam diri di sebelah Kuroko yang masih asyik dengan bukunya—terabaikan.

"Kurokocchi~ aku sudah sengaja datang ke sini, dan kau malah mengabaikanku," Kise mulai merajuk dengan wajah sok memelas pada laki-laki bersurai biru muda itu.

Masih dengan atensi penuh pada bukunya, Kuroko menjawab, "aku kan tak memintamu datang, Kise-kun."

Telak. Kise bungkam. Yang dikatakan Kuroko memang benar adanya; dia yang sengaja datang kemari, bahkan tak memberi tahu Kuroko terlebih dahulu.

"Tapi kau bisa kan tidak terus-terusan membaca?" Kise masih belum menyerah membujuk pemain nomor sebelas Seirin High School itu.

"Tunggu sebentar, Kise-kun. Sedikit lagi selesai."

Tentu saja, sedikit yang dimaksud Kuroko agak berbeda dengan yang ditangkap Kise. Hitungan waktu sebentar itu pun menjadi berbeda bagi keduanya. Kise sudah nyaris mati bosan (dan kesal karena diabaikan), sedangkan Kuroko belum menunjukkan tanda-tanda akan segera menghentikan kegiatannya—membaca.

"Err, Kurokocchi," remaja pirang itu memanggil, entah memang karena ada keperluan atau hanya mencari perhatian.

Kuroko hanya menjawab satu kata, "ya."

"Ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Silahkan. Aku mendengarkan." Kuroko mengalihkan sepasang kristal birunya pada wajah menawan Kise. Bukunya diletakkan di atas pangkuan.

Kise beringsut mendekat, kemudian mulai bicara, "err, begini... kalau kau mencintai seseorang, dan kau ingin dia menjadi milikmu. Apa yang akan kau lakukan?"

Sepasang mata Kuroko melebar—pertanyaan Kise meleset jauh dari dugaannya. Dan, kenapa pula Kise menanyakan hal semacam ini pada Kuroko? Lagipula, gadis mana pun yang disukai Kise pasti jatuh ke pelukannya dengan mudah. Kise cukup tampan (ah, bukan cukup. Tapi memang tampan), dia seorang pemain basket handal merangkap model, dan pada dasarnya Kise baik—meski sedikit kekanak-kanakan.

"Tatap matanya, dan katakan aku mencintaimu, jadilah milikku. Mudah bukan?" Kuroko menjawab sekenanya—bisa dibilang asal, lalu kembali memakukan perhatiannya pada buku di pangkuannya. Kise benar-benar salah alamat jika bertanya hal seperti ini kepadanya.

"Baiklah kalau begitu," Kise bergumam, lebih kepada dirinya sendiri.

Hal yang disadari Kuroko kemudian adalah sepasang mata sewarna madu menatapnya—intens. Hingga membuatnya merasa tidak nyaman.

Kuroko kembeli meletakkan bukunya, berniat menegur Kise. "Kise-ku—"

Ucapannya terpotong dengan sia-sia, ketika Kise malah menjalin jemarinya dengan milik Kuroko. Kemudian, bibirnya berucap dengan kesungguhan, "Kurokocchi, aku mencintaimu. Kumohon, jadilah milikku."

Kuroko seketika terpana. Tubuhnya terasa lemas—seolah menolak untuk bergerak. Lalu, satu-satunya hal yang bisa dia ucapkan adalah nama laki-laki pirang di hadapannya.

"Kise-kun..."

fin


a random thing again OTL. i was hungry as hell in the middle of the night, but no food left to eat. so i end up write this absurd fanfic. thanks for reading, minna-san :)