-HaIiiiii… minna-sama..

-Ketemu lagi dengan saiya (munk pernah ketemu?)

Cerita baru nih jangan lupa di review yaa…

Fandom : Shin Megami Tensei

Persona 3 and Persona 4

Story by : dra minatoshiro

Rate : K or T

Disclaimer : persona 3 & 4 hanya milik atlus, kalau saya yang punya,ceritanya pasti ancur.

Summary : alur ceritanya 2 tahun setelah Drak Hour dan Tartarus hilang, dan anggota I.T masih sekolah. Disini Minato-nya kagak mati, Souji kembali ke Inaba buat lanjutan skullnya. Souji sekarang kelas 3 SMU, di Yasogami gakuen. Ia sedang dalam perjalanan menuju kembali ke kota tercinta, Inaba, dan bertemu dengan seluruh teman-temannya.

warning : aneh yang pasti, OOC, AU…

semoga kalian menikmati ceritanya,jangan lupa di ripiu ya…. yang kejam juga gak papa kok…hahaha^_^

disclaimerlet's start!

Chapter 1 : THE BEGINNING

`Gejess, gejess, gejess,….' ,sebuah kereta melaju dengan kecepatan standar menuju ke pemberhentian terakhirnya menuju ke sebuah kota yang bisa dibilang tenang, damai, aman, tapi kadang-kadang diselimuti kabut aneh yang menjadi misteri bagi kota tersebut.

Bahkan sampai saat ini tak ada seorang pun yang tahu kabut apa itu, kabut yang datang dengan tiba-tiba dan menghilang secara misterius.

Kabut misteri yang muncul pada malam tertentu. Kabut yang memberi kesan menyeramkan, ketakutan, mengerikan dimana disetiap sudut kota terdapat darah, darah merah, apakah darah manusia atau darah hewan atau apalah!.

Darah bercampur kabut, sangat memberikan suasana mengerikan. Yang ketika pada malam hari selalu ada orang yang mati dengan cara-cara yang mengenaskan, tidak masuk akal. Mereka mati dengan cara menggantungkan korban di tiang listrik, mati dengan tubuh tanpa kepala, tubuh tanpa tangan dan kepala (Readers : kayak sejenis mutilasi ya..) atau mati tenggelam di dasar sungai.

Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan orang-orang mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Bahkan polisi yang mengusut pembunuhan sadis itu tidak mampu mengungkapkannya. Karna korban tewas tanpa ada bekas atau tidak ada sidik jari yang ditinggal dari orang yang melakukan pembunuhan tersebut.

Bahkan kerusakan-kerusakan atau barang bukti yang seharusnya ada, tapi dalam kasus ini tak ada sedikitpun. Tak ada kerusakan yang timbul dari pembunuhan tersebut.

Tapi, itu semua sudah berlalu. Kota yang dulu dikenal dengan kota kabut merah (karna banyak darah.), kota yang menyimpan misteri itu pun sekarang sudah berubah menjadi kota yang aman, tentram, damai sentosa .halaah…

Sebenarnya kota ini adalah kota yang sangat indah, sejuk, dan ramai walaupun tidak seramai kota-kota lainnya. Tapi kota ini juga mempunyai kesibukan. Yakni di stasiun, tempat pemberhentian terakhir bagi kereta ini salah satunya dan juga sebuah mall yang bisa dibilang mall terbesar di kota ini yang bernama Junes. Kota ini bernama YasoInaba.

# pukul 11. 45 p.m#

"perhatian bagi seluruh penumpang. Sebentar lagi kereta dengan tujuan stasiun Inaba akan sampai dalam waktu sekitar 30 menit lagi. Kami beritahukan bagi semua penumpang agar memperhatikan semua barang yang dibawa supaya tidak ada yang tertinggal", terdengar suara pemberitahuan dari petugas kereta bagi semua penumpangnya bisa memperhatikan atau mengemasi barang mereka agar tak ada yang hilang atau tertinggal.

"Aaahh…20 menit lagi ya… *memandang keluar jendela* Junpei, Yukari, Mitsuru-san, Akihiko-san, Fuuka, dan Ken…", bisik seorang pemuda berambut biru dengan gaya emo. Ia menggumamkan nama-nama sahabatnya sambil memandang pemandangan yang disiram lembut oleh sinar bulan malam dari balik kaca.

Seorang pemuda berambut emo yang kini sedang duduk bersandar dibangkunya dekat jendela. Pemuda itu menutup matanya, menikmati setiap alunan musik dari MP3 yang terpasang di telinganya . "Aegis…" gumamnya lembut.

MP3, sebuah alat pemutar musik yang –biasanya- tergantung dibahu pemuda rambut emo itu, MP3 yang diputar dengan suara keras, maksimal suara yang bisa membuat gendang telinga pecah. Tapi untung itu sudah biasa bagi pemuda satu ini. Mendengar musik dengan suara keras dan digantungkan dibahu dan untung bukan di telinganya. Biasanya ia bunyikan ketika saat akan tidur. Kenapa? Supaya tidurnya tidak terganggu, tapi membawa dampak pada orang yang ada didekatnya .

Yah untunglah untuk kali ini pemuda pemuda berambut emo itu mengecilkan volume suara MP3-nya. Karna saat ini ia berada dikawasan tenang (?), didalam kereta, dimana semua orang tertidur, kelelahan, istirahat, sambil menunggu kereta yang mereka tumpangi sampai di tempat tujuan.

Masih disatu kereta, satu tujuan, satu gerbong, satu ruangan, duduk di dekat jendela, tapi berbeda tempat. Tidak jauh dari pemuda berambut emo tadi, hanya 3 bangku didepannya, terlihat seorang pemuda yang kelihatannya lebih muda dari pemuda rambut emo tadi.

Pemuda itu berambut seperti mangkok dengan warna abu-abu, tubuhnya dilapisi kemeja putih dan stelan jas warna abu-abu sedikit warna hitam yang tidak dikancing, membuat pemuda itu terlihat gagah. Serta poni abu-abunya (abuabu semua ya`) yang menutupi dahi pemuda berkulit putih dan mata abu-abunya membuat dia terlihat tampan. (halaa..h)

Saat semua orang istirahat, pemuda serba abuabu *ditampol* rambut mangkok itu memandang sesuatu, bukan pemandangan dibalik kaca tapi memandang sebuah benda yang dibilang sangat berharga baginya. Pemuda itu memandang sebuah foto, memandang tiap wajah yang ada di foto itu.

Dan bibir itu mulai berbisik, "Teddie, Rise, Yosuke, Kanji, Chie, Yukiko,…" bibir itu berhenti. Pandangannya tertuju pada wajah seorang pemuda berambut biru pendek yang selalu ditutupi sebuah topi, yang kelihatannya seperti laki-laki, tapi sebenarnya adalah seorang perempuan. Sebuah senyum simpul terhias di wajah tampan itu, "Naoto," bisiknya jari-jari itu menyentuh permukaan foto, meraba setiap wajah yang ada difoto tersebut. Kemudian ia bersandar dibangkunya dan mata abu-abu itupun tertutup.

Keadaan terlihat berbeda di stasiun Inaba. Terlihat lumayan banyak orang yang menunggu kedatangan family mereka. Mereka menunggu orang-orang yang mereka kasihi, apakah itu teman, adik, kakak, paman, bibi, pap, mama, ayh, bunda, bokap. Nyokap(readers : "kata-kata yang artinya sama jangan diulang!") kakek, nenek, (readers :"Woiii.. cepetan!") suasana begitu ramai.

Tidak jauh berbeda, sama seperti yang lain. Sekelompok remaja juga terlihat sedang menunggu kedatangan kereta yang tidak lama lagi akan berhenti di stasiun itu. Ada sekitar 6 remaja ditambah seorang cewek android, duduk-duduk disebuah café yang tidak jauh dari stasiun.

"Aaaah…, lama amat sih keretanya datang. Sudah berjam-jam nunggu gak juga nongol tuh kereta. Haa…," keluh seorang cowo` berjenggot (kambing ya..*dibakar trismegitus*) memakai topi. Kedua tangannya kini menjulur di atas meja. Keluhan itu ternyata membuat seorang cewe` berambut coklat pendek memakai jaket warna pink terusik. Ia merasa terganggu dengan keluhan yang dilontarkan cowo` bertopi itu.

"Stupei, berisik amat sih dari tadi. Apa kau tidak bisa diam dan sabar, berisik tau!," teriak + omelan keluar dari mulut cewe` itu.

Memang sudah sejak tadi cowo` itu bertingkah. Okelah berisik membuat suasana rame, tapi ini sudahkelewatan. Bagaimana tidak, sejak mereka berangkat dari villa tempat mereka menginap sampai tiba di stasiun, cowo` satu ini tidak pernah diam, mengoceh sepanjang jalan padahal tidak ada seorangpun yang mendengarnya. Kayak orang gila, kasihan…*author digebukin*

"Eeeeh….Yuka-tan, kalau kau mau aku diam jangan tereak-tereak napa sih," Protes cowo` bertopi itu

"Junpei-san sudah dari tadi kami menyuruh mu diam. Dari kita tiba di stasiun ini sampai sekarang," Kata seorang cewe` berambut hijau lumut pendek

"Iya, karna Junpei-san, komik yang kubaca yang seharusnya sudah 8 buah yang aku baca, tapi sampai sekarang masih 4. Setengah dari tujuanku" Protes seorang bocah laki-laki berambut coklat memegang sebuah komik ditangannya.

"Semua jadi keganggu gara-gara kau kau, stupei" Tuduh cewe` berjaket pink itu

" Eeeeh… maap deh! Tapi, kenapa sih kau selalu mengejekku dengan sebutan itu Yuka-tan, namaku Junpei bukan stupei," Kata cowo` bernama stup- junpei itu.

"Kenapa? Itu karna pantas untukmu, bodoh!" Jawabnya ketus.

"Apa.. Yuka-tan aku tidak bodoh!"

"Dasar stupei, namaku Yukari bukan yuka-tan, dasar stupei!"

"Dan namaku Junpei Iori bukan stupei, yuka-tan!" Balasnya

"Dasar Stupei!," Mulai jengkel

"Yuka-tan!" balasnya ketus

"Stupei-Stupei-Stupei" *jengkel mode on*

"Aanghh…," teriaklah stup- eh Junpei yang mulai –udah- frustasi, memegang kepalanya.

Perang adu mulut itupun tak terelakkan lagi. Suasana makin tambah ribut.

Dikursi seberang, duduk seorang wanita muda dengan rambut merah panjang bergelombang, yang tergerai indah dan menawan. Memandang pasrah pada 2 orang yang sedari tadi tidak hentinya bertengkar.

"Haah…dasar, selalu saja. Tidak pernah berubah" Katanya. Ia pun menggeleng kan kepalanya. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disampingnya membawa 2 gelas minuman.

"Memang, tidak ada yang berubah sejak itu" Kata laki-laki itu. Ia berambut putih yang bagian dahi kanannya di plester. "Nih," ia menawarkan minuman yang dibawanya.

"Terima kasih" Balas wanita itu datar

"Yang berubah hanya status saja. Sekarang kita bukan anak sekolahan lagi, yah walaupun masih ada seorang lagi. Si bocah Ken" kata si laki-laki *memandang anak laki-laki muda berambut coklat yang kini sudah kelas 3 SMP, yang sedang membaca komik*

"Fuuka dan Aigis *melihat seorang cewe` berambut hijau lumut dan cewe` android –yang lebih mirip manusia- dengan rambut kuning dan memakai bando yang fokus pada sebuah laptop* meraka berdua sepertinya tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya komputer, terutama Fuuka. Setelah lulus lalu mengambil jurusan komputer", Kata si wanita. "Mereka berdua juga`" tambahnya.

"Yaaah… Yukari dan Junpei *melihat 2 orang yang masih adu mulut* Mengingat mereka yang lulus 2 tahun lalu, tidak lebih dari dua Minggu mereka bisa langsung masuk university terbaik di Iwatodai. Aku tidak menyangka kalau Junpei mengambil jurusan developer, pembuat game. Mengingat kalau dulu dia sering main game," Kata si pria panjang lebar.

"Kau juga, jadi atlet tinju terkenal, bahkan kau juga punya sekolah tinju. Benarkan Akihiko…" Kata si wanita pada orang yang dipanggil Akihiko.

"Hmm…itu bukan apa-apa dibandingkan kau. Diumur yang sangat muda sudah menjadi presiden organisasi kesiswaan, lulus sekolah jadi sekretaris manager disebuah perusahaan, dan sekarang sudah menjadi wakil direktur perusahaan Kirijo Grup. Iyakan nona Mitsuru" Kata Akihiko dengan nada memuji.

"huh, kau terlalu memujiku tuan Akihiko," kata Mitsuru. Terhias senyum simpul di wajahnya..

-hening-

"…"

"Tapi, dua tahun ini memang banyak yang berubah. Para anggota S.E.E.S yang dulu akhirnya bisa berkumpul lagi"

"Tidak lama lagi dia akan ada disini, bersama-sama lagi"

"Huh!, bagaimana kabarnya ya?" Tanya Mitsuru yang kini memandang langit malam yang cerah, disinari cahaya bulan lembut.

- - di kereta - -

*pukul 11.50 p.m*

"Aaah…abis lagi". Pemuda emo itu memeriksa botol minumannya yang ternyata sudah abis. Dengan malas dia berdiri dan berjalan menuju gerbong lain yang ada dapurnya (maaf, saya gak tau namanya apa. Gak pernah naik kereta) yang menyediakan minuman –hanya minuman- bagi penumpang (ada atau gak saya tidak tau. Disini saya bikin ada). Air minum, yang jelas airnya bersih, panas dingin hot ada, bisa diminum gratis, dan dijamin halal..-halaah…

Dengan mata setengah tertutup, ia berjalan dengan santainya sambil membawa segelas air ditangannya. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa ada orang didepannya dan tentu saja…

`BRUUKH!` ia menabrak

"Aduh! Aaw…" Terdengar sebuah suara.

Dia terjatuh dan tentu saja air yang ada didalam gelas tumpah dan mengenai baju orang yang ditabraknya. Lalu ia segera berdiri dan membantu orang yang ditabrak tadi.

"Ah! Maaf, aku tidak melihat tadi" Katanya minta maaf.

Sekarang mereka sudah berdiri dan pemuda emo itu lalu mengambil gelasnya yang jatuh

"Eh, gak pa-pa kok, tadi aku juga jalan sambil melamun. Lagi pula ini air putih jadi tidak mengotori bajuku" Kata pemuda berambut abu-abu mangkok sambil membersihkan bajunya dengan sapu tangan.

` eh, gak marah ya. Baik nih! Padahal jasnya hampir basah semua` batin pemuda emo. "Oh, sekali lagi saya minta maaf"

"Akh, tidak masalah, lagian yang basah mah cuma jas doang. Untung tadi ku kancing jadi bajuku gak kena" Kata pemuda itu

` oh. Untunglah yang kena jasnya doing. Sedia payung sebelum hujan nih` batin pemuda emo (lagi). "HmmHHHHfghhHmm, perkenalkan namaku Arisato Minato" Kata Minato memperkenalkan diri.

"Hn, namaku Seta Souji, yoroshiku" Balas pemuda rambut abu-abu itu sambil berjabat tangan dengan Minato.

"Sepertinya kau mau ke Inaba, apa kau tinggal di sana?" Tanya Minato.

"Ya, aku mau ke Inaba, tapi aku tidak tinggal di sana-. Tapi bisa dibilang juga Inaba adalah rumah kedua bagi ku, karna aku lebih lama tinggal di sana dari pada di Akihabara" Jelas Souji.

"Oooh.." respon Minato

"Lebih baik ngobrolnya di tempat dudukku saja, dari pada berdiri" Ajak Souji.

Setelah mengisi kembali gelasnya, mereka berdua lalu berjalan menyusuri lorong kereta menuju gerbong tempat mereka akan duduk.

Tbc ah….

Author :"Fuuuaaah ….. akhirnya selesey juga chapter 1, lama bikinnya…."

Yosuke :"Gila! Gue di panggil Yoyon! Sialan lo~ ~ ~!, sialan lo author geblek!"

Chie :"Eh, gue juga kenapa lo bikin nama gue Chie..cak! gue kagak terima!"

Author :"Kenapa? Mau protess? Kan gue Author-nya. Suka-suka gue dong"

Yosuke+Chie :"Ya! Gue gak terima! " (teriak serempak)

Kanji :"weeihs… panggilan baru nih, kayaknya cocok. Mana protesnya barengan gitu."

Author : "Eh, iya. Chie kenapa gak suka? Kan bagus itu…Chie..cak! tinggal di tambah Cak!"

Chie :"Gue gak terima di panggil dengan sebutan `itu`, karna gue takut sama cicak!"

Ooups …. Chie kau kecleposan

Yosuke :"Waah… jadi Chie takut cicak! Seru nih!" (menghayal)

Chie :"Seru apanya Yoyon!" *death glare *

Yosuke ngacir lari keluar. Kanji sweatdropped.

Chie :"Yoyon… jangan lari ~.." *ngejar Yosuke*

Kanji :"Hoi, Author, baiknya cepet selesein… gue mau pergi nih"

Author :"Iya-iya…yaudah kalo gitu untuk para pembaca yang sudah mau meluangkan waktu tuk baca fic ini. Saya ucapkan terimakasih.

Kanji :"dan jangan lupa REVIEW"

Sampai ketemu lagi…..~~~