Pagi yang cerah, setidaknya itulah yang ada dipikiran seorang pria tampan yang sedang duduk sambil menyeruput secangkir hangat kopi, buatan orang terkasih.

"Haaaaah, syuting hari kemarin sungguh melelahkan. Hm… mungkin aku akan mengajak Sasuke untuk berli-

DAK DAK DAK DAK

"Paman Narutooooooooo!"

-bur".

Well, setidaknya sedari tadi dia merasakan ketenangan.

Are You Kidding Me?!

Disclaimer : I do not own Naruto

Well, ini adalah kali pertama Saya membuat sebuah Fan-Fict, jadi mohon maaf jika banyak terdapat kesalahan disana and disini.

Warning : YAOI, HOMO, GAY, NaruSasu, dikhususkan buat anak HATSUKI. Anak pecinta pair tetangga dilarang membaca, karena isinya mengandung FAKTA yang sedikit dipelesetin ke AU (Alternative Universe). Jika ngeyel Saya tidak tanggung apa-apa. ^^

-Happy Reading- #Bleh

Seorang pria dengan paras menawan, berambut hitam, berperawakan normal, sedang mendengarkan seorang anak yang mempunyai fisik -hampir- sama dengan suami yang ia nikahi 3 tahun silam. Boruto, nama anak yang telah mengganggu pagi indah milik suami tercinta.

"Kau tahu Paman Sasuke, Teman-teman sekelasku sangat menyukai film series yang kalian berdua bintangi. Mereka bilang kalau Paman Naruto dan Paman Sasuke sangat cocok." Cerocos bocah berumur 15 tahun, yang hanya didengarkan oleh Sasuke, lalu Naruto? Dia sibuk menyeruput kopi yang tadi sempat Ia tumpahkan-dan di buatkan lagi oleh Sasuke-.

"Cocok bagaimana si?" tanggap Sasuke, yang sedang memotong sayuran untuk sarapan pagi. Dia sempat heran, bagaimana bisa Boruto yang terkenal susah bangun tidur, sudah berada dirumahnya sepagi ini.

Naruto yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi Paman dan Keponakan itupun mendekat.

"Tentu saja cocok sebagai seorang kekasih, benarkan Boruto?" tanya Naruto sambil memeluk Sasuke dari belakang. Sasuke hanya pasrah dipeluk seperti itu oleh Naruto, asal Naruto tidak mengganggu acara potong-memotongnya, itu sudah cukup.

Boruto hanya memutar bola mata melihat kelakuan pamanya yang-agak- tidak tau malu, teringat akan mendiang sang Kakek buyut. "Iya si, tapi aku tetap tidak setuju Paman!", kesal Boruto. "Masa teman-temanku berkata kalau posisi kalian itu harusnya SasuNaru, bukan NaruSasu! Kan menyebalkan!" gerutu Boruto, agak -sangat- kesal mengingat percakapan dengan teman sekelasnya kemarin.

FLASHBACK-

Boruto yang sedang asik membaca Manga favoritnya dikejutkan oleh beberapa gadis dikelasnya, yang secara mengagetkan duduk disekitarnya.

"Boruto, Hey Boruto! Aku mau bertanya padamu!" ucap salah satu gadis yang duduk samping kiri nya.

"Huh? Apa?" balas Boruto agak acuh, dia paling tidak suka acara membaca buku -Manga- favoritnya diganggu.

"Kau tahu Anime Naruto bukan? Pemeran utama Naruto dan Sasuke itu pamanmu 'kan? 'kan?" tanya sang gadis –sangat- antusias.

Boruto hanya memutar mata, 'Aku juga ikut dalam film itu, bodoh.'"Ya, lalu kenapa?"

KYAA!

"Jadi benar? Kau sangat beruntung Boruto! Aku iri sekali, uhhh!" ucap gadis yang duduk didepan Boruto, sambil menggigit jari telunjuknya.

Boruto hanya mengangkat satu alis mendengar pernyataan gadis itu, "Maksudmu?"

"Yaaaa, kau tahu, Sasuke-san didalam film itu terlihat sangat macho, tampan, berwibawa, dan cool, pokoknya keren deh! Dan Naruto-san sangat kawaiiiiiii, manis, dan imut!".

KYAAAA!

Perkataan gadis tadi membuat Boruto mematung, 'Paman Naruto? Manis? Imut? What the HELL?!' pikir Boruto didalam hati setengah berteriak.

"Kau benar, aku dengar mereka sudah menikah ya di real? Aish, pasti Sasuke-san sangat mesum dan overprotective dengan Naruto-san, soalnya dia kan kawaiiiii!"

Lagi. Boruto hampir menangis mendengar pernyataan –impossible- keluar dari mulur gadis ababil seperti mereka, 'Paman Sasuke? Mesum? Overprotective?', hampir Boruto menjedukkan kepala diatas meja karena kalimat itu diulanginya didalam otak.

"Ehem." Dengan tenang Boruto melihat para gadis yang duduk memutarinya. "Kalian itu… lihat episode berapa?" dengan tenang Boruto menanyakan pertanyaan yang bisa dibilang normal.

"Hmmm, kalau tidak salah aku menontonnya baru-baru ini, kan film nya lagi ditayangin di XXX TV." Ucap salah satu gadis, diikuti anggukan setuju oleh beberapa gadis lain.

"Iya, aku baru menonton beberapa episode. Tapi aku langsung jatuh hati dengan Sasuke-san yang masih muda." Sahut gadis lain.

Kening Boruto berkedut.

Tarik Nafas

Buang Nafas

Tarik lagi

Buang lagi

"Well… coba kalian lihat mereka di seri Shippuden-nya, lalu katakan lagi padaku apa yang kalian omongkan tadi . Jaa Naa~." Dengan santai Boruto mengambil tas, dan menuju pintu keluar kelas.

Shikadai, teman sekelas Boruto melihat arah yang dituju oleh Boruto, "Kau mau kemana Borto? Pelajaran dimulai sebentar lagi." tanya Shikadai yang hanya dibalas jari telunjuk, menandakan bahwa Boruto akan membolos, dan minta di izinkan, Shikadai hanya bisa menghela nafas melihat sahabat kecilnya bertingkah seperti itu jika menyangkut Paman favoritnya, Naruto.

FLASHBACK END-

"HAHAHAHAHAHAHAHA." Tawa Naruto sangat keras, terlampau keras -sampai Sasuke menoyor kepala Naruto kesamping-, mendengar cerita Boruto, dia tidak bisa membayangkan dirinya sebagai Naruto yang manis, lugu, imut. Membayangkannya pun membuatnya bergidik geli.

Boruto yang kesal dengan tawa Naruto hanya bisa mempoutkan bibirnya.

Sasuke hanya melirik Naruto dengan malas, dia sadar, Boruto sangat mengidolakan Naruto dari kecil hingga sekarang. Memang harus diakui, dia agak geli juga di cap 'MESUM' oleh gadis ababil teman Boruto, apalagi melihat Naruto sebagai sosok yang imut, manis, dan lucu. Banci. Hanya satu kata yang terlintas dipikirannya, tapi dia tidak akan mengutarakan pendapatnya, bisa – bisa dia dihajar nanti malam oleh Naruto.

"Besok bawa saja teman sekelasmu kesini Boruto, biar mereka yang menilai, yang asli dan yang imajinasi itu yang mana." Ucap Sasuke lembut, sambil mengelus surai pirang Boruto.

Kalimat Sasuke sukses menghentikan tawa Naruto, "Hell NO, Sasuke! Besok Aku ingin mengajakmu berlibur! Aku tidak mau liburan diganggu karena hal sepele seperti ini." Naruto sukses mendapatkan jitakan centong oleh sang terkasih.

"Jangan hiraukan Paman bodohmu yang satu ini, dia memang tidak peka." Ucap Sasuke, sambil melanjutkan acara potong memotong yang tadi sempat tertunda karena mendengarkan cerita Boruto.

Boruto yang mendengarkan perkataan pamannya yang rupawan langsung kembali semangat, "OSH! Besok akan kuajak gadis-gadis ababil itu kerumah Paman!" ucap Boruto dengan semangat 45.

"Ngomong-ngomong, Menma nii-san dimana Paman?" tanya Boruto perihal Menma, anak angkat dari Naruto dan Sasuke.

Sasuke menghentikan acara memotongnya, dia baru ingat anak yang usianya akan menginjak 18 tahun itu tidak akan bisa bangun sendiri jika tidak dibangunkan.

Boruto yang melihat gegalat Sasuke langsung memotong, "Biarkan Aku saja yang membangunkan Menma nii-san, Paman Sasu! Serahkan kepada Boruto!" ucap Boruto menunjuk dirinya sendiri dengan jempol, yang dibalas anggukan oleh Sasuke.

Seperginya Boruto dari dapur, Naruto segera memeluk Sasuke dari belakang, "Kenapa kau menyuruh keponakan kita membawa temannya kesini, huh?" tanya Naruto sedikit merajuk, liburan yang akan dilakukannya bersama Sasuke hancur sudah.

"Dia sangat mengagumimu, Dobe. Setidaknya biarkan kita meluruskan kesalahpahaman kecil ini." Ucap Sasuke sambil berbalik menatap Naruto. "Lagipula, aku tidak yakin kau akan betah dengan predikat 'Imut, Manis, dan Kawaiiii' yang diberikan teman Boruto kepadamu 'kan?"

"Ugh well, yeah. Siapa yang mau dibilang seperti itu, kalau kenyataannya berbanding terbalik, huh? Kecuali bagimu Sasuke, kau 'tampan, cool, dan berwibawa' yah asal mereka mengganti kata – kata 'mesum dan overprotective' dengan 'menawan dan canti." Selesai berkata seperti itu, Naruto langsung meraup bibir kenyal yang berada didepannya dengan bersemangat, yang disambut hangat oleh Sasauke.

Well, menuruti kemauan sang Istri tidaklah buruk bukan?

.

.

.

BRAK BRAK BRAK

"Menma nii-san! Menma nii-san! Menma nii—" panggilan Boruto terputus dengan terbukanya pintu kamar didepannya, dan menyajikan pemandangan seorang pemuda tampan bersurai hitam jabrik, mata sebiru lautan, badan berisi yang membuat semua orang ber- wait, Boruto mengulangi lagi, badan berisi, badan berisi, ba-dan be-ri-si.

"Aaaaaaaaaaaaaa!" Boruto berteriak keras, dihadapannya berdiri seorang Menma yang sedang bertelanjang dada, BER-TE-LAN-JANG DA-DA!

"Aaaaa! Mataku, mataku yang suci!" sambung Boruto sambil menutup mata dengan kedua tangannya.

Menma yang membuka pintu sempat terlonjak kaget karena teriakan Boruto yang tiba-tiba. Memutar bola mata dengan malas, Menma menarik Boruto masuk ke dalam kamar.

BLAM

"Kau, kenapa kau berteriak? Memang kau melihat apa, huh?" tanya Menma setelah memerangkap tubuh Boruto diantara tubuhnya dan pintu kamar.

Boruto yang menyadari posisi mereka, berusaha mendorong Menma, "Me-menma nii-san, kenapa ni-nii-san tidak memakai ba-baju?!" gagap Boruto, walapun mereka sudah menjadi kekasih selama 5 bulan, dia belum terbiasa melihat kekasihnya bertelanjang dada.

"Ck. Aku habis mandi Bolt." Menma mengendus perpotongan leher Boruto.

Boruto yang dipanggil dengan panggilan kesayangan -Bolt-, hanya menahan darah yang mengalir ke muka-nya.

"Kau wangi sekali. Kau memakai sabun yang kita beli kemarin, huh?" Menma terus mengendus ceruk leher Boruto, sesekali menjilat lehernya.

"Nhhh… Me-menma nii-san…" mendesah, mendesah, Boruto hanya bisa mendesah dengan kelakuan Menma.

"Dibawah, tadi kau marah-marah, kenapa?" digigit leher Boruto sampai menimbulkan bercak kemerahan, lalu dijilat lagi.

Boruto hanya diam tidak menjawab, terlalu terbuai dengan permainan lidah Menma.

"Kenapa diam Bolt? Kau mengacuhkanku, hm?" menyeringai, itulah yang sedang Menma lakukan. Menggoda kekasih hatinya ini sangatlah menyenangkan ketimbang memainkan game apapun.

"Menma ni-nii-san… ah nik-nikmaat… ah~"

KRETEK

Menma segera menjauhkan diri dari Boruto, dia tidak mengira Boruto akan sangat menikmatinya. Faktanya Menma mau saja meneruskan, tetapi kalau ketahuan oleh Ayah dan Papa nya, dia bisa dijadikan makanan Kyuubi –anjing kesayangan Naruto-.

"H-huh? Menma nii-san? Ke-kenapa berhenti?"

"A-aa… lebih baik kita turun, mungkin Ayah dan Papa sudah menunggu." Menma segera keluar melewati Boruto, tapi sebelum melewatinya, Menma berbisik, "Kita akan melanjutkannya jika tidak ada orang Bolt." Bisik Menma sembari menjilat cuping telinga Boruto.

Boruto yang dibisiki seperti itu hanya bisa mematung, semburat merah muncul diwajahnya.

"U-um…" dengan itu Boruto menyusul Menma yang sudah mendahuluinya.

.

.

.

"Pagi Ayah, pagi Papa." Sapa Menma kepada kedua orang tuanya yang sudah siap di meja makan di ikuti oleh Boruto.

"Pagi Menma, Boruto." Jawab Sasuke.

Menma mengitari meja untuk mencium pipi Ayah dan Papa nya. Kebiasaan. Mungkin.

'Kalau kupikir-pikir, Ayah dan Papa sudah berhubungan begitu lama, tetapi baru 3 tahun yang lalu Ayah menikahi Papa, dasar payah.' Cibir Menma kepada sang Ayah,'Tapi, apa aku bisa seperti Ayah? Apa aku cukup baik untuk Bolt?' lanjutnya sambil melirik Boruto yang duduk disampingnya.

"Pagi Menma-chaaaaaan, Boru-chaaaan!" siapa lagi kalau bukan sang Ayah yang memanggilnya dengan embel-embel '-chan' begitu.

"Oh pagi juga Ayah-chan." Balas Menma. Memang, anak dan ayah sama saja.

"Menma… sudah cukup teman-teman Boruto mengatai Ayah yang tidak-tidak, tidak kau juga." Naruto bergelayut manja dipinggul Sasuke yang sedang menyiapkan sarapan di meja.

"Dobe, awas, kau mau aku siram dengan kuah ramen ini, hah?" sembur Sasuke agak jengkel melihat sifat kekanakan Naruto. Naruto hanya bisa memajukan bibirnya. Ngambek.

"Huh? Apa maksud Ayah?" tanya Menma sambil melirik Boruto yang terlhita antusias karena sang Paman yang rupawan membuat ramen, 'Geez Ayah dengan keponakan sama saja. Maniak ramen.' Lihat siapa yang berbicara seperti itu.

"Ayahmu dibilang 'manis, imut, dan kawaiii' oleh teman-teman Boruto, Menma." Jawab Sasuke yang telah duduk disamping Naruto.

"Benarkan Bolt?"

Boruto hanya menganggung, moodnya hilang seketika mengingat kejadian 'naas' itu.

"Oh Menma, bagaimana kalau kita sekeluarga memberikan 'pelajaran' yang bagus kepada teman-teman Boruto, ne?" Naruto hanya tersenyum saat bertanya pada Menma, dan Menma mengetahui apa maksud dari Ayahnya itu.

"Baiklah Ayah, sebagai anak yang baik, aku akan membantumu memberikan 'pelajaran' kepada teman-teman Bolt." Balas Menma menyeringai.

'Dasar ayah dan anak, sama saja!' batin Sasuke dan Boruto.

"Oh Boruto, tadi kenapa kau berteriak?"

UHUK

Menma dan Boruto terbatuk mendengar pernyataan yang dilontarkan sang Papa/Paman rupawan.

TBC-

A/N : TBH, aslinya Saya udah nyelesein ch 1 - 3 barusan, tapi kayaknya g enak kalau langsung Saya post :/

jadi Saya post ch 1 dahulu, and well, ch 1 pun saya bagi menjadi 2 bagian, ini ch 1 A dulu yaaa... besok kalau ada waktu saya upload yg ch 2 :p tenang, kalau semua berkenan dengan fict ini, nanti malam langsung saya upload ch.2 nya, dan panjaaaaaaaang kok XD

silahkan RnR, boleh Flame, asal yang berkelas ya Flame nya, agak ngotak dikit kalau nge-flame, bahasa adalah cerminan diri seseorang, bahasa santun berarti orang itu punya ETIKA, bahasa amburadul berarti orang itu... ah sudahlah. :D