A story about Kyuhyun
by JungJ
...
..
.
¦Desperately¦
.
..
...
"Dia sudah mati. Aku tidak ingin mendengar soal pria itu lagi dari mulutmu. Pergi!"
.
"Kau tidak cukup baik sebagai seorang editor senior. Sebagian pekerjaanmu selalu direvisi ulang oleh kepala editor. Kau sadar itu?"
.
"Mari berpisah. Kurasa kita tidak cocok satu sama lain. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu. Aku sangat tidak tahan dengan itu."
.
"Seminggu. Aku hanya memberi waktu seminggu sampai kau bisa membayar tagihan flatmu. Jika lebih dari waktu yang kutentukan, silahkan angkat kaki dari sini. Masih banyak orang yang ingin tinggal di tempat ini selain dirimu."
.
"Anda perlu mencari tahu alasan kenapa Anda depresi. Saya rasa kepribadian Anda meningkatkan tingkat stress hingga Anda kesulitan tidur. Anda sebaiknya mulai mengubah pola tidur Anda dengan berangkat tidur lebih awal."
.
.
.
Angin musim dingin yang berhembus nakal melewati celah jendela kamarnya yang sedikit terbuka menyadarkan Kyuhyun dari lamunannya. Ia sedikit bergidik kemudian segera menutup jendela kamarnya. Entah berapa lama ia melamun sehingga lantai flatnya yang dingin terasa berkali lipat lebih dingin dari biasanya. Kakinya bergerak ke dekat pintu lalu menyalakan penghangat ruangan. Sepuluh menit kemudian Kyuhyun bisa merasakan suhu dalam flatnya mulai menghangat.
Pemuda dua puluh tujuh tahun itu menghela nafasnya pendek kemudian mendudukkan diri di ujung kasur. Bergerak sepelan mungkin agar tidak membangunkannya yang tengah bergelung di ujung kasur yang lain. Kyuhyun mengulas senyumnya tanpa sadar. Dengan gerakan pelan ia mulai membaringkan tubuhnya menyamping di atas kasur.
Namun ternyata usahanya gagal karena sosok yang tadi masih bergelung nyaman di kasur kini mulai menggeliat pelan kemudian membuka matanya. Begitu menyadari kehadiran Kyuhyun, sosok itu beranjak dari ujung kasur kemudian mulai melangkah dengan kaki kecilnya. Mendusal-dusal pada sisi perut Kyuhyun yang bahkan tidak memiliki lemak lalu merebah disampingnya.
Miaw
Kyuhyun tersenyum kecil melihat kucing berjenis Scottish Fold itu kembali terlelap dengan cepat. Tangannya bergerak mengusap kepala Lily―nama kucing itu―dengan gerakan pelan. Kucing berbulu abu-abu putih itu tampak nyaman atas apa yang Kyuhyun lakukan. Lily seolah menyandarkan kepalanya pada telapak tangan Kyuhyun yang masih terus bergerak. Terdengar suara dengkuran pelan dari Lily yang menandakan jika kucing itu menyukainya.
"Lily-ya..." panggil Kyuhyun dengan suara pelan.
Miaw
Seolah mengerti, Lily menjawab panggilan Kyuhyun dengan suara eongannya yang membuat Kyuhyun terkekeh kecil mendengarnya.
"Hanya kau seorang, Lily-ya..."
Mungkin Kyuhyun terdengar berlebihan karena menyebut Lily yang notabene seekor kucing sebagai seorang yang lebih mengarah sebagai sebutan untuk manusia. Namun, Kyuhyun lebih menyukai itu. Lagipula Kyuhyun rasa akan aneh jika ia mengganti kalimatnya dengan, "Hanya kau seekor, Lily-ya..."
"Kumohon jangan tinggalkan aku. Kau satu-satunya alasanku untuk bertahan sejauh ini."
Lily lebih dari sekedar kucing peliharaan bagi Kyuhyun. Lebih dari sekadar keluarga, teman, kekasih, ataupun orang terdekatnya. Lily adalah segalanya. Ya tentu saja karena Kyuhyun tak memiliki semua itu.
Keluarganya sudah hancur sejak perceraian kedua orangtuanya sepuluh tahun lalu yang berujung dengan ayahnya yang meninggal dua tahun kemudian sedangkan ibunya memilih menikah dengan pria lain. Ia yang masih sembilan belas pernah sekali menghampiri ibunya untuk mengabari perihal kepergiaan ayahnya namun yang didapat justru untaian kalimat yang menusuk hati.
"Dia sudah mati. Aku tidak ingin mendengar soal pria itu lagi dari mulutmu. Pergi!"
Sejak saat itu, Kyuhyun memutuskan bahwa ia tidak lagi memiliki ibu.
"Aku mungkin akan dipecat dari pekerjaanku. Kau tahu, Lily-ya... Aku bekerja lebih keras dari semua orang di kantor, namun mereka menganggapku tidak cukup baik."
Sudah tujuh tahun lamanya Kyuhyun bekerja di perusahaan percetakan tempatnya bekerja saat ini. Tujuh tahun lalu, Kyuhyun direkrut bekerja di sana karena pihak universitas memberi rekomendasi pada pihak perusahaan. Ia mulai bekerja sebagai staf biasa hingga dua tahun kemudian ia diangkat menjadi editor tetap. Tiga tahun karirnya sebagai editor berjalan dengan mulus. Tak sedikit buku best seller mencantumkan namanya sebagai salah satu editornya. Ia berulang kali terlibat dalam proyek besar yang membesarkan namanya. Namun dua tahun belakangan, karirnya seolah meredup. Hasil pekerjaannya terasa hambar dan Kyuhyun tidak mengerti mengapa ia tidak bisa puas atas apa yang ia lakukan. Ditambah lagi teguran dari editor lain yang seolah mencoreng namanya sebagai editor senior.
"Kau tidak cukup baik sebagai seorang editor senior. Sebagian pekerjaanmu selalu direvisi ulang oleh kepala editor. Kau sadar itu?"
Sejak saat itu, Kyuhyun merasa gagal.
Pemuda bersurai hitam yang kini menyandarkan punggungnya pada head bed―dengan Lily dipangkuannya―mengamati flatnya yang jauh dari kata rapi. Bekas gelas kopi, bungkus ramen, dan piring kotor tersebar di seluruh ruangan. Pakaian kotornya juga menumpuk di pojok flatnya. Ditengah kegiatannya mengamati betapa berantakan flatnya itu, Kyuhyun tidak sengaja menatap ke tempat sampah di samping pintu kamar mandi. Mungkin sudah seminggu lamanya ia belum membuang sampah hingga tempat sampah itu nampak penuh. Sekuntum mawar merah yang sudah layu menggantung di mulut keranjang dengan tangkai yang menyentuh lantai. Kelopak-kelopaknya telah mengering dan berceceran di sekitar tempat sampah. Keadaan mawar merah yang mengenaskan adalah representasi kisah cintanya.
"Mari berpisah. Kurasa kita tidak cocok satu sama lain. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu. Aku sangat tidak tahan dengan itu."
Sejak saat itu, Kyuhyun tidak lagi mempercayai cinta.
"Dia adalah pertama dan terakhir. Aku rasa ia mematahkan hatiku dengan alasan lain. Aku tidak ingin tersakiti lagi, Lily-ya..."
Gadis itu adalah cinta pertama Kyuhyun yang telah menjadi kekasihnya selama lima tahun. Kyuhyun mencintai gadis itu dengan sepenuh hatinya begitupun kekasihnya yang sangat mencintainya. Namun seperti sekantong makanan ringan yang dijual di minimarket, rasa cinta yang dilimiki kekasihnya memiliki waktu kadaluwarsa dan membutuhkan stok baru sebagai pengganti. Ada orang lain diantara mereka. Seorang yang lebih mapan dari Kyuhyun. Hal ini kembali mengingatkan Kyuhyun akan kemunduran karir yang membuatnya kesulitan dalam hal finansial.
"Seminggu. Aku hanya memberi waktu seminggu sampai kau bisa membayar tagihan flatmu. Jika lebih dari waktu yang kutentukan, silahkan angkat kaki dari sini. Masih banyak orang yang ingin tinggal di tempat ini selain dirimu."
Sejak saat itu, Kyuhyun mulai berandai-andai tentang tempat terindah yang bisa ia tinggali tanpa harus membayar mahal.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Lily telah bergelung dalam selimut tebalnya. Berbanding terbalik dengan Kyuhyun yang merasa sangat lelah namun matanya sama sekali tidak bisa terpejam. Pemuda itu meraih botol kecil di atas nakas lalu menuang isinya ke telapak tangan. Satu, dua, tiga, tiga butir kecil obat ia masukan dalam mulut lalu menelannya begitu saja. Jejak rasa pahit di pangkal lidahnya seolah tidak Kyuhyun rasakan. Ya mungkin saja ia sudah mati rasa.
"Aku ingin tidur dengan nyenyak setidaknya sekali saja," ucapnya seperti berbisik. Pemuda itu tidak ingat kapan terakhir kali ia tidur dengan nyenyak. Bulan lalu? Dua tahun lalu? Atau sepuluh tahun lalu? Kedua mata cokelatnya memerah dengan cepat. Perlahan, lelehan bening jatuh dari kedua matanya. Kyuhyun tidak tahu, ia tidak mengerti. Apa yang salah dengan dirinya hingga ia berakhir menyedihkan seperti ini.
"Apa yang salah dengan kepribadianku? Kenapa aku seperti ini? Itu karena aku. Semua salahku, Dokter!" Inilah jawaban yang ingin Kyuhyun sampaikan pada saat konsultasi dengan dokter setengah tahun lalu. Jawaban yang tak pernah ia sampaikan pada dokter yang tak membantunya sama sekali. Justru Antidepresan yang dokter berikan saat itu seolah menuntun Kyuhyun menuju gerbang kesengsaraan.
Kyuhyun tidak butuh nasihat panjang dari dokter. Ia tidak butuh Antidepresan dengan dosis tinggi. Kyuhyun hanya butuh didengarkan. Ia butuh orang lain yang mau mendengar ceritanya―keluh kesahnya.
"Anda perlu mencari tahu alasan kenapa Anda depresi. Saya rasa kepribadian Anda yang tertutup meningkatkan tingkat stress hingga Anda kesulitan tidur.Anda sebaiknya mulai mengubah pola tidur Anda dengan berangkat tidur lebih awal."
Sejak saat itu, Kyuhyun tidak bisa mempercayai seorangpun di dunia ini.
"Hanya ada aku dan kau di dunia yang keras ini, Lily-ya..." ucapnya sembari menyentuh kuping Lily yang mengatup. "Tapi jika aku pergi, setidaknya kau bisa berlari mencari orang lain yang mau merawatmu." Tidak sepertiku yang tidak bisa berlari kemanapun. Tidak ada tempat untukku di dunia ini.
Pemuda itu mengusap pipinya yang basah kemudian turun dari kasur. Tangannya sibuk membuka laci nakasnya untuk mencari sesuatu. Tak menemukannya disana, Kyuhyun lalu mencari di laci terbawah lemari bajunya. Setelah mengobrak-abrik lemari hingga bajunya berantakan, Kyuhyun menemukan benda yang dicarinya. Ia menggenggamnya dengan tangan bergetar. Delapan tahun lalu tali sepanjang satu meter―benda itu―ditangannya pernah ia sentuh.
Kyuhyun menarik kursi disamping meja kerjanya ke tengah ruangan. Ia mendongak untuk mengamati sebuah besi dengan lekukan diujungnya yang menggantung rendah sekitar tiga meter dari lantai. Kaki kananya menginjak dudukan kursi disusul kaki kirinya sehingga kedua kakinya menjajak sempurna di atas kursi. Ia mengikatkan ujung tali pada lekukan besi dengan tangan gemetar. Setelah merasa ikatan yang ia buat cukup kuat, ia mengikat ujung tali yang menggantung hingga terbentuk lubang seukuran kepalanya. Ya Kyuhyun ingin mengakhiri hidup dengan menggantung dirinya.
Miaw
Suara eongan Lily membuat Kyuhyun berjengit kecil. Ia menoleh pada kucing itu. Pemuda bersurai hitam itu merasakan air matanya turun begitu saja saat melihat Lily telah beranjak dari kasur dan kini tengah duduk di samping kasur. Sepasang mata biru milik Lily memandangnya penuh tanya. Jika Lily adalah manusia, Kyuhyun seolah mendengar 'Apa yang kau lakukan?' berulang kali.
Miaw
Miaw
"Lily-ya..." panggil Kyuhyun dengan suara bergetar. Ia tersedak ludahnya sendiri saat akan meneruskan kalimatnya. Pemuda itu menangis melihat Lily-nya yang seolah menunggu kalimat yang akan ia ucapkan.
"Delapan tahun lalu aku berniat mengakhiri hidupku dengan cara ini saat wanita itu mengusirku dari kehidupannya. Namun, aku gagal, aku tidak memiliki cukup keberanian saat itu. Terlalu banyak kekhawatiran sehingga aku takut untuk melakukannya."
Jeda.
"Untuk sekarang―aku lebih berani. Lagipula tidak ada yang aku takutkan saat ini. Aku tak perlu khawatir akan ada yang bersedih saat aku pergi. Ini keputusan finalku Lily-ya..."
Kyuhyun menatap Lily dengan wajah yang basah dengan air mata. Ia menggenggam tali yang menggantung dengan erat. Selama beberapa detik ia hanya terdiam membiarkan Lily terus menatapnya dengan pandangan bertanya.
Miaw
Miaw
Miaw
"Maaf Lily-ya..."
Kyuhyun menutup matanya erat sesaat kemudian memasukkan kepalanya pada simpul tali.
Miaw
Miaw
Miaw
Sepasang matanya yang kembali terbuka menatap kearah Lily yang berjalan mendekat ke bawah kursi. Kucing Scottish Fold itu mendongakkan kepalanya untuk menatap Kyuhyun. Ia kembali merasa pandangannya mengabur saat Lily memandangnya dengan mata sendu. Dan dalam sepersekian detik air mata itu menetes.
Bukan dari sepasang mata cokelat milik Kyuhyun, melainkan berasal dari sepasang mata biru Lily. Sepasang mata biru itu basah.
Lily-nya menangis.
Brakk
Kursi itu terbalik kemudian menghantam lantai. Disusul dengan suara benda lain yang jatuh dalam sepersekian detik.
"Maafkan aku. Maaf Lily-ya..." Kyuhyun menangis terisak lalu merangkak di lantai untuk meraih Lily ke dalam dekapannya. Kucing itu merapatkan tubuhnya dalam dekapan Kyuhyun. Salah satu kaki depannya menyentuh wajah Kyuhyun seolah mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.
Kyuhyun melupakan kenyataan jika Lily adalah segalanya untuknya. Begitupun dirinya yang merupakan dunia bagi Lily.
.
..
...
THE END
...
..
.
So, long time no see. Aku kembali dengan oneshot Kyuhyun yang ngedrama lagi. Kuucapkan terima kasih pada libur panjang yang udah membuka pikiranku. Pun buat readers, yang kalau ada, yang masih nungguin aku. I'm back. Aku kembali ke dunia imajinasiku ini. Untuk butterfly masih dalam proses ngetik, sedangkan alright masih zonk. Oke ini tugasku buat nyelesain. Dan untuk as time goes by dengan berat harus discontinued. Aku ga tahu harus gimana lagi. Maaf ya buat semuanya. Kuharap kalian ngerti.
...
June 22, 2018
With Love,
Jung Je Ah
