Title : I Love My Boss
Writer : Helloannyeongg
Rated : T
Genre : Drama, Romance, Friendship, Family
Main Cast : HunHan ( Oh Sehun x Xi Luhan)
Other Casts : Exo official couples and SM artists
Semua Cast disini milik diri mereka masing-masing, orangtua, dan Tuhan. Author cuma memakai mereka sementara sebagai Cast di FF abal-abal author ini.
Warning : GS, TYPO(S), OOC dan Bahasa pun tidak baku.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka jika ada kesamaan kejadian mungkin ini hanya sebuah kebetulan. Cerita ini milik SAYA. Penulis cerita ini adalah SAYA. Ide dalam menulis berasal dari ide SAYA. Please don't be a PLAGIATOR!
::::::::::::::: *Helloannyeongg Present* ::::::::::::::
Aku Sehun. Demi belajar hidup mandiri, aku rela melepaskan semua fasilitas yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Aku lelah mencari pekerjaan kesana kemari dan semuanya ditolak. Untunglah saat aku mulai putus asa, ada seseorang yang menawariku pekerjaan. Dan apa pekerjaannya? Seorang bodyguard! Dan aku harus menjaga serta melindungi seorang gadis yang menurutku, manis.
.
*Helloannyeongg*
.
Sehun POV
Namaku Oh Sehun atau kalian bisa memanggilku Sehun. Saat ini aku sedang membutuhkan uang. Ya hidup sendiri di Seoul memang cukup merepotkan. Aku harus berpikir untuk mencari uang untuk membiayai kuliahku dan kebutuhanku sehari-hari. Selama beberapa bulan ini aku memang menolak semua fasilitas uang yang diberikan kedua orang tuaku. Aku memang terlahir dari keluarga yang mampu bahkan sangat sangat mampu. Ayahku seorang pemilik perusahaan terbesar di Seoul sedangkan eommaku merupakan seorang relawan dan pemilik panti sosial. Aku menolak semua fasilitas dari kedua orang tuaku karena aku ingin berusaha mencari uang sendiri. Kedua orang tuaku awalnya tentu saja tidak setuju. Mereka tidak akan membiarkan aku, anak satu-satunya mereka hidup penuh kesulitan. Namun aku terus menerus meyakini mereka dan akhirnya mereka pun setuju.
Hari ini aku sedang berupaya mencari-cari pekerjaan. Berulang kali aku keluar masuk perusahaan namun semua lamaran pekerjaanku ditolak karena mereka membutuhkan pekerja full time bukan pekerja part time sepertiku. Apalagi aku akan berkuliah. Dengan langkah gontai, aku berjalan keluar dari perusahaan terakhir yang aku datangi.
"Hello... Permisi. Apa kau sedang butuh pekerjaan?" Ucap seorang namja parubaya yang berpapasan denganku. Wajahnya terlihat tidak begitu asing bagiku.
"Ne, tuan." Jawabku singkat. Aku berharap aku bisa mendapatkan pekerjaan segera.
"Kalau begitu ayo ikut aku." Ajak namja parubaya itu dan aku pun mengikutinya.
"Kau sedang berkuliah?" Tanya namja itu di dalam mobil saat menuju ke suatu tempat yang tidak aku ketahui.
"Ne. Aku baru akan masuk kuliah di Seoul International University jurusan Business Management." Jawabku dan namja itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Putriku juga akan melanjutkan kuliah disana. Namun aku khawatir. Dia putriku satu-satunya jadi aku tidak bisa dengan mudah membiarkannya kuliah disini. Aku butuh seseorang yang bisa menjaga dan melindunginya." Jelas namja parubaya itu panjang lebar. Aku pun hanya mengangguk-angguk saja.
"Dan aku rasa kau orang yang cocok." Lanjutnya membuat aku mengerutkan dahi, tidak mengerti.
"Maksud tuan?"
"Kau bekerja sebagai bodyguard putriku. Untuk masalah gaji, kau tidak perlu khawatir. Aku akan memberikan gaji yang besar untukmu bahkan jika perlu aku akan membiayai kuliahmu. Kau hanya perlu menjaga putriku selama 24 jam. Tidak terlalu sulit bukan? Oh iya dan aku sudah menyiapkan sebuah apartment tepat di samping apartment putriku jadi lebih mempermudah pekerjaanmu. Bagaimana? Kau mau?" Jelasnya panjang lebar. Aku masih terdiam mencerna semua perkataannya. Setelah aku pertimbangkan masak-masak, semua pekerjaan itu tidak sulit. Aku hanya butuh menjaga anaknya saja. Tidak masalah untukku.
"Baiklah. Aku mau, tuan..."
"Tuan Xi. Kita lupa berkenalan ya hahaha..."
"Ne. Aku Sehun, Oh Sehun. Salam kenal."
"Salam kenal dan selamat bekerja." Namja itu menyalamiku.
SKIP
"Nah ini dia apartmentmu. Apakah cukup?" Tuan Xi memperlihatkan apartment yang akan ditinggali oleh Sehun demi tugasnya menjaga putri kesayangannya itu.
"Ne. Ini lebih dari cukup tuan, terima kasih banyak." Aku membungkukkan badanku berulang kali.
"Dan satu lagi. Ada sebuah mobil sedan hitam di basement dan kau bisa menggunakannya saat kau butuh dan mengantar putriku nantinya." Jelasnya lagi membuat aku tercengang. Aku tidak menyangka bisa mendapat semua fasilitas seperti ini padahal aku hanya bekerja sebagai seorang bodyguard.
"Ne. Lalu dimana putri anda, tuan?" Aku masih penasaran dimana putrinya. Sejak tadi aku tidak melihatnya dimanapun.
"Dia masih berada di China. Minggu depan dia baru akan datang. Baiklah aku harus segera pergi. Aku harap kau bisa menjaga putriku dengan baik. Dan kau boleh tinggal disini mulai dari sekarang. Dan jika kau butuh apa-apa, kau bisa menghubungiku."
"Baik tuan. Hati-hati dan terima kasih untuk semuanya." Aku membungkukkan badan lagi saat Tuan Xi berlalu dari hadapanku.
Omona! Aku merasa seperti mendapat durian runtuh! Jackpot! Mendapat pekerjaan bahkan fasilitas tang diberikan padaku juga cukup mewah. Ckck. Aku segera masuk ke dalam apartmentku dan mencoba beristirahat.
.
*Helloannyeongg*
.
Hari ini aku harus menjemput putri dari Tuan Xi. Ya dialah yang akan aku jaga dan lindungi selama 24 jam penuh. Aku sudah berada di Bandara Incheon sekarang. Aku mengedarkan pandanganku diantara ribuan penumpang yang ada disini. Sedikit kesulitan memang terlebih aku juga tidak begitu mengenal putri Tuan Xi itu.
Drrttt Drrttt Drtt
Ponselku bergetar dan aku mendapatkan sebuah pesan lebih tepatnya sebuah foto yang dikirin oleh sekretaris Tuan Xi yang menunjukkan foto putri Tuan Xi. Aku pun menyimpan foto itu dan mulai berkeliling mencarinya.
Sudah 30 menit aku berkeliling namun aku masih belum menemukannya. Aku berpikir jika dia sudah pergi terlebih dahulu. Namun sedetik kemudian mataku menatap sosok yang terlihat mirip seperti di foto yang aku dapat. Tanpa ba bi bu lagi aku langsung menghampirinya dan menariknya untuk ikut denganku.
"Ya lepaskan! Lepaskan!" Teriak yeoja itu. Namun aku tidak menanggapinya dan masih saja terus membawa paksa dirinya. Aku merasakan kami mendapat banyak tatapan yang tidak mengenakan dari orang-orang disekeliling kami.
"Please leave me go..." ucapnya lagi dan kembali meronta-ronta. Aku kesal sekali dengannya.
"Keep silent. Atau kau mau mati?" Ucapku seenaknya dan yeoja itu pun terdiam. Mungkin shock dengan ucapan kejiku. Dan dari itu dia tidak meronta-ronta lagi.
Kami sudah memasuki mobil dan menuju ke gedung apartment kami. Di dalam perjalanan, aku melirik sekilas yeoja yang ada di sampingku ini. Diam-diam aku juga merasakan dia terus menatapku.
"Kau mengagumi wajahku?" Tanyaku sontak membuat dirinya jadi salah tingkah dan segera mengalihkan pandangannya. Wajahnya sepertinya sudah memerah, merasa malu mungkin.
Akhirnya kami pun sampai di gedung apartment kami. Aku memarkirkan mobil di bagian paling pojok dekat dengan pintu masuk basement.
"Kita sampai. Turunlah." Ucapku sambil mematikan mesin. Yeoja itu pun segera turun dari mobil. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Aku melihatnya sedikit kesulitan membawa ransel miliknya yang sepertinya sangat berat itu.
"Biar aku yang bawakan." Aku menawarkan diri untuk membantunya. Aku tidak tega membiarkan seorang yeoja membawa barang-barang yang berat.
"Tidak perlu. Aku bisa membawanya sendiri." Tolaknya dan segera melenggang masuk ke dalam gedung apartment.
"Apartment nomor 365 lantai ke 4, baiklah..." ucapnya entah kepada siapa. Ia segera memencet tombol 4 dilift.
Tringg
Akhirnya kami sampai di lantai 4 tempat apartment kami berada. Yeoja itu segera melenggangkan dirinya menuju ke apartmentnya. Wajahnya terlihat sangat gembira. Senyum tidak terlepas dari wajahnya yang manis.
"Akhirnya aku sampai. Hello my new home..." ucapnya saat kami tiba didepan pintu apartmentnya. Ia segera menekan password dan pintu pun terbuka.
Ekspresi wajah yeoja itu segera berubah saat ia membuka pintu. Wajahnya yang ceria kini berubah masam. Aku tahu pasti karena apartmentnya yang masih berantakan. Baba nya memang sengaja meletakkan barang-barangnya di depan pintu apartment itu dan membiarkan putrinya untuk membereskannya.
"Kenapa masih berantakan seperti ini?" Teriaknya sambil menujuk beberapa koper dan peralatan lain itu sambil melirikku sinis.
"Lalu? Kau menyuruhku untuk membereskannya?" Aku mengerti maksudnya. Aku kesal dengan tatapannya yang mematikan itu.
"Tentu saja! Sekarang cepat bereskan!" Perintah yeoja itu seenaknya membuatku semakin kesal. Aku tidak pernah diperintah seperti ini sebelumnya. Lagipula ini kan bukan tugasku.
"Apa ini tugasku? Aku bodyguardmu. Tugasku melindungi dan menjagamu bukan bersih-bersih seperti ini. Kau bersihkan saja sendiri." Jawabku penuh emosi. Wajah yeoja itu langsung berubah mungkin karena merasa bersalah. Aku jadi merasa sedikit tidak enak juga padanya. Dia mulai membawa beberapa koper miliknya dan memasukannya ke kamar tidurnya.
"Haa mari sini aku bantu." Aku menawarkan bantuan padanya. Aku juga merasa kasihan. Apalagi sepertinya ia sudah lelah setelah menempuh penerbangan berjam-jam dari China.
Aku membawa beberapa barang lain ke dalam dapur maupun ruang tengah. Ya memang sudah disediakan sofa, lemari es bahkan TV di apartment itu. Aku melihat yeoja itu terus mondar-mandir membawa kopernya yang banyak dan cukup berat ke dalam kamarnya.
Tidak terasa sudah 2 jam kami bersih-bersih dan membereskan apartment ini. Masih ada beberapa barang lagi yang belum tertata dengan rapi. Aku melihat yeoja itu sedang merebahkan dirinya di atas sofa. Matanya terlihat sudah sangat mengantuk. Aku tidak mau mengganggunya dan membiarkannya terlelap disana.
Aku yang masih sibuk merapikan lemari dapur pun terpaksa harus menundanya karena kasihan melihat yeoja itu sudah tertidur pulas disofa tanpa bantal dan selimut. Akupun menggendong tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam kamar tidurnya. Disana aku membaringkannya ditempat tidur dan menyelimutinya. Aku kira kamar yeoja itu sudah rapi namun aku salah. Masih banyak barang yang berserakan. Aku pun merapikannya perlahan agar tidak mengganggu tidur yeoja itu.
Setelah kamar yeoja itu rapi, aku kembali mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda. Jam kini sudah menunjukkan pukul 23.30 KST. Sungguh saat ini aku sudah mengantuk namun tugasku masih belum selesai dan aku memaksa mataku agar tetap terjaga sampai semuanya sudah selesai.
Haaa akhirnya semua sudah bersih dan rapi. Kini sudah saatnya aku untuk beristirahat. Aku merebahkan diriku di sofa ruang tamu itu. Aku malas dan tidak punya banyak tenaga lagi untuk kembali ke apartmentku. Tulang-tulangku terasa remuk dan mataku sudah terasa sangat berat. Akupun memejamkan mata dan tertidur saat itu juga.
.
*Helloannyeongg*
.
Aku mengerjapkan mataku saat sinar matahari menusuk-nusuk mataku. Ternyata sudah pagi. Aku segera menuju ke kamar mandi dapur untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelahnya, aku berjalan menuju ke dalam kamar yeoja itu untuk memastikan apakah ia sudah terbangun atau belum.
CKLEK
Aku membuka pintu kamarnya secara perlahan. Aku melihat yeoja itu masih meringkuk di balik selimutnya. Rupanya dia masih terlelap. Aku langsung menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Aku yakin yeoja itu pasti tidak pandai memasak. Daripada dia mati kelaparan lebih baik aku berbaik hati membuatkannya sarapan.
Aku membuka isi lemari dan mendapati telur dan beberapa sayuran lain. Pagi ini aku berniat akan menbuat ommelete dan segera aku siapkan bahan-bahannya. Aku mulai memotong-motongi beberapa buah sosis yang ingin aku masukkan ke dalam ommeleteku nanti sambik menunggu nasinya matang.
25 menit kemudian semua bahan sudah siap untuk dicampurkan bersama. Aku mulai mencampurkan nasi, sosis dan bahan lainnya ke dalam beberapa butir telur yang telah aku pecahkan terlebih dahulu. Ketika sudah tercampur rata, aku mulai menggorengnya di wajan yang sudah panas. Saat aku sedang asik memasak, aku merasakan ada seseorang yang sedang memperhatikanku. Dan ternyata benar. Yeoja itu sudah bangun dan melihatku yang sedang memasak.
"Kau sudah bangun? Cepat cuci mukamu, sikat gigimu dan segera duduk di meja makan. Sebentar lagi sarapannya akan siap." Ucapku padanya tanpa melihat wajahnya. Aku takut ommeleteku gosong.
"N-ne..." ucapnya kemudian sambil berjalan menuju ke dalam kamar mandi.
SKIP
Akhirnya ommelete buatanku selesai juga. Aku segera menghidangkannya di meja dan tidak lama yeoja itu pun datang. Ia nampak sangat terkejut dengan ommelete buatanku ini. Ia masih terus menatapnya dalam-dalam. Sempat terpikir olehku jika mungkin ia tidak suka ommelete. Namun aku salah. Yeoja itu tersenyum sambil menatap ommeleteku.
"Makanlah selagi masih hangat." Ucapku membuyarkan lamunannya. Dan iapun mulai menyuapkan suapan pertamanya. Aku senang dia menikmatinya.
"Gomawo... Jeongmal gomawo..." ucapnya sambil tersenyum tulus. Akupun membalas senyumnya sedikit.
"Kau hmm..." yeoja itu tampak bingung. Aku baru ingat. Sejak kemarin aku memang belum memperkenalkan diri.
"Oh Sehun. Namaku Sehun." Aku mulai memperkenalkan diriku. Dia pun tersenyum sambil menatapku.
"Ne, Sehun-ssi. Apa kau yang merapikan semua ini?" Tanyaku sedikit canggung.
"Hmm. Dan panggil saja aku Sehun." Jawabku singkat sambil memberikan senyumanku.
"Hmm Sehun... Mianhae..." ucapnya sambil berhenti menikmati sarapannya. Aku merasa bingung.
"Wae?"
"Kemarin aku hmm sudah menganggapmu seperti pembantuku. Mianhae..." yeoja bernama Luhan itu menundukan wajahnya mungkin karena merasa tidak enak padaku.
"Ne, tidak apa. Aku sudah selesai. Kau sebaiknya segera selesaikan sarapanmu dan mandi." Aku membawa piring kotorku ke dapur meninggalkan yeoja yang aku tahu bernama Luhan itu sendiri di meja makan. Mungkin lebih baik seperti itu daripada dia canggung terus dihadapanku hingga tidak menghabiskan sarapannya.
"Hmm semalam kau..." Luhan menggantungkan ucapannya. Namun aku mengerti. Ia menayakan dimanakah aku tidur semalam.
"Tenang saja. Aku tidur di sofa. Lagipula tuan Xi sudah menyewakanku apartement sebelah. Jadi jangan khawatir. Kita tidak tinggal bersama." Ucapku demi menenangkan pikirannya.
"Sehun biar aku saja yang mencucinya. Kau istirahatlah. Kau pasti lelah semalaman susah membereskan apartment ini." Dia mengambil piring kotor yang sedang aku cuci itu.
"Tidak apa. Sudah kau mandilah. Kau mau kemana hari ini? Aku akan menemanimu." Aku tahu pasti ia ingin berjalan-jalan dihari pertamanya di Seoul dan ini sudah tugasku mengantarnya.
"Hmm aku ingin ke Lotte World. Aku dengar tempat itu sangat mengasyikan." Ia terlihat sangat bersemangat ketika menyebutkan nama tempat yang akan dikunjunginya.
"Baik. Jangan lupa untuk berpakaian tebal. Udara hari ini cukup dingin." Ia pun mengangguk dan segera masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap pergi.
Setelah mencuci piring, aku kembali ke apartmentku untuk mandi dan bersiap-siap. Jujur sebenarnya aku merasa sangat lelah dan mengantuk namun karena demi pekerjaanku, aku memaksakan diri agar tetap kuat. Kini aku sudah bersiap-siap. Kukenakan jas hitam kesayanganku ini. Tak lupa aku juga menggunakan syal. Pagi ini cuaca cukup dingin. Aku bersandar di depan pintu apartment Luhan, menunggunya.
"Kajja kita berangkat!" Ucapnya saat membuka pintu dan segera menarik lenganku. Aku hanya pasrah saja mengikutinya. Aku melihat rambut kecokelatan miliknya yang terlihat sangat berantakan. Aku tidak sudah hal-hal yang berantakan. Aku suka kerapian.
"Tunggu." Aku menghentikan langkahku dan membuatnya sedikit bingung.
"Wae?" Tanyanya sambil menoleh kepadaku.
"Lihatlah ke depan." Perintahku dan diapun menurut.
"Ada apa? Tidak ad-"
Aku membuka ikat rambutnya dan membenarkan ikatannya. Aku ambil rambutnya yang masih menjuntai dan aku rapikan. Setelah aku rasa cukup rapi, aku kembali mengikatnya.
"Go-gomawo..." ucapnya sambil menundukkan kepala. Aku tahu pasti dia merasa malu. Aku melihat pipinya sudah memerah.
Dasar yeoja yang polos. Aku pun melangkahkan kakiku duluan dan berjalan didepannya. Dia masih saja terdiam di tempatnya.
"Ne. Kajja kita pergi sekarang." Kemudian barulah ia berjalan sambil menundukan kepalanya.
SKIP
Aku tidak suka keramaian. Namun disinilah aku. Di Lotte World yang sangat ramai dan bising. Berulang kali aku menutup telingaku mendengar kebisingan yang ada. Berbeda dengannya. Luhan tampak sangat senang dan menikmatinya. Mungkin karena ini merupakan pengalaman pertamanya kemari.
"Sehun ayo ikut main..." dia merengek dan menarikku untuk ikut bermain komedi putar. Yang benar saja! Memangnya aku anak-anak!
"Ani... Kau main saja. Aku akan menunggumu disini." Tolakku dan akhirnya ia tidak memaksaku lagi dan ia asik bermain sendirian.
Aku melihatnya tersenyum bahagia sambil menyapa beberapa anak kecil yang ikut main bersamanya. Senyumnya begitu sempurna dan menyejukkan. Entah kenapa aku selalu merasa tenang dan damai setiap kali melihatnya tersenyum.
Akhirnya setelah 10 menit berputar-putar, Luhan pun turun dan segera menghampiriku yang menunggunya sedari tadi. Dan kini ia mengajakku untuk masuk ke dalam rumah hantu. Aku tidak ingin masuk. Bukan karena aku takut tapi aku malas. Apa-apaan permainan murahan. Semua orang juga pasti tahu jika didalam sana semuanya adalah manusia bukan hantu. Namun karena aku khawatir takut terjadi apa-apa dengan Luhan di dalam, akhirnya aku pun ikut masuk.
"Huaa disini gelap sekali..." saat baru berjalan beberapa dari pintu masuk. Dia menggandeng lenganku. Aku membiarkannya dan dengan begini aku jadi lebih mudah menjaganya.
Huuu
Hihihihi
Fuhhh
Ia kembali mendekatkan dirinya padaku saat mendengar suara-suara aneh. Lebih tepatnya suara-suara gaje. Ia tampak ketakutan. Aku merangkul bahunya dan mendekapnya. Aku kira dengan begini mungkin dapat mengurangi ketakutannya. Tapi aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku ini. Selama melewati wahana itu, pikiranku tidak fokus.
"Gwenchana?" Tanyaku saat kami sudah sampai di pintu keluar. Dan ia menganggukan kepalanya.
"Ne, gwenchana." Jawabnya singkat dan kecanggungan kembali menyelimuti kami.
"Lalu habis ini kita akan kemana?" Aku mencari topik pembicaraan lain. Dia tampak berpikir.
"Molla. Aku tidak tahu." Aku pun tidak tahu kemana akan mengajaknya karena ya seperti aku bilang tadi aku tidak suka ketempat seperti ini.
"Baiklah kita istirahat saja dulu di sana." Aku melihat sebuah kedai yang cukup sepi dan mengajaknya untuk istirahat dulu disana.
Aku dan Luhan duduk disebuah meja kecil yang terdapat di kedai itu untuk mengistirahatkan diri kita yang sudah cukup lama berputar-putar mengelilingi tempat yang sangat luas ini. Aku melihat daftar menu yang ada.
"Kau ingin memesan apa?" Aku menanyakan pesanannya.
"Cheese burger ukuran small dan milkshake strawberry." Akupun menuju ke counter untuk memesan.
"Aku mau cheese burger ukuran small, milkshake strawberry dan ice cappucino." Aku memesan pesananku pada seorang pegawai kedai itu. Tidak perlu waktu lama, pesananku pun selesai disiapkan.
"Ini pesanannya. Dan totalnya 8.000 won." Ucap pegawai itu. Aku pun mengeluarkan dompetku dan membayar semuanya.
"Tunggu. Hari ini kedai kami akan memberikan hadiah kepada setiap pasangan yang datang. Ini 2 tiket untuk menonton pertunjukan kembang api jam 7 malam nanti." Pegawai itu memberikanku 2 buah tiket yang dimaksudnya.
"Tapi..."
"Ambillah. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah datang di kedai kami." Paksa pegawai itu. Dan akupun menerimanya.
"Terima kasih banyak..." aku membungkukkan badanku mengucapkan banyak terima kasih.
Aku membawa nampan berisi pesanan kami. Aku melihat Luhan sedang asik menatap keluar kedai. Menatap toko-toko souvenir yang berjejer rapi.
"Nah ini. Makanlah." Aku memberikan pesanannya. Sebuah cheese burger dan milkshake strawberry.
"Kau tidak makan?" Tanyanya saat aku menyesap ice cappucino pesananku.
"Tidak. Tidak lapar. Kau makanlah." Dan ia pun kembali menikmati burgernya.
"Sehun apa kau kuliah? Kau seumuran denganku kan?" Tanyanya sambil terus menyantap burgernya.
"Ne. Aku akan masuk kuliah minggu depan sama sepertimu." Dia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Lalu kau kuliah dimana?" Dia mengunyah burgernya lagi.
"Di Seoul International University jurusan Business Management." Jawabku dan membuatnya langsung tersedak. Aku bingung dengannya.
"Uhuk uhuk..." dia terbatuk dan segera menyeruput minumannya.
"Perlahan-lahan saja makannya. Jangan terburu-buru." Aku kembali mengingatkannya. Sempat khawatir juga padanya.
"Berarti kita kuliah di tempat yang sama dan masuk jurusan yang sama. Aku tidak menyangka." Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Sehabis ini kau ingin kemana?" Aku mencoba bertanya kembali padanya tempat mana yang akan dikunjungi setelah ini. Dan diapun menunjuk ke tempat souvenir di sebrang kedai ini.
"Ke sana? Baiklah..." seharusnya aku tahu kemana lagi dia akan pergi jika bukan kesana. Dasar yeoja.
SKIP
Aku dan Luhan sudah masuk ke dalam sebuah toko souvenir. Seperti toko souvenir kebanyakan, disini banyak terdapat berbagai pernak-pernik dan kebanyak darinya dikhususkan bagi para yeoja. Pernak-pernik disini kebanyakan berwarna pink. Aku melihat mata Luhan tampak berbinar-binar saat melihat sekumpulan pernak-pernik bergambar seekor kucing putih berpita. Aku hanya mengamati dirinya saja yang sangat terlihat gembira sekaligus bingung memilih pernak-pernik itu.
"Sehun mana yang lebih bagus?" Tanyanya padaku sambil menunjukkan 2 buah tas bergambar kucing berpita itu.
"Mungkin yang ini." Jawabku asal saja. Karena menurutku keduanya nampak biasa saja.
"Baiklah aku akan membeli tas ini." Luhan pun segera menuju ke kasir dan membayar tas itu. Akupun hanya bisa menggelengkan kepalaku saja.
Kini kami sudah berada di toko kedua. Disini toko pakaian. Banyak terdapat berbagai macam pakaian khas Lotte World. Aku mengikuti Luhan masuk ke dalam toko ini.
"Nah sepertinya ini cocok untukmu." Luhan mempaskan sebuah kaos berwarna biru dengan tulisan Have Fun With Us ke badanku. Aku hanya bisa menaikkan sebelah alisku.
"Mwo? Tidak perlu." Tolakku. Namun seketika ia menatapku tajam. Dari tatapannya aku tahu jika ia tidal suka alu menolak pemberiannya.
"Baiklah. Baiklah. Terserah kau saja." Jawabku akhirnya dan ia segera melangkahkan kakinya menuju ke kasir.
Tak terasa hari sudah menjelang malam. Hari ini benar-benar melelahkan. Berkeliling Lotte World memang menguras begitu banyak tenaga. Jam sudah menunjukkan pukul 18.45 KST. 15 menit lagi menjelang pertunjukkan kembang api. Aku bingung mau mengajaknya bagaimana.
"Sehun... Bisakah kita melihat pertunjukan kembang api? Aku ingin sekali melihatnya." BINGO! Belum aku mengajaknya dia sudah mengajakku lebih dulu.
"Ayo. Kajja kita lihat!" Refleks aku segera menarik tangannya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku sudah membawa tas belanjaan.
"Maaf bisa minta tiketnya..." ucap seorang pegawai di pintu masuk pertunjukan kembang api itu. Aku pun menyerahkan dua buah tiket yang aku dapatkan tadi.
"Mari silakan masuk. Tempat VIP." Ucap pegawai itu kepada pegawai lainnya yang ada di dalam.
Kami diantarkan kesebuah tempat sesuai yang tertera di dalam tiket itu. Dan disinilah kami. Disebuah ruangan yang cukup besar dan dekat dengan kembang api-kembang api yang siap dinyalakan. Kami juga melihat beberapa pasangan saling bercengkarama dengan pasangannya masing-masing. Aku melirik ke arah Luhan dan sepertinya ia sedang melamunkan sesuatu. Aku merasakan ada yang menggenggam tanganku. Omo aku baru sadar jika sedaritadi kami bergandengan.
"Ah mianhae..." Aku segera melepaskan tautan tanganku ditangannya. Karena refleks tadi aku langsung menggandeng tangannya.
"Ah ne, gwenchana." Jawabnya sedikit canggung. Aku pun hanya bisa menggaruk tengkukku yang tidak gatal karena merasa canggung.
"Bagaimana kau bisa mendapatkan tiket itu?" Tanyanya. Sepertinya dia sangat penasaran bagaimana bisa aku mendapatkan tiket itu.
"Oh aku diberi oleh seorang pegawai dikedai yang kita hampiri tadi." Jawabku dan dia pun mengangguk mengerti.
1... 2... 3...
Duarrr Duarrr
Kembang api itu sudah dinyalakan dan kini sedang meledak-ledak dilangit mewarnai langit yang gelap itu. Aku melihat ke arah Luhan yang serius melihat kembang api itu. Sepertinya dia sangat menyukai kembang api. Ia selalu tersenyum melihatnya. Aku pum jadi ikut tersenyum juga.
"Hatchi..." Luhan bersin. Aku melihatnya dan benar saja dia lupa mengenakan syal. Aku segera melepaskan syal hitamku.
"Kau lupa memakai syalmu? Pakai ini..." aku segera melilitkan syalku di lehernya demi mengurangi rasa dingin. Aku melirik wajahnya dan mendapati wajahnya yang sudah memerah. Dasar yeoja yang polos.
"Wajahmu merah..." sontak dia segera menutupi wajahnya saat aku berkata seperri itu. Aku hanya tertawa-tawa melihat tingkah lucunya.
"Hei lihat... Kembang apinya indah..."Aku pun segera mengganti topik aku tidak ingin membuatnya malu dan benar saja kini ia sudah kembali melihat ke langit.
SKIP
Akhirnya kami pun tiba di apartment kami. Rasa lelah dan kantuk mulai menyerang kami. Baru saja aku akan masuk ke apartment Luhan tapi Luhan sudah mencegahnya. Ia memintaku untuk segera beristirahat saja di apartmentku. Dia memang baik hati dan aku pun menuruti permintaannya.
Aku membaringkan tubuhku di atas sofa. Aku malas untuk mandi. Tubuhku sudah sangat lelah dan sulit untuk digerakkan lagi.
Drrttt Drtt Drrttt
Ponselku bergetar. Aku sempat mengira Luhan menelponku untuk meminta bantuan sesuatu namun ternyata bukan.
"Yeobseoyo? Eommo? Wae?"
-Eomma hanya ingin tahu. Bagaimana kabarmu?-
"Aku baik-baik saja eomma. Aku juga sudah memiliki pekerjaab sekarang."
-Kau sudah bekerja? Bekerja dimana?-
Aku bingung ingin menjawab apa. Jika aku jawab aku bekerja sebagai bodyguard, eomma pasti akan menyuruhku segera berhenti. Terpaksa aku harus berbohong.
"Hmm aku bekerja di sebuah perusahaan, eomma." Mian, eomma aku harus berbohong.
-Benarkah? Baguslah. Bagaimana masalah gaji nya?-
"Lumayan besar kok. Lagipula aku juga mendapat banyak fasilitas dari perusahaan itu." Kalau ini memang benar. Tuan Xi menyediakan berbagai fasilitas juga untukku.
-Walau kau sudah memiliki pekerjaan, jangan lupakan kuliahmu juga ya. Eomma tidak mau mendengar jika kuliahmu jadi berantakan. Sejak awal kan eomma tidak mengijinkanmu bekerja. Memang kurang cukup apa uang yang appa dan eomma berikan?-
Lagi-lagi masalah ini. Aku sudah malas membahas masalah ini. Fuhh
"Ne, eomma. Aku yakin pekerjaanku tidak akan mengganggu kuliahku. Eomma dan appa juga jangan khawatir aku bisa menjaga diriku."
-Ne, eomma percaya padamu. Baiklah mungkin kau lelah. Istirahatlah. Bye...-
Haaa akhirnya eomma menutup teleponnya juga. Mianhae lagi eomma aku tidak jujur pada eomma. Aku hanya tidak ingin eomma dan appa khawatir dengan pekerjaanku sekarang. Aku lelah. Mungkin aku akan mandi dulu dan kemudian tidur.
.
*Helloannyeongg*
.
Hari ini pun tiba hari dimana aku bisa kuliah. Ya aku memang sudah menanti hari ini. Dan sayangnya aku sedikit kesiangan hari ini. Aku khawatie bagaimana jika Luhan lama menungguku? Aihh aku segera mengambil tas ranselku dan mengenakan kacamataku dan keluar dari apartmentku.
CKLEK
Aku melihatnya dan ia juga sama baru keluar dari apartmentnya. Untung saja. Aku takut dia marah.
"Apa kau sudah siap?" Dia menatapku. Entah tatapan apa itu. Aku tidak tahu.
"Ne. Kajja kita berangkat." Diapun langsung berhamburan keluar. Sepertinya dia sangat semangat sekali hari ini.
"Pelan-pelan saja. Awas nanti kau terjatuh jika berlari-lari seperti itu." Aku terus mengingatkannya agar tidak berlari-lari namun nampaknya dia cuek saja dan malah memepercepat langkahnya.
Brukk
Yang aku takutkan benar kan. Dia terjatuh. Dia meringis. Dan bisa dipastikan bokongnya sakit. Tentu saja. Dia terjatuh cukup keras ke lantai. Aku melirik seorang ajushi yang nampaknya seorang petugas laundry.
"Aku bilang juga apa. Hati-hati. Sini aku bantu." Aku mengulurkan tanganku bermaksud membantunya berdiri. Dia terus mengusap-usap bokongnya dan sepertinya sakit sekali.
"Mianhae... Luhan memang sedikit ceroboh." Aku meminta maaf kepada ahjushi petugas laundry itu. Luhan segera melirikku.
"Yak! Aku tidak ceroboh! Ahjushi ini saja yang berjalan tidak lihat-lihat!" Teriaknya sambil mempoutkan bibir. Sepertinya ia kesal. Mungkin ia merasa tidak salah. Padahal dia itu ceroboh sekali.
"Mian saya yang salah. Saya ceroboh hingga membuat nona terjatuh. Maaf..." ucap ahjushi itu sopan. Namun Luhan malah mengacuhkannya. Ckckck
"Tidak. Anda tidak bersalah. Maaf..." aku kembali meminta maaf atas nama Luhan. Dan tadahh Luhan benar-benar kesal.
"Yak! Kenapa kau masih saja menyalahkanku?" Teriaknya amat kesal. Aku menatapnya penuh tanya tanda. Apa dia tidak sadar jika dia juga salah?
"Aishh terserahlah!" Dia pun pergi meninggalkan aku dengan ahjushi itu.
"Sekali lagi maad ahjushi..." aku membungkukkan badanku dan berjalan menyusul Luhan.
"Apa-apaan dia! Kenapa malah menyalahkanku! Mengataiku ceroboh! Jelas-jelas ahjushi itu yang salah karena telah menabrakku! Hihhh!" Dia menghentak-hentakkan kakinya karena kesal. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala atas sikapnya itu.
"Jagalah ucapanmu. Berbicaralah yang sopan padanya. Kau itu tahu sopan santun sedikit tidak, sih?" Tegurku. Namun teguranku sepertinya justru membuatnya semakin marah.
Luhan terua saja berjalan hingga masuk ke mobil. Wajahnya benar-benar menunjukkan jika ia sangatlah marah. Aku juga jadi merasa bersalah juga. Haa sudahlah mungkin ia tidak akan lama marah seperti ini. Aku pun mulai menjalankan mobil dan menuju ke kampus.
SKIP
Akhirnya kami tiba di kampus. Aku segera memarkirkan mobil diparkiran yang tersedia sedangkan Luham sudah melangkah masuk ke dalam kampus. Setelah memarkirkan mobil, akupun menyusulnya masuk ke kelas kami. Ya kami memang sekelas. 1 jurusan yang sama.
Aku melihatnya duduk di kursi baris kedua. Sebenarnya akupun mau duduk di baris kedua disampingnya namun seorang namja berkulit tan yang aku kenal melambaikan tangannya padaku dan menyuruhku duduk disampingnya dibarisan ketiga.
"Hei Mija!" sapanya dan akupun menepuk bahu namja tan itu.
"Ya kkamjong!"
"Duduklah disini. Sudah lama kita tidak bertemu semenjak kelulusan. Kemana saja kau?" Tanyanya. Ya kami memang sudah lama berteman dan juga sudah lama tidak bertemu semenjak kelulusan kami.
"Yak! Bukannya kau sendiri yang sibuk dengan pacarmu, eoh?" Cibirku dan Kai, temanku itu hanya tertawa saja.
"Hehe mian... Oh iya aku dengar kau sudah melepas semua fasilitas dari orangtuamu ya? Kau juga sudah tidak tinggal dengan mereka. Mobil, kartu kredit juga sudah kau..."
Sh*t! Kkamjong! Janhan bongkar rahasiaku! Ck anggap saja kita baru saling kenal dan kau mengenalku yang sekarang. Namja biasa. Seorang namja biasa bukan namja yang bergelimang harta orangtua.
"Sttt jangan bahas hal itu disini! Haram hukumnya!" Aku menghentikan omongannya yang sudah hampir membuka semua identitasku, kehidupanku. Haaa...
"Heheh mianhae... Lagipula untuk apa kau menutup identitasmu sih? Hingga mau-maunya kau susah payah bekerja seperti ini. Eh iya btw kau sudah bekerja dimana?" BINGO! Lagi-lagi Kai memang cerewet. Selalu ingin tahu.
"Sebenarnya aku... Stt jangan bilang-bilang pada siapapun ya... Apalagi sampai mengadukannya kepada orang tuaku." Aku mulai memperingatkannya. Aku takut rahasia ini akan bocor.
"Arra... arra... memang kau bekerja dimana?"
"Aku sekarang bekerja sebagai bodyguard." Ucapku sambil sedikit berbisik.
"MWO? BODY-" Aku segera mendekap mulutnya. Really Kai sungguh menyebalkan! Beberapa mahasiswa yang ada diruanhan itu segera melirik ke arah kami berdua. Oh Kai...
"Bisa diam tidak? Jangan teriak-teriak bisa?" Ucapku ketus sambil melepaskan dekapan tanganku dari mulutnya.
"Hehehe mianhae... hanya refleks." Wajahnya jadi sok polos serasa tidak bersalah. Ya terserahlah. Yang penting aku bisa cukup tenang sekarang.
"Ne, ne, ne. Pokoknya kau diam. Jangan pernah memberitahukannya pada siapapun. Kalau tidak, lihat saja nanti!" Ancamku sambil mengepalkan tangan kananku.
"Hehehe tenang saja. Aku bisa menjaga rahasia kok." Ya aku berharap ucapannya benar.
Tidak lama datanglah dosen kami. Beberapa mahasiswa yang masih asik mengobrol dan berdiri segera berlari ke kursi mereka. Wajah dosen kami memang sedikit err seram. Dan waktu belajar pun dimulai.
SKIP
Setelah berjam-jam mengikuti kelas, akhirnya selesai juga. Lelah seharian harus berpikir seperti ini. Aku memasukan kembali buku-buku yang aku bawa ke dalam ransel milikku. Kai sudah berhambur keluar sepertinya pacarnya sudah menunggunya. Bicara soal pacar, jujur aku belum pernah yang namanya pacaran. Mungkin hanya sebatas suka tidak lebih. Sempat sih terpikir olehku untuk memiliki seorang pacar. Tapi who knows lah. Sekarang aku mau memfokuskan diri dulu dengan kuliah dan bekerja. Aku melihat Luhan masih saja diam dikursinya. Dari gelagatnya aku tahu lasti dia sedang memikirkan sesuatu.
"Kau masih belum mau pulang?" Seketika dia menolehkan kepalanya padaku. Wajahnya terlihat sedikit murung.
"Hmm... Aku lelah. Malah tugasnya banyak. Haa melelahkan juga menjadi seorang mahasiswi." Keluhnya. Aku hanya tersenyum saja. Moodnya memang cepat berubah padahal diawal kelas dia sama sekali tidak mau berbicara padaku.
"Tidak akan melelahkan jika kau menjalaninya dengan santai. Jangan terlalu dipikirkan. Nanti bisa stress loh..." dia nampak berpikir.
"Iya sih. Kajja! Aku mau pulang!" Luhan segera bangkit dari kursinya dan keluar dari kelas itu. Akupun hanya mengikutinya dari belakang.
Di dalam mobil, tidak ada pembicaraan apapun di antara kami. Canggung. Mungkin itu yang kami rasakan. Entah kenapa aku malah jadi memikirkan kejadian tadi pagi lagi.
"Hmm Luhan mianhae..." dia tampak bingung dengan permintaan maafku.
"Wae?" Tanyanya sambil menatapku.
"Untuk kejadian pagi tadi. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu."
Dia terdiam. Aku malah mengingatkannya lagi kejadian tadi pagi. Bagaimana jika ia tersinggung lagi? Marah lagi? Ya pabbo Sehun kalau sampai itu terjadi.
"Oh tidak apa. Aku sadar aku juga salah. Aku memang ceroboh dan egois. Tidak mau disalahkan. Dan aku malah marah padamu. Mian..." fiuh~ aku mengira dia akan tersinggung dan marah lagi padaku.
"Gwenchana. Lain kali jangan diulangi lagi ya." Refleks aku malah mengacak rambutnya yang hari ini diurainya dan membuat dirinya nampak lebih cantik.
"Ah mianhae..." ucapku merasa bersalah juga sih. Habis dia membuatku gemas karena keimutannya.
"Sehun! Boleh kita mampir sebentar disuatu tempat?" Aku menolehkan kepalaku. Aku tidak tahu jika Luhan ingin pergi ke suatu tempat. Karena tadi dia bilang dia ingin segera pulang.
"Mau kemana?"
"Ke itu. Kedai bubble tea waktu itu. Yang kau tunjukkan padaku. Aku jadi ingin meminum bubble tea lagi." Aku ingat. Aku memang sempat mengajaknya ke kedai bubble tea langgananku.
"Baiklah. Jangan lama-lama ya. Sudah malam. Kau kan masih harus mengerjakan tugas juga." Sebenarnya itu lebih aku tujukan untukku sih. Tugas yang diberikan hari ini memang cukup banyak.
"Kau juga. Bukan hanya aku saja yang mendapat tugas. Baiklah aku janji tidak akan lama." Aku tersenyum sendiri karena ia tahu pikiranku.
Tidak lama akhirnya kamipun sampai di kedai bubble tea langgananku. Cukup ramai dan banyak orang yang mengantri. Aku memarkirkan mobil tepat di depan kedai itu.
"Taro bubble tea kan? Tunggulah disini." Aku keluar dari mobil dan segera menuju ke counter untuk ikut mengantri. Yang aku tahu Taro adalah rasa favorit Luhan.
Antriannya cukup panjang. Banyak aku lihat pasangan kekasih datang di kedai ini. Sepertinya mereka kencan. Wah asik ya... Ya apa-apaan aku ini! Sudahlah jauhkan pikiran seperti ini Oh Sehun! Akhirnya sampai juga giliranku untuk memesan.
"1 Taro bubble tea dan 1 Choco bubble tea." Pegawai itu segera membuatkan pesananku. Tidak lama pesanan itupun jadi.
"Semuanya 1.000 won" aku pun membayarnya dan segera kembali menuju ke mobil tempat Luhan berada.
Aku melihat dirinya sedang memandangi taman di sekitar kedai ini. Aku akui pemandangan di taman saat malam hari ini memang indah. Banyak lampu warna-warni yang sengaja dipasang di taman ini dan membuat suasananya menjadi romantis. Maka tidak heran banyak pasangan yang datang kesini. Aku memberikan bubble tea pesanan Luhan.
"Gomawo..." dia mulai menyesap bubble tea favoritnya. Begitupun aku.
"Sehun apa kau memiliki pacar?" Pertanyaannya itu sontak membuatku tersedak. Sungguh. Aku sangat terkejut.
"Uhuk uhuk uhuk" aku menepuk-nepuk dadaku dan sepertinya Luhan jadi merasa bersalah.
"Ahh mianhae Sehun... Aku hmm anggap saja aku tidak bertanya..." dia mulai memalingkan wajahnya menghadap taman lagi.
"Haa memang kenapa kalau aku punya pacar?" Tanyaku sontak membuatnya kembali menatapku. Wajahnya tampak shock. Kenapa dengannya?
"Hmm apa dia tau kau bekerja sebagai bodyguardku? Apa pacarmu itu tidak cemburu?" Hahaha lucu. Dia benar-benar lucu dan polos. Percaya saja dengan ucapanku.
"Tidak. Karena aku tidak punya pacar." Jawabku jujur. Dan aku melihat dirinya tersenyum. Manis. Hanya satu kata yang aku pikirkan saat melihatnya tersenyum.
"Jadi kau tidak punya pacar? Kenapa?" Lagi-lagi dia bertanya hal-hal yang mungkin tidak terlalu penting juga.
"Ya karena aku masih belum menemukan jodohku. Wae? Kau sendiri? Apa pacarmu tidak cemburu jika..."
"Aku tidak punya pacar." Potongnya dan berteriak lantang. Aku hanya tertawa melihatnya. Dia memang polos. Yeoja yang polos.
"Wae? Kenapa tertawa? Apa lucu?" Aku mempoutkan bibirnya kesal. Lihatlah wajahnya benar-benar sangat menggemaskan.
"Aneh saja. Masa yeoja secantikmu belum punya pacar hahaha..." apa yang aku katakan tadi? Oh Sehun? Ada apa denganmu?
"Apa?" Tanyanya meminta pengulangan. Aku hanya menggaruk-garuk tengkukku yang rasanya tidak gatal bingung harus menjawab apa.
"Ahh bu-bukan apa-apa. Anggap saja tadi aku tidak mengatakan apa-apa." Jawabku seadanya. Aku mulai mengalihkan pandanganku. Malu rasanya.
Ya Oh Sehun! Ada apa denganmu, hmm? Ingat dia ini yeoja yang jadi bossmu. Dan aku hanyalah bodyguardnya. Lalu apa masalahnya? Ahh entahlah aku bingung! Dan kenapa dadaku sekarang malah jadi deg-degan seperti ini?
"Kita pulang sekarang?" Akupun mencoba melepaskan kecanggungan itu. Dan Luhan pun mengangguk mengiyakan.
SKIP
Luhan mengajakku ke apartmentnya. Dia bilang akan menyiapkan makan malam dan mengajakku makan malam bersama. Dan lagi-lagi untuk yang kesekian berapa kalinya Luhan memasak nasi goreng kimchi. Aku tahu Luhan memang hanya bisa memasak ini. Namun walau harus memakan menu yang sama-sama terus, aku tidak pernah menolak. Karena nasi goreng buatannya sangat enak. Aku menyukainya
"Bagaimana? Enak?" Tanyanya saat aku menyuapkan sesendok pertama ke dalam mulutku.
"Mashita... Tapi lain kali kau juga harus memasak masakan lain ya hahaha..." candaku membuat Luhan mempoutkan bibirnya. Sepertinya ia merasa tersindir deh.
"Mian... Mian... Sudah kita makan dan setelahnya kita kerjakan tugas kita." Dia pun mengangguk dan menikmati nasi goreng buatannya juga.
Setelah selesai makan dan mencuci piring, aku dan Luhan kembali ke ruang tengah apartmentnya. Kami mau mengerjakan tugas kami yang banyak itu. Aku sih mengerjakan soal itu dengan santai. Namun berbeda dengan Luhan. Ia nampak sedikit kesulitan.
"Wae? Ada kesulitan? Mana? Biar aku bantu." Aku mulai menawarkan bantuan. Alu kasihan melihatnya yang kesulitan.
"Yang ini. Maksudnya apa?" Dia menunjuk ke sebuah soal yang tidak dia mengerti. Akupun segera menjelaskannya dengan perlahan-lahan sampai dia bisa memahaminya.
"Oh jadi begitu... Gomawo..." dia terlihat senang. Akupun hanya tersenyum melihatnya. Dan kamipun mengerjakan tugas kami kembali.
"Hmm Sehun... Kalau boleh tahu, dimana orangtuamu tinggal? Apa mereka tahu kau bekerja disini?" Tanyanya dan membuatku sangat terkejut.
"Akh masalah itu. Orangtuaku tinggal di desa. Aku tinggal di Seoul karena ingin mencari pekerjaan dan kuliah. Dan tentu saja kuliahnya aku bayar pakai penghasilanku. Orangtuaku tahu kok aku bekerja disini." Aku sedikit bingung juga harus menjawab apa. Kan tidak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya tentang keluargaku.
"Sebelumnya kau bekerja sebagai apa?" Lagi-lagi dia bertanya. Dan pertanyaannya itu sukses membuatku mati kutu.
"Bekerja sebagai pelayan bahkan supir pengantar barang juga pernah." Aku asal jawab saja. Dan sepertinya dia percaya karena dia mengangguk-anggukan kepalanya.
"Lalu kenapa kau mau menjadi bodyguard?" Dan ini dia! Sip! Aku jadi tambah bingung ingin jawab apa.
"Hmm untuk itu... Karena aku tidak tahu harus bekerja sebagai apalagi. Jadi aku menerima pekerjaan ini. Kesempatan kan tidak datang dua kali."
Boleh dibilang ini memang jujur. Karena benarkan aku menerima pekerjaan ini karena tidak mempunyai pilihan lain. Semua lamaran pekerjaanku ditolak dan hanya pekerjaan seperti ini yang menghampiriku. Kesempatan kan tidak datang untuk yang kedua kalinya.
Luhan jadi terdiam. Wajahnya jadi terlihat sedikit murung. Ada apa dengannya? Merasa kurang puas dengan jawabanku? Aku hanya memperhatikannya.
"Oh jadi begitu... Haaa tugasnya masih banyak. Aku lelah." Luhan menyandarkan punggungnya di sofa. Sepertinya dia kelelahan berpikir mungkin.
"Mau aku ambilkan minum? Tunggulah." Tawarku sambil berjalan menuju ke dapurnya.
"Kenapa ya jika ada disampingmu perasaan itu datang lagi? Terasa sangat nyaman dan damai." Aku sempat mendengar dirinya berbicara seperti itu meski tidak terlalu jelas karena kau berbicara dengan volume kecil. Namun cukup membuat jantungku deg-degan.
"Ini untukmu." Ku sodorkan segelas air minun untuknya.
"Gomawo..." dia tersenyum dan meminum air itu. Senyum yang sangat aku sukai.
"Jika sudah merasa baikkan, cepat selesaikan tugasmu." Aku mengerjakan tugasku kembali.
Aku meliriknya sedikit dan melihat sepertinya ia memperhatikanku. Lebih tepatnya seperti melamun. Kagum akan ketampananku kah? Hahaha kau terlalu percaya diri Sehun! Hahaha...
"Kagum dengan wajahku, hmm?" Tanyaku membuatnya jadi gugup.
"Mwo? A-akh tidak kok." Wajahnya tampak malu-malu dan sungguh wajahnya membuatku gemas.
"Jinjja? Sejak tadi kau terus memperhatikanku." Candaku.
"Itu hmm itu..." dia terlihat begitu gugup. Mungkin memang benar dia sedaritadi melihatku. Berharap sedikit tidak apa kan?
"Aku hanya bercanda kok hahaha..." aku hanya tertawa. Tidak tega melihatnya serba salah seperti itu.
Setelahnya dia mulai mengerjakan tugasnya. Kini tidak ada pembicaraan apapun diantara kami. Kami sibuk dengan tugas dan mungkin pikiran kami masing-masing. Sesekali aku meliriknya yang sedang serius. Entah kenapa perasaan itu muncul. Rasa ingin melindungi, menjaga dan memilikinya. Memiliki yeoja cantik dihadapanku ini. Menjadikannya milikku satu-satunya. Ya Oh Sehun! Apa yang kau pikirkan!
"Huaaa akhirnya selesai juga tugasku. Hoamm..." aku melihatnya menguap. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 23.00 KST.
"Sekarang tidurlah. Besok pagi kita kan harus kuliah. Aku mau kembali ke apartmentku. Bye. Selamat tidur." Pamitku dan segera keluar dari apartment Luhan. Aku tidak mau mengganggunya terlalu lama. Apalagi sekarang sudah malam dan akupun sudah lelah.
Kubuka pintu apartmentku dan segera melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. Meletakkan bukuku sembarang dan segera berbaring di tempat tidur. Lelah. Sungguh lelah dan aku ingin istirahat.
.
*Helloannyeongg*
.
Aku mengerjapkan mataku. Aku rasa sudah pagi dan sudah waktunya aku untuk bangun. Akh sebenarnya aku masih mengantuk. Namun karena harus kuliah, aku harus bangun deh. Saat aku lihat jam dinding, seketika aku langsung shock. Bayangkan saja sekarang sudah jam 08.30 sedangkan aku ada kelas jam 09.00! Otteokhae? Bagaimana ini? Kok Luhan tidak mencoba membangunkanku ya? Apa jangan-jangan dia juga kesiangan? Ah sudahlah aku mau mandi dulu.
10 menit kemudian aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku segera mengambil tasku dan menuju apartment Luhan. Tanpa sarapan karena sudah tidak ada waktu lagi.
"Lu? Kau sudah siap?" Aku tidak melihat Luhan di apartmentnya. Kemana dia?
"Ne, ne, ne aku sudah siap... Aigoo aku lupa mengambil mantel. Tunggu-tunggu.." Luhan pun keluar dari kamarnya. Ia terlihat sangat terburu-buru. Sepertinya ia juga kesiangan pagi ini.
"Nah kajja kita berangkat!" Ia segera melesat keluar dan aku pun segera mengikutinya.
CKLEK
Rambutnya masih basah. Kenapa ia tidak mengeringkannya dulu sih? Cuaca juga sedang dingin. Bagaimana jika dia sakit? Ckckck
"Lu, rambutmu... Belum kering..." Aku menunjuk rambutnya nampaknya Luhan tidak terlalu memperdulikannya.
"Biarkan. Kajja sudah tidak ada waktu!" Dia segera menarik tanganku agar lebih cepat berangkat. Haa sudahlah. Semoga saja ia tidak sakit.
SKIP
Aku memarkirkan mobil di tempat biasa. Beruntungnya kami belum terlambat ke kampus. Masih banyak mahasiswa sekelas kami yang baru tiba juga. Syukurlah... Aku melirik Luhan yang sepertinya sudah mau keluar mobil.
"Tunggu.. Jangan turun dulu." Aku menahannya untuk keluar. Ia bingung menatapku.
"Wae?"
"Berbaliklah." Aku memintanya untuk berbalik.
"Mwo?" Dia masih saja tidak mengerti
"Berbaliklah!" Ulangku dan akhirnya diapun berbalik.
"Waeyo? Kau..."
Aku merapikan rambut panjangnya. Benar-benar masih basah. Rambutnya aku jadikan satu dan menguncirnya ekor kuda. Seperti ini lebih baik. Rambutnya yang basah jadi tidak begitu terlihat berantakan.
"Nah sudah. Rambutmu basah. Jangan diurai seperti itu. Nah pakai topiku jika kau mau." Aku menawarkan topi hitam rajutku untuknya. Namun sepertinya ia menolak.
"Hah? Tidak usah. Terima kasih. Kajja kita harus cepat!" Benarkan? Dia menolaknya. Yasudahlah. Akupun keluar dari mobil dan segera menuju ke kelas.
SKIP
Akhirnya kelas hari ini selesai. 3 jam saja dan tidak terlalu terasa. Aku rasakan perutku bergejolak. Lapar. Ya aku memang belum sarapan tadi pagi. Setelah ini mungkin aku akan mengajak Luhan ke kantin. Kai sudah pulang duluan. Dia menjemput pacarnya. Haa mentang-mentang sudah punya pacar.
"Sehun. Kau mau kekantin juga?" Luhan mengajakku yang masih membereskan buku-bukuku.
"Ne. Tunggu sebentar ya. Lalu dimana temanmu itu?" Aku tidak melihat yeoja yang biasanya suka mengobrol dengan Luhan.
"Ia sudah pulang dengan Chanyeol kekasihnya. Temanmu?"
"Kai? Sama saja. Ia juga sudah buru-buru menjemput kekasihnya. Nah kajja!" Setelah selesai memasukkan bukuku ke tas, aku segera mengajaknya segera ke kantin.
Kami pun keluar kelas untuk menuju ke kantin. Namun saat kami baru saja keluar dari pintu kelas, ada seorang namja tinggi yang menghadang langkah kami. Wajahnya sedikit terlihat kebarat-baratan. Aku kira Luhan mengenalnya. Namun sepertinya tidak. Aku pun sama sekali tidak mengenalnya.
"Luhan?" Namja itu memanggil Luhan. Aku hanya bisa diam. Aku tidak tahu siapa namja itu.
"Kau siapa?"
"Kris err Wu Yi Fan. Kau lupa?" Ucap namja itu. Aku hanya diam saja. Aku tidak mau terlalu ikut campur.
"Yifan? Kau Yifan? Omo!" Luhan terlihat tidak percaya dan senang. Wajahnya menunjukan senyum bahagia.
"Hai apa kabar?" Namja itu mengacak rambut Luhan. Sepertinya mereka sangat dekat sekali.
"Ya jangan mengacak rambutku!" Luhan mempoutkan bibirnya, nampak sangat lucu.
"Sudah lama aku tidak melihatmu. Kau semakin cantik, Lu." Namja itu mencubit kedua pipinya gemas. Entah kenapa aku merasa jadi aneh. Aku tidak suka melihatnya.
"Ya appo!" Luhan mengelus-elus pipinya yang tadi dicubit.
"Lu? Siapa dia? Namja..."
"Ah aniyo... Yifan ehm Kris dia Sehun. Sehun, ini Kris." Luhan memperkenalkanku kepada namja itu.
"Hai.. Wu Yifan. Tapi kau bisa memangilku Kris." Kris mengulurkan tangannya.
"Aku Sehun. Salam kenal." Akupun menyambut uluran tangan namja bernama Kris itu.
"Kalian mau kemana?" Kris menatapku dan menatap Luhan bergantian.
"Kami ingin ke kantin. Kau mau ikut?" Ajak Luhan dan diapun mengangguk. Dan akhirnya kami pergi ke kantin bertiga. Aku hanya terus saja memperhatikan mereka. Karena ya aku memang tidak tahu apa-apa.
SKIP
"Hahaha kau itu Lu! Jadi Sehun ini adalah body-" Luhan mendekap mulutnya. Aku lagi-lagi hanya memperhatikan mereka berdua.
"Stt jangan berisik! Aku tidak mau orang lain tahu yang sebenarnya. Aku malu. Ini semua karena baba. Baba dan mama tidak membiarkan aku tinggal sendirian di Seoul dan jadilah..." Luhan malu? Karena aku yang jadi bodyguardnya?
"Jadilah Sehun bekerja sebagai bodyguardmu hahaha... Kau memang selalu dimanjakan ya hahaha..." Kris tertawa terbahak-bahak. Aku hanya memasang wajah datarku saja. Tidak mau banyak menanggapi.
"Seharusnya Paman Xi tidak perlu menyiapkan bodyguard untukmu. Kan ada aku. Aku bisa menjagamu, rusa kecil..." Kris mencubit ujung hidung Luhan. Omo! Kenapa dadaku jadi sesak seperti ini sih? Ada apa denganku?
"Hahah tidak apa. Lagipula kau juga sibuk dengan kuliahmu. Kau kan mengambil jurusan dokter. Pasti sangat sulit dan menyibukkan." Jadi namja tinggi itu calon dokter? Tapi dokter kok tingkahnya seperti ini? Ckck
"Tidak kok. Aku bisa mengatasinya." Jawabnya enteng. Aku hanya memutar bola mataku malas. Terlalu percaya diri namja itu.
"Tidak perlu. Biarkan Sehun saja yang menjagaku." Aku senang saat Luhan mengatakan itu. Entah kenapa aku jadi seperti ini.
"Haha baiklah. Oh tidak! Kelasku sebentar lagi akan dimulai. Bye Lu..."
Kris mencium pipi kiri Luhan dan segera beranjak meninggalkan kantin. Dan aku hanya bisa membelalakan mataku. Tidak tahu harus berbicara apa. Luhan juga nampak hmm gembira? Wajahnya sudah semerah tomat.
"Lu... Kau menyukai namja hmm maksudku Kris ya?" Tanyaku sedikit penasaran.
"M-mwo? A-aniyo... Hmm hanya saja dulu aku sempat menyukainya."
Aku hanya bisa tersenyum miris saja mendengarkannya. Ternyata benar dan sepertinya sampai sekarang pun Luhan masih menyukai Kris. Lihat saja wajahnya bisa terlihat memerah dan gembira begitu saat bersama Kris. Haha ada apa denganmu Sehun? Kenapa kau memperdulikan kedekatan antara Luhan dengan namja itu? Ini bukan hakmu Oh Sehun. Bukan tugasmu. Tidak ada urusannya denganmu. Kau hanya perlu menjaga Luhan. Hahaha iya Oh Sehun kau hanya perlu menjaga dan melindungi Luhan.
SKIP
Siang ini Luhan berencana akan berbelanja dan aku bertugas untuk menemaninya. Baiklah kebetulan sekali kan hari ini memang kita tidak mempunyai kelas lagi. Dan ini kan memang tugasku juga.
Aku segera melajukan mobilku menuju ke sebuah pusat perbelanjaan yang besar dan terkenal di Seoul. Aku memang tidak terlalu suka jalan-jalan namun aku tahu sedikit tentang mall karena dulu eomma suka mengajakku -lebih tepatnya memaksa- pergi untuk menemaninya berbelanja.
"Sehun menurutmu bagus yang mana?" Tanya Luhan saat kami sudah tiba di sebuat distro pakaian. Baru sebentar kami disini namun sepertinya ia sudah mendapatkan sesuatu yang disukainya.
"Dua-duanya bagus untukmu. Kau coba saja dulu." Usulku dan ia pun mengangguk kemudian mengambil beberapa potong pakaian lain dan segera menuju ke kamar pas.
"Taraa bagaimana? Apa yang ini bagus?" Luhan berputar-putar dan menunjukkan sebuah dress berwarna putih dengan renda dan pita yang menghiasi sekitar dada dan bahunya. Membuat Luhan tampak imut.
"Bagus. Coba yang lain saja dulu." Luhan pun kembali ke dalam kamar pas.
"Kalau yang ini bagaimana?" Luhan kembali berputar-putar dan menunjukkan sebuah dress bercorak bunga-bunga selutut. Membuat Luhan tampak lebih fresh.
"Ini bagus juga. Yang lain masih ada?" Luhan pun kembali lagi ke dalam kamar pas nya.
5 menit kemudian Luhan kembali keluar dari kamar pas nya dengan sebuah mini dress berwarna merah. Panjangnya selutut dan tanpa lengan membuat Luhan tampak lebih seksi.
"Apa ini terlalu seksi?" Tanya Luhan sedikit malu. Pakaian yang dikenakannya memang terlalu membentuk tubuhnya yang err lumayan seksi.
"Ne. Lebih baik kedua baju yang diawal tadi." Luhan pun mengangguk dan kembali ke kamar pas.
Tidak lama Luhan pun keluar dengan pakaian lamanya. Sebuah kaus dan celana panjang. Haha itu memang style Luhan yang cuek. Cardigan hitamnya pun belum sempat ia kenakan lagi karena kedua tangannya sibuk memegangi dress yang dicobanya tadi.
"Jadi kau ingin membeli yang mana?" Tanyaku. Luhan tampak masih bingung dengan kedua dress berwarna putih atau yang bermotif bunga-bunga itu.
"Aku juga bingung ingin membeli yang mana. Kau bilang dua-duanya juga bagus." Luhan mempoutkan bibirnya.
"Kenapa tidak membeli dua-duanya saja. Kau suka kan? Dan pasti akan mengenakannya kan?" Usulku dan wajahnya seketika berubah menjadi ceria.
"Benar juga. Baba juga tidak akan marah jika aku membeli 2 dress ini hehe..." Luhan segera membawa kedua dress itu ke kasir. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku saja.
Setelah puas berbelanja, Luhan mengajakku untuk segera pulang. Sepertinya ia sudah kelelahan mengelilingi mall besar ini. Aku pun menuruti keinginannya. Di dalam mobil Luhan menyalakan pemanas. Ya mungkin karena suhu udara yang memang sedang dingin. Namun terasa sedikit aneh. Karena biasanya Luhan akan sedikit kegerahan jika menyetel pemanas high. Tapi yasudahlah.
"Kau kedinginan?" Tanyaku sambil terus menyetir. Aku melihatnya mengeratkan cardigan yang dikenakannya itu.
"Sedikit. Aku lelah. Aku ingim cepat pulang dan tidur." Jawabnya sambil terus mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Kau lelah? Tidur saja. Nanti aku akan bangunkan jika sudah sampai." Luhan menggelengkan kepalanya, berusaha menolak.
"Tidak apa. Tidurlah." Paksaku dan akhirnya ia pun mulai memejamkan matanya. Aku lihat wajahnya memang sedikit memucat. Aku mengkhawatirkan keadaannya.
CKITT
Tidak lama mobil yang aku kendarai sudah sampai di gedung apartment. Aku sedikit tidak tega membangunkan Luhan yang sudah tertidur. Wajahnya terlihat tenang saat tertidur.
"Lu? Bangunlah. Kita sudah sampai." Aku mencoba membangunkannya. Ia mulai membuka mata namun sedetik kemudian memegangi kepalanya.
"Wae? Pusing?" Luhan hanya menggoyang-goyangkan kedua tangannya.
"Mau aku gendong?" Tawarku namun lagi-lagi Luhan menolaknya. Aku khawatir kalau-kalau ia memang sedang tidak baik-baik saja.
"Tidak perlu. Aku tidak apa-apa. Aku hanya mengantuk. Aku bisa jalan sendiri kok." Luhan pun mulai turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung apartment. Aku membawa barang-barang belanjaan milik Luhan sambil mengawasi terus gerak-gerik Luhan.
Luhan berjalan perlahan-lahan. Ia terus mengeratkan cardigan yang dipakainya itu. Aku terus memperhatikannya dan memperpendek jarak diantara kami. Takut-takut ada sesuatu yang menimpa Luhan. Dan akhirnya kami pun sampai di depan pintu apartment Luhan.
CKLEK
"Lu kau baik-baik saja? Kau sakit?" Sungguh aku melihat wajahnya yang semakin pucat. Aku letakkan semua barang-barang belanjaannya di atas meja.
"Tidak aku baik-baik saja kok. Kau kembalilah. Kau pasti lelah juga." Aku pun mengangguk dan kembali ke apartmentku. Luhan memang tidak bisa dipaksa. Aku kembali dengan perasaan khawatir dan tidak tenang.
Aku mencoba masuk ke dalam apartmentku. Namun aku merasakan ada sesuatu yang tidak baik. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke apartment Luhan.
CKLEK
Aku tidak melihat Luhan di ruang tengah ataupun dapur. Barang belanjaannya pun masih tergeletak di atas meja. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar tidur Luhan untuk memastikan keadaannya. Dan apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi.
"Luhan?"
To Be Continued
Hello ketemu lagi nih dengan author hehe FF author makin gaje ya? Iyah ya? Hahaha mianhae... Author sebenarnya mau buat FF ini jadi oneshoot tapi malah kelabasan. Ini sebenarnya 1 cerita dengan I Love My Bodyguard. Bedanya, kalo di I Love My Bodyguard kan itu dari pandangan dan fokusnya ke Luhan. Kalo ini, lebih ke Sehun nya. Ceritanya masih gaje banget ya? Mian author udah keburu pengen share aja sih huhu tapi author usahain bakal cepet di update chap selanjutnya kok. See you byebye... Review nya jangan lupa ya hehe
My Twitter:
Helloannyeongg (Mention for follback^^ Gomawo^^)
