Yellow Sketchbook

Hari 1 - Berpegangan tangan

"Takane, apakah kau pernah menghadiri konvensi?"

Takane menatap Haruka sebentar, lalu kembali melihat bukunya. Guru Kenjirou menyuruh mereka untuk membaca beberapa halaman dalam buku, sementara guru tersebut pergi entah ke mana. Dia menjawab dengan malas,

"Konvensi? Aku tidak mengerti perkataanmu,"

"Kau tahu, di mana ada cosplayer, lalu penjual barang-barang anime, doujin dan sebagainya,"

Takane mendongak dari bukunya, terkejut. Dari mana Haruka tahu acara tersebut? Apakah dia pernah datang? Jangan-jangan dia sebenarnya Otaku?

"Pernah sih, sekali-kali. Kenapa emangnya?" kecuali pertemuan gamer dan kompetisi game, Takane jarang mengunjungi pertemuan dan acara yang mencakup lebih banyak kalangan.

"Akhir minggu ini ada konvensi di alun-alun kota, katanya merchandise akan banyak sekali termasuk game yang sekarang kita mainkan! "

Haruka berkata dengan begitu semangat, sementara Takane mendesah dan membalikkan halaman di bukunya.

"Terus kenapa bilang ke aku?" tanyanya tidak mengerti.

"Tentu saja! Karena aku ingin mengajak Takane!"

Takane mengerjap, menatap Haruka yang kini tersenyum begitu manis.

"Ohh oke, kalau begitu ayo berangkat bersama," katanya dengan sedikit kemerahan di pipinya.

(**********)

Kesepakatan untuk pergi keluar bersama itu terjadi dengan cepat, Takane harus menimang-nimang lagi saat di rumahnya di depan meja makan.

Pergi di hari sabtu, ke konvensi, berdua saja, tanpa ada sangkut paut dengan sekolah. Wah, apakah dia bermimpi? Ini seperti kencan!

Takane tersenyum-senyum sendiri di depan makanannya. Dia tidak sabar, ingin Sabtu cepat datang! Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia merasa optimis. Hari itu akan menjadi hari yang sangat baik.

(***********)

Hari itu akhirnya datang! Setelah sekian lama memilih pakaian di lemarinya, dan juga dengan bantuan Ayano, dia berangkat ke tempat pertemuan dengan anggapan dia sudah cukup cantik. Sebenarnya baginya ini bukan persoalan besar. Nanti di tempat tersebut akan ada banyak orang, dan benda-benda yang akan menarik perhatian Haruka. Dia pasti tidak akan memperhatikan pakaiannya, dan Takane tahu Haruka bukanlah pengamat yang baik.

Haruka datang dengan mobil yang dikendarai Ibunya*. Haruka menyapanya dan mereka bertukar senyum. Setelah itu mereka langsung berangkat ke tempat pertemuan.

(************)

Mereka sampai dan Takane merasa bersyukur dengan itu. Entah kenapa menurutnya di dalam mobil, duduk bersisian seperti itu ada suasana kaku, yang tidak pernah ia rasakan di kelas. Dia kerap meremas topi baret yang dikenakannya saat itu tanpa alasan yang jelas. Sepertinya berdua di kelas dan berdua di tempat lain itu berbeda.

Takane tidak bisa memikirkan suasana asing tadi lebih lama karena apa yang dilihatnya di tempatnya dia berdiri sekarang.

Konvensi para Otaku yang dia tidak peduli namanya itu begitu ramai, tentu saja. Andaikan tidak bersama Haruka, dia terlalu malas untuk datang.

"Ayo kita membeli tiket, Takane!" seru Haruka.

Takane mengangguk malas lalu menyusulnya.

(***********)

Takane tidak tahu apakah dia harus berjalan di sisi Haruka, ataukah mengekornya saja. Dia takut apabila berjalan terlalu dekat, Haruka akan menganggap macam-macam, toh mereka hanya teman bukan? Tetapi kalau mengekor, dia takut akan terpisah di tempat yang begitu ramai. Dia merasa begitu bodoh karena memikirkan hal kecil seperti ini.

Dia membiarkan kenyataan yang memutuskan untuknya.

Setelah membeli tiket, tanpa berbicara lagi, Haruka langsung berjalan memasuki keramaian. Takane harus berlari menyusulnya agar tidak tertinggal.

Kerumunan di acara konvensi seperti ini adalah di antara berjalan dan mengantri atau berhenti. Berhenti apabila menemukan booth yang menarik, berjalan apabila tidak tertarik. Baru selang beberapa menit, Takane sudah merasa lelah. Ini berbeda jauh dengan kerumunan di acara festival budaya di sekolah. Haruka yang mengaku tidak pernah mengunjungi acara seperti ini, tampaknya begitu lihai dan terbiasa dengan pergerakan ini.

Takane tidak bisa mengira berapa menit Haruka berhenti di satu booth. Kadang hanya beberapa detik, kadang sampai menit.

Mereka sampai di sebuah persimpangan, yang agak lengang sehingga Takane berhenti untuk mengambil nafas dan berbicara.

"Haruka, barang apa saja sih yang ingin kau cari?" sejauh ini dia belum melihat booth yang menjual merchandise game favorit mereka berdua.

"Tentu saja game favorit kita, tapi tadi banyak sekali barang-barang yang menarik, mungkin aku akan membeli beberapa!"

Sejauh ini Haruka belum membeli satu barang pun.

Mereka kembali melanjutkan pencarian mereka.

(***********)

Di bagian kali ini, kerumunan lebih ramai lagi. Lalu hal yang ditakutkan terjadi, Takane terpisah dari Haruka. Dia harus melongo ke sana-ke mari sebelum akhirnya melihat Haruka di booth seberang jalan. Dia bersyukur dengan postur tubuh Haruka yang tinggi yang membuatnya mudah terlihat di antara kerumunan.

"Takane lihat gantungan kunci ini, lucu! Apakah kau mau?"

Apakah Haruka akan membelikannya untuknya? Takane tidak tahu, tapi dia tidak ingin berharap, "Terserah kau saja, Haruka!"

Takane merasa Haruka tidak menyadari kepergiannya tadi, walaupun hanya sementara.

Dia melihat Haruka yang kembali berjalan, dengan cepat dia meraih jaket cowok tersebut, memegangnya erat dengan harapan dia tidak akan terpisah lagi. Juga dengan harapan Haruka mengerti maksudnya.

Keadaan semakin memanas, dan desak-desakan tidak dapat terelakkan. Takane merasa oksigen terus menghilang darinya. Hal ini tidak akan baik untuknya, apalagi dengan Haruka yang dia tahu kesehatannya lebih buruk. Pikiran tersebut membuat Takane lengah, genggaman Takane terhadap jaket Haruka tiba-tiba terlepas. Dia pun panik. Dia tidak tahu berapa lama akan menemukan Haruka di tempat seperti ini.

Tiba-tiba ada yang menyentak tangannya, menariknya dengan begitu kuat hingga tubuhnya ikut tertarik.

"Jangan jauh-jauh dariku!"

Takane terkejut dengan Haruka tiba-tiba berada di depan wajahnya. Tangan Haruka menggenggam tangannya dengan erat.

Mereka kembali berjalan. Karena keramaian, dan tangan mereka yang terpaut, Takane mendapatkan dirinya sangat dengan Haruka. Walaupun terengah-engah, dia senang dengan kedekatan ini.

Mereka kembali menemukan persimpangan yang lengang. Takane menghirup napas dalam-dalam, mengambil oksigen yang tidak dia dapatkan secara cukup selama lima belas menit tadi. Dia melihat Haruka melakukan yang sama.

Haruka tidak melepaskan tangannya, sehingga dia juga tidak melepaskan tangan Haruka.

"Ayo kita istirahat sebentar! Di sana bagian makanan dan minuman!" seru Haruka dengan senyum yang lebar.

Takane mengangguk.

Mereka kembali berjalan dan tidak sekalipun Haruka melepas pegangan tangannya dari Takane.

(*********)

Omake:

"Takane, lihat!"

"Merchandise Headphone Actor?! Tidak mungkin!" Takane menatap dengan bola mata yang membesar pada gantungan kunci headphone actor yang dipegang Haruka.

"Dan, lihat ini!" Haruka menunjukkan gantungan kunci.. Konoha?!

Takane dapat mengerti kalau headphone actor memiliki merchandise karena para penggemar yang ia lawan di festival kultur sekolah, tapi Konoha. Bukankah itu karakter buatan Haruka? Ternyata Haruka juga punya penggemar!

"Apakah kau menginginkannya? Akan kubelikan!" Haruka bertanya kemudian dia tersenyum menunjukkan giginya.

Takane mengangguk dengan semangat. "Yep!"

Haruka rupanya juga membeli gantungan kunci headphone actor.

"Lihat! Kita serasi!"

Takane hanya bisa tertawa bahagia.

(**************)

A/N:

*punya headcanon kalau ibunya haruka suka nganter dia ke sekolah. ngaco banget ini ya.

Udah lama banget gak nulis harutaka. Maaf OOC dan gak jelas T_T

Chapter ke depan akan banyak karakter, dan mungkin pairing seperti Shinaya.

Makasih udah baca! Diusahakan update perhari.