Untukmu yang enggan berpindah dari sudut yang nyaman di benakku—yang kerap menabur damba yang tak kuasa kukendalikan datangnya ….
EX
Disclaimer : I do not own Naruto. Naruto © Masashi Kishimoto
I don't gain any commercial advantage by publishing this fanfic. This exactly is just for fun.
Story © Sukie 'Suu' Foxie
Warning: Short. Minim dialogue. AU.
For SIFD—ShikaIno Fan Day, September 22nd-23rd.
Happy ShikaIno Fanday~! Spread the love of ShikaIno~!
Long live ShikaIno!
Mereka memulai hubungan ini dari suatu fase yang disebut pertemanan—sahabat. Satu sama lain saling mendukung. Entah mendukung dalam kehidupan sekolah maupun percintaan. Ya, keduanya mempunyai tambatan hati masing-masing, pada awalnya. Tidak ada yang menyangka pun mengira, kebersamaan mereka sempat membuat keduanya terlena. Menjadikan yang tiada menjadi di sana. Melupakan sosok yang dikagumi masing-masing dan memilih untuk bergandengan tangan dengan ia yang ada di samping; yang menjadi pendengar setia di tiap cerita. Persahabatan mereka pun berakhir sampai di sana.
.
.
.
Antara ragu dan tidak percaya, tapi mereka saling memandang dengan senyum bahagia. Setitik air mata lolos dari mata biru sang keturunan Hawa. Tapi tawanya tak bisa ia hilangkan—enggan ia hilangkan. Gadis berambut pirang itu sesaat mengenang ke beberapa detik sebelumnya, ketika ia menjawab, "Ya, aku mau menjadi pacarmu." Ia kemudian menghapus air mata itu dan mendekatkan tubuhnya dengan sang kekasih yang menyambut dalam satu pelukan hangat. Gadis itu menerima hadiah pertamanya: satu kecupan manis di dahi—yang diselingi bisikan halus nan jahil yang menjadi ciri khas sang lelaki, "Tak usah menangis seperti itu, kan? Mendokuse."
.
.
.
Nara Shikamaru menikmati saat-saat ketika ia bisa membelai rambut pirang panjang Yamanaka Ino. Tidak melakukan apa-apa. Hanya terdiam di sana, mereka, berdua, bercengkrama. Menukar cerita-cerita yang tak perlu—sesekali mungkin penting dan serius. Saling meyakinkan diri bahwa keduanya telah menutup lembaran masa lalu yang tak bersambut. Kini, di masa ini, sekarang, hanya ada mereka. Berdua. Bercengkrama. Bersama. Bayangan masa depan terlihat begitu indah. Naif. Tapi Shikamaru memang menikmati saat-saat ini. Dan sempat terpikir olehnya bahwa kebahagiaan ini akan bertahan hingga selamanya.
.
.
.
Takdir memang suka bermain-main. Rahasia Tuhan tak ada yang bisa memahami. Kesenangan-kesenangan dan cinta manis itu mulai diselingi pertengkaran. Ketidakpercayaan, kurangnya komunikasi … keegoisan. Yang katanya mereka saling memahami, nyatanya mereka tidak mau saling mengerti. Kesibukan menjadi dalih tak jadinya pertemuan. Pun suara gadis yang terdengar sekali itu di ponsel Nara Shikamaru menimbulkan bibit kecemburuan. Kepercayaan Yamanaka Ino retak. Namun, ia mencoba bertahan meski dirinya yang lain kerap menyuarakan satu kata: Bodoh.
.
.
.
Akhirnya yang mereka takutkan itu pun terjadi. Pertengkaran besar; teriakan kemarahan. Air mata; ekspresi malas yang menunjukkan ketidakpedulian. Tidak ada yang mau mengalah—keduanya tenggelam dalam gengsi masing-masing. Merasa bahwa dirinyalah yang paling benar dan pihak lainlah yang salah. Yamanaka Ino berkata, "Kau sudah tidak menyayangiku. Kau tidak mau memahamiku! Kau bahkan tidak berusaha sama sekali untuk hubungan ini!" Dan sang lelaki membalas, "Mendokuse, Ino. Kau menuntut terlalu banyak." Demikianlah keributan besar ini menjadi penutup dari sandungan-sandungan kecil yang tetapi berulang. Putusnya hubungan sepasang kekasih ini pun menjadi satu hal yang tak terelakkan …. Tidak ada jalan kembali—seharusnya.
.
.
.
Namun, cerita ini tak berakhir sampai di sini. Setidaknya, baginya—bagi pihaknya yang masih menyimpan rasa dan belum bisa lupa ….
.
.
.
***TO BE CONTINUED***
Ano nee~ tema kali ini agak nge-hurt. Dan maaf yah tulisannya sengaja dipadetin kayak gitu, bukan tanpa alasan loh. Please bear with it. Eheheh~
Kayak biasa, bab duanya bakal di-publish besok. Untuk yang sekarang, sekian dulu.
Ngomong-ngomong. Selamat ulang tahun Nara Shikamaruuu! Happy SIFD 2014, Guardians!
I'll be waiting.
Regards,
Sukie 'Suu' Foxie.
~Thanks for reading~
