~For Tomorrow~
Disclaimer : Naruto punya saya, dalam mimpi T.T
Tapi saya akan berusaha membuatnya jadi kenyataan *taboked*
Warning : BL/Yaoi, OOC, typo(s), gaje, agak lebay, tidak tanggung jawab pada segala jenis reaksi yang akan readers alami setelah membacanya, Don't Like Don't Read.
Pair : SasuNaru –Forever-
Rated : T
Cepat sembuh ya
Jangan lupa minum obatmu
Jaga dirimu baik-baik
Aku akan datang menjengukmu
Kalimat-kalimat menyebalkan itu selalu menghampiri dan menari-nari di telinga pemuda berkulit putih itu sekian tahun. Berada di rumah sakit terus menerus selama 10 tahun bukan hal yang mengagetkan baginya. Rumah sakit seperti telah menjadi rumah baginya selama 10 tahun terakhir. Keluar-masuk rumah sakit setiap seminggu sekali membuatnya memutuskan untuk hidup dan tinggal saja di rumah sakit. Keadaan tubuh pemuda berambut raven ini memang tidak normal seperti pemuda lain seusianya. Uchiha Sasuke, nama pemuda itu. Dia menderita penyakit Leukimia stadium awal sejak berusia 8 tahun. Sejak saat itu Sasuke mulai rajin bertandang ke rumah sakit seminggu sekali untuk melakukan cuci darah. 6 bulan pertamanya setelah divonis menderita Leukimia, Sasuke rajin melakukan rawat jalan di rumah sakit Konoha. Sasuke tidak pernah mengeluh akan sakit yang dideritanya, bagi seorang Uchiha harga diri adalah yang utama. 6 bulan berikutnya, Sasuke mulai jenuh dan malas untuk menengok rumah sakit yang terus memberikannya harapan hidup. Sekali lagi, Sasuke tidak pernah mengeluh walau tubuhnya didera rasa sakit. Wajah emo itu tetap datar apapun yang terjadi, meski darah kadang mengalir dari hidungnya tanpa permisi terlebih dulu, meski rasa sakit di kepala yang datang menusuk tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, meski Sasuke kadang harus pingsan di depan kakaknya. Sasuke begitu memegang teguh harga diri seorang Uchiha, bahkan pada keluarganya sendiri. Tahun kedua, Sasuke memutuskan untk tinggal di rumah sakit dan menghabiskan sisa waktunya di sana.
Iris mata onyx itu menatap keluar dari jendela kamar rawatnya di lantai 5. Pemandangan kota kala malam begitu megah dan berbinar membuat mata terpukau dengan keindahan malam di kota metropolitan seperti Konoha. Namun pemandangan seperti itu tak mampu membuat mata onyx sang Uchiha muda berbinar ataupun sekedar mengubah ekspresi datar di wajah pucatnya itu. Sasuke kembali ke pembaringannya setelah merasa jenuh menatap langit hitam yang dipenuhi kerlipan bintang yang murung karena cahayanya tersaingi oleh kilau lampu-lampu dari bumi. Sasuke melayangkan pikirannya ke awang-awang mencoba mencari sesuatu yang bisa mengusir rasa jenuh yang kini memenuhi sudut kamar rawatnya yang seharusnya dihuni oleh 2 orang. Suara ketukan berasal dari pintu kamar rawat Sasuke, didongakkan kepalanya sejenak untuk melihat siapa gerangan tamunya malam itu. Seorang pria muda dengan warna mata onyx yang sama dengan dirinya, tinggi, berkulit putih gading dengan rambut coklat yang dikuncir menutupi tengkuknya. Sasuke dengan tampang enggan menerima tamu langsung mengembalikan kepalanya ke atas bantal dan menutup matanya seolah telah lelah dengan harinya.
"tidak sopan! Kakakmu tercinta ini datang menjenguk tapi disambut dengan tampang ogah-ogahan begitu" pemuda yang sedang berceloteh riang (?) itu adalah kakak Sasuke satu-satunya. Uchiha Itachi.
"jangan menggangguku!" Sasuke memerintah dengan raut wajah datar khasnya.
"hanya ingin menjenguk adikku tercinta masa dibilang mengganggu"
"sejak kapan kau mau menjengukku"
"sejak aku jadian sama perawat cantik berambut pink yang merawatmu" Itachi tersenyum nakal melirik Sasuke yang sama sekali tidak kaget dengan pengakuan kakaknya –yang dianggap maniak wanita- itu.
"kasihan sekali Sakura, kau kan ma-"
"jangan bilang begitu, my beloved brother" Itachi membungkam mulut Sasuke dengan tangan kanannya.
"kali ini saya tidak main-main"Sasuke meninggikan nada bicaranya. "sudah berapa kali Anda berkata seperti itu di hadapan saya"
"jangan bicara formal padaku"
"saya hanya bicara informal pada orang yang membuat saya nyaman"
"oh sasuke, apa rumah sakit sebegitu mengerikan sehingga membuatmu lupa cara bersikap baik pada kakakmu?"
"Hn.."
Itachi duduk di samping ranjang Sasuke. Itachi mengarahkan pandangannya ke ranjang kosong di samping ranjang Sasuke. "kau butuh teman yang bisa mengajarimu cara tersenyum, Sasuke"
Sasuke tidak mau peduli apa yang dikatakan atau dilakukan Itachi, dia hanya menutup matanya seolah tertidur. Itachi tersenyum memandangi adik semata wayang yang sangat disayanginya itu, namun ada guratan kesedihan dan kekhawatiran yang tersirat dari wajah pria berusia 24 tahun itu. Kesedihan dan kekhawatiran akan nasib sang adik yang mungkin tidak akan lama. Menurut Itachi yang kini melanjutkan studi S2-nya di Fakultas Kedokteran UK (Universitas Konoha), Sasuke termasuk pasien yang hebat karena bisa bertahan selama 11 tahun menghadapi penyakit Leukimia yang mematikan itu. Sekarang Leukimia Sasuke memasuki stadium 3. Berkat kecanggihan medis saat ini, harapan hidup Sasuke sedikit demi sedikit bisa diperpanjang, namun belum dapat mengobati penyakit itu sepenuhnya.
Itachi merenung sejenak mengingat keadian 10 tahun yang lalu saat Sasuke pingsan di hadapannya. Sasuke terlihat begitu rapuh dan sangat butuh pertolongan. Saat itu mereka ada di taman kediaman Uchiha. Itachi yang panik melihat adiknya tergolek dengan darah yang mengalir di sekitar hidungnya langsung mengangkat tubuh Sasuke dan membawanya masuk ke dalam rumah. Itachi sangat kalut. Pelayan segera memanggil ambulance dan Itachi berusaha sekuat tenaga melakukan pertolongan pertama. Usaha Itachi tidak sia-sia, darah berhenti mengalir dari hidung Sasuke. Ambulance datang dan membawa tubuh Sasuke ke rumah sakit Konoha. Itachi terus menangis di atas tubuh adiknya, dia terus berdoa agar Tuhan memberikan keselamatan bagi adiknya, adik tercintanya. Itachi juga ingat bagaimana dia sangat terpukul saat dokter mengatakan penyakit adiknya. Itachi menangis semalaman melihat Sasuke dari balik pintu ruang ICU. Itachi bertekad untuk menjadi dokter agar bisa menyembuhkan Sasuke. Setelah lulus SMA 2 tahun kemudian, Itachi lalu mengambil studi Ilmu kedokteran di negara tetangga, Kirigakure yang saat itu sangat maju dalam hal medisnya. Itachi menghabiskan waktu 5 tahun di Kirigakure, waktu belajar yang dianggap cepat karena butuh waktu 6-7 tahun untuk bisa mendapatkan gelar S1 di KIRUN (Kirigakure of University). Sekarang Itachi menjalani tahun ke-4 nya di UK untuk mengambil gelar S2-nya. Butuh waktu 5 tahun untuk Itachi menyabet gelar S2.
Itachi kembali ke alam nyata saat ada ketukan pintu. Seorang perawat berambut pink cantik masuk dengan mendorong kursi roda yang berisi pemuda berkulit putih gading dengan rambut pirang. Itachi tersenyum memandangi perawat berambut pink yang telah merebut hatinya sejak 1 tahun yang lalu itu. Sakura Haruno, perawat yang baru bekerja di rumah sakit Konoha sejak 1 tahun yang lalu itu kini menjadi pacar Itachi. Sakura membalas senyum Itachi lalu membantu pemuda yang ada di atas kursi roda untuk naik ke tempat tidurnya di samping tempat tidur Sasuke. Pemuda bermata biru sapphire itu segera terlelap karena obat penenang yang diberikan Sakura sesaat setelah dirinya terbaring. Sasuke sepertinya sudah tertidur sejak tadi jadi dia tidak menyadari keberadaan manusia-manusia yang ada di kamarnya saat itu.
"kau membawa teman sekamar untuk Sasuke?" Itachi menatap Sakura lekat-lekat saat mereka sudah berada di depan kamar rawat Sasuke.
"iya dok-" Itachi meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Sakura. "aku sedang tidak bertugas"
"maafkan aku" Sakura menunduk sejenak "iya Ita-chan, dia itu Naruto Namikaze. Pasien yang baru saja dioperasi karena usus buntu" jelas Sakura dengan nada akrab seorang kekasih.
Itachi membalas dengan senyuman lalu menarik Sakura pergi.
.
.
Pagi yang tenang menyapa Sasuke seperti hari biasanya. Mentari pagi pun belum bersinar terik memaksa masuk menembus jendela kamar rawat. Sasuke bangun dan menguap, tubuhnya diregangkan. Matanya tertuju ke arah ranjang di sampingnya yang kini berisi seorang pemuda yang masih tertidur lelap. Sasuke menghampiri ranjang pemuda itu dan mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sasuke baru dapat teman sekamar lagi, terakhir dia dapat teman sekamar itu sekitar 2 tahun yang lalu. Sasuke menatap lekat-lekat manusia yang kini menarik perhatiannya. Sasuke berjalan memutari ranjang itu tanpa mengalihkan pandangannya dari pemuda blonde itu.
Suara ketukan pintu akhirnya mengalihkan pandangan Sasuke. Itachi dengan setelan dokter masuk diikuti Sakura di belakangnya.
"selamat pagi Sasuke! Sedang melihat-lihat teman sekamarmu ya" Itachi tersenyum menatap Sasuke yang wajah datarnya sama sekali tidak berubah melihat kedatangannya.
"selamat pagi Sasuke" Sakura menyiapkan obat dan berkas-berkas Sasuke untuk diperiksa pagi itu oleh Itachi.
"pagi" Sasuke menjawab sekenanya dan kembali ke tempat tidur sebelum Itachi yang menyeretnya untuk melakukan pemeriksaan harian.
Itachi memeriksa keadaan Sasuke dengan seksama dan tak melewatkan secuil pun pemeriksaan. Sakura mengamatinya dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibir pinknya. Sesaat kemudian pandangannya diarahkan ke ranjang di sebelah Sasuke.
"selamat pagi Naruto" sapa Sakura ramah dan tetap tersenyum ke arah pemuda blonde itu.
Yang disapa pun tersenyum dan membenarkan posisi duduknya. "apa ada yang sakit Naruto?" Sakura mengecek keadaan naruto. Yang ditanya hanya menggeleng sambil sesekali mencuri pandang ke arah duo Uchiha di ranjang samping.
"dokter, ini laporan kesehatan Naruto Namikaze" Sakura menyerahkan berkas laporan ke Itachi.
"baiklah. Namikaze Naruto?" Itachi kini telah ada di samping ranjang Naruto. Sasuke kembali ke posisi duduknya sambil memperhatikan Itachi memeriksa pemuda yang dipanggil Naruto itu.
Naruto mengangguk saat Itachi menanyainya. Pemeriksaan harian selesai 10 menit kemudian. Itachi dan Sakura meninggalkan kamar itu dan menyisakan keheningan antara Sasuke dan Naruto.
Sasuke mengarahkan pendangannya ke jendela yang terbuka, berusaha merasakan panas mentari pagi.
"saya Naruto Namikaze" Naruto tersenyum menatap Sasuke yang seolah tidak peduli akan keberadaannya.
"Hn.."
"namamu hn?" Naruto berusaha berbasa-basi untuk mencairkan suasana.
"terserah padamu saja" Sasuke masih tidak bergeming dari posisinya.
Naruto menghela nafas panjang. "sepertinya akan sulit"
Sasuke membalik badannya menatap Naruto tanpa ekspresi yang dibalas cengiran oleh Naruto. "apa maumu?"
"heh? Apa maksudmu? Aku tidak ingin apapun" Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"kenapa kau ramah padaku? Apa yang kau inginkan?" –masih dengan ekspresi datar yang tidak berubah-
Naruto mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan pertanyaan Sasuke. "ramah pada orang lain apa harus ada alasan ya?"
Sasuke memutar bola matanya
"…"
"aku hanya ingin kau nyaman dengan kehadiranku, dan kita bisa jadi teman kan?" Naruto menatap lekat-lekat Sasuke berusaha membaca wajah datar pemuda berambut raven itu.
"kenapa harus seperti itu?"
"karena apa ya?" Naruto tampak berpikiir, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "karena itu hal yang wajar kan?" Naruto balik bertanya.
"hal yang kau anggap wajar itu berbeda dengan hal yang kuanggap wajar"
Naruto berusaha mencerna kalimat yang baru saja keluar dari bibir Sasuke. "etto.. itu.." naruto kehilangan kata-kata untuk membalas pernyataan Sasuke. Hening.
"kalau begitu bagaimana hal yang menurutmu wajar itu?" Naruto kembali memangapkan mulutnya.
"urusi dirimu sendiri"
"ano.. itu bukan gayaku, man" Naruto menggaruk lagi kepalanya yang tidak gatal. "kita kan ada dalam satu kamar, kenapa kita tidak coba mendekatkan diri. Akan sangat menyenangkan jika bisa berteman dengan orang lain. Aku tidak mau kesepian di sini padahal ada orang lain yang-"
Sasuke menginterupsi celotehan Naruto "kau berharap aku mau berteman denganmu?"
"yup. Kenapa tidak kan?"
"tidak ada alasan aku harus berteman denganmu"
"kenapa begitu? Apa kau tidak kesepian?"
Pertanyaan Naruto barusan begitu menohok Sasuke. Kesepian? Sasuke selalu merasakan hal itu, setiap saat. Namun seorang Uchiha tidak mungkin mau mengakui kegalauannya.
"itu bukan alasan. Terserah kau sajalah" Sasuke akhirnya menyerah dengan perasaan enggan. Dia hanya berusaha menghindari pertikaian antara orang sakit.
"walau bukan jawaban yang kuinginkan tapi itu sudah cukup baik untuk memulai hubungan-" Naruto kembali berpikir.
"-untuk saling mengerti" Sasuke tidak percaya kalau dia baru saja mengucapkan kata-kata itu. Shit!
"…heh?.." Naruto tertegun sesaat berusaha mencerna kata-kata dari pemuda emo di ranjang sebelah. Naruto mengangguk sesaat dan mulai memberikan cengirannya lagi.
Sasuke sekali lagi memutar bola matanya melihat tingkah pemuda-aneh di ranjang sebelah.
.
.
"sasuke aku mau kita bertukar ranjang" Naruto merengek pada Sasuke di malam yang sedang dipenuhi bintang.
"tidak" singkat padat dan jelas -sejelas jelasnya.
"teme pelit.." Naruto manyun seketika, pandangannyaa mengarah ke jendela yang memperlihatkan hamparan bintang berkelip dan pemandangan malam kota yang berkilauan megah.
"kau Dobe! Sejak kapan aku mengizinkanmu memanggilku seperti itu?" Sasuke menatap Naruto marah, bukan lebih tepatnya dia sedang murka.
"karna kau memang TEMEEEE!" Naruto menjulurkan lidahnya ke arah Sasuke.
Shit! Apa salahku? Kenapa harus berurusan dengan anak kecil macam ini. Sasuke menghela nafas panjang berusaha tetap tenang untuk menanggapi olokan dari Naruto. Namun, dia tetap mengalah dan bertukar ranjanglah mereka.
.
.
Matahari mulai tenggelam di barat, terlihat jelas warna orange langit di ufuk karena pantulan matahari. Satu lagi hari yang akan selesai untuk Sasuke, hari yang berat sejak dia mendapati pemuda blonde sekamar dengannya dan merampas ranjangnya. Sasuke memutar bola matanya, duduk pasrah di tepian ranjang yang seharusnya ranjang Naruto pagi tadi. Ngomong-ngomong tentang pemuda blonde itu, Sasuke tidak mendapatinya di kamar sejak dia bangun dari tidur siangnya 5 menit yang lalu.
"bagus kalau dia sudah tidak ada, akan ada ketenangan di kamar ini" ujar Sasuke pada dirinya sendiri.
Ada suara ribut dari arah kamar mandi yang pintunya berwarna biru langit. Tidak lama muncul pemuda dengan rambut pirang yang basah dan top-less.
"hanya mimpi rupanya" ujar Sasuke lagi saat melihat Naruto di depan pintu kamar mandi.
Sasuke memperhatikan Naruto dari ujung kaki hingga ujung rambut, entah kenapa Sasuke memandang Naruto yang sedang top-less dengan rambut basah yang dikeringkan dengan handuk ala iklan shampoo. Tanpa sadar, Sasuke menelan ludahnya saat pose Naruto yang menurutnya begitu sensual terus tersaji di depan matanya. Sasuke sebenarnya sudah akan cengo, namun sekali lagi harga diri seorang Uchiha membuatnya tetap stay cool. Pose-mengeringkan-rambut-ala-Naruto pun makin ekstrem, dikibas-kibaskannya rambut pirangnya yang pendek seperti anggota trio macan kalau lagi manggung. Tarik mang!
Sasuke? Ah dia tetap stay cool sambil sesekali melirik ke arah Naruto dengan pandangan horny yang entah kenapa tiba-tiba muncul pada diri Uchiha bungsu itu.
Tidak Sasuke! Tidak! Tidak! TIDAK! KAU NORMAL. OKE.. Sasuke berusaha menenangkan pikirannya. Seorang Uchiha tertarik pada pemuda? Seorang PEMUDA Uchiha tertarik pada PEMUDA? Apa harus saya tegaskan lagi? Sasuke tertarik pada Naruto? Apa kata dunia? Apa kata dunia nanti sodara-sodara? Sasuke sudah gila. Sasuke benar-benar gay. Sasuke memang ada kelainan. (sekali lagi) Sasuke GILA.
Pikiran itu terus berputar-putar di kepala Sasuke. Sesekali diselingi bayangan pose Naruto tadi. Oh Kami-sama Sasuke benar-benar sudah tidak normal.
Sasuke kembali membaringkan tubuhnya di ranjang, tidak jadi melanjutkan kegiatannya menikmati langit sore karena satu dan lain hal. You know him so well lah *plaked*. Sasuke membungkus dirinya dengan selimut, menutupi seluruh tubuhnya, terutama matanya yang tidak mau menuruti harga dirinya yang terus melirik Naruto yang masih saja top-less di depan kamar mandi, oh tidak, sekarang posisi Naruto ada di samping ranjangnya –bekas ranjang Sasuke- mengahadap keluar jendela, menikmati langit sore seperti yang sering dilakukan Sasuke.
Kapan kau akan pakai bajumu, baka-dobe, keluh Sasuke yang kini melihat siluet Naruto dari balik selimut tipisnya. Oh Kami-sama, Sasuke benar-benar sudah terjerat pesona seorang pemuda blonde, teman sekamarnya di rumah sakit Konoha. Sasuke memejamkan matanya berusaha menghilangkan Naruto dari pandangannya, namun di pikirannya terus digentayangi bayangan Naruto. Sasuke ingin sekali menenggak obat penenang saat ini, minimal CTM lah supaya dia bisa tidur terlelap, melupakan Naruto dan perasaan aneh pada Naruto yang dianggapnya konyol.
Sasuke frustasi namun akhirnya bisa tidur, walau dalam tidurnya tetap dihantui mimpi tentang N-A-R-U-T-O.
~Naruto POV~
Ceroboh. Alat-alat mandi Sasuke berserakan di lantai kamar mandi. Aku tidak sengaja menjatuhkannnya, bukan salahku, itu karena Teme itu yang menaruh barangnya di tempat yang bisa kusentuh. Aku membela diriku sendiri namun tetap memunguti barang yang kujatuhkan.
"memang segar jika sudah mandi, beberapa hari belakangan jadi tidak mandi karena tidak boleh kena air" aku menggumam sendiri di kamar mandi. Rasanya memang sangat segar, apalagi setelah keramas rasanya seperti hidup kembali.
Kubuka pintu kamar mandi setelah mengenakan celana panjang dari rumah sakit tanpa bajunya. Bajunya akan kupakai setelah rambutku kering. Setelah keramas harus segera mengeringkan rambut, tapi aku tidak bawa hairdryer karena dipakai Dei-nii, dia selalu cerewet kalau soal hairdryer, aku yang selalu mengalah. Akhirnya aku mengeringkan rambutku dengan handuk. Di depan pintu kamar mandi yang sudah tertutup aku berdiri dan mengusap-usap rambutku dengan handuk. Terus usap sampai kering.
Tunggu! Kenapa aku merasa ada yang memperhatikanku. Kulirik Sasuke yang terduduk di tepi ranjangnya, dia memang sedang menatapku. Mata onyxnya sungguh mengagumkan, melihatnya sebentar saja bisa membuatku bergetar ingin menatapnya lebih dekat.
Eh? Apa yang baru saja kupikirkan? Tidak mungkin aku berpikir mata si Teme itu bagus. Kami-sama kenapa aku? Kulanjutkan kembali kegiatan mengeringkan rambutku, kali ini kuubah posisiku dengan mengibas-ibaskan rambutku agar lebih cepat kering. Kulirik pemuda berambut raven itu sejenak, dia masih mengawasiku. Kupejamkan mataku dan kembali mengusap rambutku, wajah Sasuke terbayang.
Deg.
Deg.
Deg.
Kenapa jantungku berdetak seperti ini?
Tidak! Tidak boleh Naruto! Tidak boleh! Kugelengkan kepalaku dengan kuat, rambutku terkibas seperti aku sedang mengeringkan rambutku.
Kali ini kulirik Sasuke yang meringkuk di bawah selimutnya sambil berjalan ke arah jendela, cari angin untuk rambutku sekalian menikmati langit sore yang berwarna orange. Kupejamkan kembali mataku, menikmati angin sejuk yang berhembus membawa bayangan mata onyxnya ke dalam anganku.
Apa ini? Mata onyx.. wajah pucat.. rambut ekor ayam.. Sasuke.. aku memikirkannya kah?
Kubiarkan saja anganku dipenuhi bayangan Sasuke, entah kenapa aku tidak kuasa menolaknya. Aku menginginkannya mungkin. Entahlah. Aku juga tidak tahu.
~Naruto POV End~
.
.
"kau tidur terus teme?" Naruto manyun di tepi ranjangnya menghadap ke ranjang yang di atasnya ada Sasuke yang masih menutupi dirinya dengan selimut. Malam telah tiba, bulan sudah menampakkan dirinya. Naruto merasa bosan dan ingin mengajak Sasuke bermain, namun Sasuke terus meringkuk di bawah selimut tidak mau menampakkan batang hidungnya.
Naruto bangkit, melangkah ke samping ranjang sasuke, menarik selimut yang sejak sore tadi menutupi tubuh Sasuke.
"Teme! Bangun. Aku tau kau tidak tidur. Kau kenapa sih?" Naruto terus menarik-narik selimut Sasuke hingga bagian atasnya terbuka memperlihatkan wajah Sasuke yang pucat dengan nafas tersengal-sengal. Naruto agak panik melihat keadaan Sasuke. Ada cairan merah yang mengintip dari hidung Sasuke dan terus mengalir.
"Sasuke kau kenapa?" Naruto memegang wajah Sasuke yang pucat. Darah masih mengalir dari hidungnya, Sasuke sudah hilang separuh kesadarannya.
"ce..pat panggil.. Itachi, Do..be" perintah Sasuke. Naruto segera memencet tombol di atas ranjang Sasuke yang dengan cepat direspon oleh dokter yang bertugas saat itu.
Dokter Kisame masuk dengan tergesa-gesa ke kamar rawat Sasuke diikuti perawat haruno di belakangnya. Kisame melihat Naruto di samping ranjang Sasuke, tangannya sudah dipenuhi darah Sasuke yang terus mengalir dari hidungnya. Sasuke sepertinya sudah kehilangan kesadarannya secara total. Naruto mundur saat Kisame mendekati ranjang Sasuke. Naruto ditemani Sakura pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"nona Haruno, boleh aku bertanya?" Naruto menatap Sakura serius sambil sesekali melirik Kisame yang dengan cekatan sedang mengurusi Sasuke.
"jika kau meu bertanya tentang Sasuke, nanti saja setelah keadaannya tenang. Kau istirahatlah" ujar Sakura memberikan handuk kecil pada Naruto untuk mengeringkan tangannya. "dan panggil saja aku Sakura, kurasa kita masih seumuran" katanya lagi sambil menyunggingkan senyum lalu beranjak menemani Kisame menangani keadaan Sasuke.
"semoga kau baik-baik saja, Teme" Naruto berdoa dalam hati. Pikirannya kalut melihat punggung Kisame dan Sakura, hanya sedikit celah yang diberikan untuk Naruto agar bisa melihat keadaan Sasuke.
Naruto terus berdoa dalam hati, mengulang kalimat yang sama hingga ratusan kali sambil terus melihat ke arah Sasuke. Entah kenapa Naruto merasa sangat kalut melihat keadaan Sasuke.
Naruto akhirnya tertidur karena terlalu lelah mencemaskan Sasuke. Wajah Naruto tetap terlihat kalut dalam tidurnya.
45 menit kemudian, Kisame dan Sakura akhirnya selesai menangani Sasuke, bukan yang pertama kalinya. Sasuke memang sering seperti ini jika bolos minum obat. Akhir-akhir ini Sasuke malas minum obat, jadi inilah akibatnya. Sasuke terlelap, kali ini sudah tidak pucat dan darah sudah tidak mengalir dari hidungnya, nafasnya juga sudah normal kembali.
Kisame dan Sakura meninggalkan ruangan itu membiarkan pasien mereka beristirahat.
"kau harus memperketat pengawasanmu pada Sasuke, entah sudah berapa kali dia bolos hingga keadaannya separah tadi" Kisame memerintah Sakura. "katakan juga pada Itachi tentang perkembangan Sasuke"
"kenapa harus aku yang memberitahunya Kisame-sama?" Sakura menekuk wajahnya, dia tahu sedang diejek oleh dokter senior itu.
"jangan marah begitu Sakura-chan, hehehe. Katakan saja pada Itachi, dia pasti lebih mengerti disbanding kau" Kisame kembali bergurau.
"hah, kisame-sama hentikan. Kau membuatku kesal. Kenapa harus menjadikan keadaan Sasuke sebagai lelucon. Itu tidak lucu" Sakura protes dan memukul pelan lengan dokter di sampingnya. Mereka berjalan menuju ruang piket dokter.
"kau tahu kan aku tidak pandai bergurau, jika bukan kau tidak ada lagi yang mengerti candaanku" Kisame terus mengoceh yang diselingi tertawaan.
"besok aku libur ya?" Tanya Sakura.
"kenapa? Kau ingin kencan di kamar Sasuke?" kisame mendelik ke arah perawat berambut soft pink di sampingnya yang wajahnya memerah.
"Kisame-sama.." Sakura memukul lengan Kisame lagi, kali ini dengan bertenaga membuat Kisame meringis kecil.
"kau perawat yang durhaka pada dokternya" Kisame protes yang langsung disambut pukulan pada lengannya sekali lagi. Sakura lalu berjalan lebih cepat lagi meninggalkan Kisame yang meringis kecil lalu tertawa memandangi punggung gadis yang 2 tahun lalu masih menjadi muridnya di Akademi Keperawatan Konoha.
.
.
Hyaaaaaa update fict baru nihhh..
Sasuke : hey author baka, kenapa saya jadi sakit-sakitan? *siapkan chidori*
Author : itu karena takdir Sasuke-kun *blink blink eyes*
Sasuke : saya tidak terima..
Author : kan sasuke-kun sudah tanda tangan kontrak jadi gak boleh mundur *pamer kontrak*
Sasuke : kau menipuku.. pura-pura minta tanda tangan, katanya fans ternyata untuk mengikatku dengan kontrak bodohmu secara sepihak..
Author : aku memang fansmu Sasuke-kun, aku fans SasuNaru :3
Sasuke : *salting* oh fans SasuNaru toh.. yasudah kalau begitu..
Author : makasih Sasuke-kun :3 sekarang mintol tutp yah.. *teleportasi no jutsu*
Sasuke : langsung saja lah.. mohon reviewnya untuk fict gaje ini..
