"A Trip to Find You"
.
.
.
A ChanHun GS Fanfiction by Halona Jill
.
.
Aku tahu, kesalahan pasti selalu terjadi. Manusia tidak bisa luput dari itu. Yang ku lakukan, hanya mencegah kesalahan terjadi dua kali. Kau sependapat denganku?
.
Attention : Yang suka dengan jenis cerita ini silakan lanjut dan review di akhir, yang gak suka lebih baik jangan lanjut; kecuali kamu terlalu penasaran?.
Enjoy reading loves
.
-00-
.
Semua orang tahu Seoul dan gemerlap malamnya. Lampu kota seperti saling bersaing memperlihatkan mana yang paling terang, layar-layar iklan LED bergambarkan selebriti populer masa kini menghiasi sebagian besar sudut kota, gedung-gedung pencakar langit dengan berbagai fungsi berdiri di atas permukaan bumi tanpa takut tergoncang gempa atau tersapu badai, mereka terlalu kokoh untuk di runtuhkan.
Seorang gadis dengan rambut pirangnya keluar dari salah satu gedung mewah pencakar langit itu seorang diri, mengenakan jaket kulit dan skinny jeans hitam yang membungkus tungkai-tungkai rampingnya, berjalan sampai ke trotoar dan berhenti disana menunggu taksi yang akan menjemputnya.
Taksi kuning yang datang beberapa detik setelah gadis itu menunggu, dan dia masuk ke dalamnya. Hanya meninggalkan jejak asap tipis yang keluar dari knalpot taksi tersebut. Tidak tahu tujuannya kemana, sejauh ini mereka baru melewati kawasan apartemen dan pertokoan yang cukup panjang, berbelok ke kiri dan menemukan jalan raya yang tetap ramai meskipun hari hampir tengah malam.
Iris coklat terang itu memandang keluar jendela, melihat bayangan tiang-tiang lampu jalanan seperti sesuatu yang bergerak, mobil-mobil dari arah berlawanan yang bergerak lambat, beberapa pejalan kaki yang terlihat lelah, mungkin sehabis pulang lembur kerja, dan beberapa pelajar nakal yang baru pulang, masih memakai seragam mereka berjalan di trotoar yang luas.
Saat orang lain menutup harinya di malam hari, gadis ini berkebalikan. Dia memulai segalanya di malam hari. Bangun tidur, memesan makan malam, mandi, merias diri dan keluar dari sarangnya penuh percaya diri. Tampilannya selalu chic tanpa riasan berlebih. Hitam dan warna-warna gelap seperti jadi warna favoritnya, kontras dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang pirang.
Ada dua buah tindik di telinga kanannya, keduanya ada di bagian atas. Di pergelangan tangan kirinya yang tertutupi jaket ada sebuah tato kecil berbentuk jangkar kapal. Iris matanya coklat terang dibingkai oleh kelopak yang kecil dan bentuk alis yang menarik, perpaduan yang sempurna menghasilkan kesan yang sendu namun tajam. Bentuk wajahnya terpahat sempurna, dengan rahang yang tegas, hidung bangir dan bibirnya yang tipis dan seranum buah chery. Katakanlah gadis ini adalah definisi kecantikan dewi Aphrodite.
Rambut pirangnya tergerai menyentuh punggungnya dan berayun setiap kali ia menoleh atau bergerak, menebarkan aroma buah berry yang menyegarkan. Supir taksi di depannya merasa pusing menghirup feromon kuat dari gadis di bangku belakangnya.
"Disini," gadis itu berbicara bahasa Korea dengan logat yang sedikit berbeda, memberi petunjuk kalau dia bukanlah orang Korea asli. Suaranya sengau dan sedikit berat, seperti tipikal orang yang jarang bicara. Padahal tidak sama sekali.
Supir taksi itu memberhentikan mobilnya, kemudian memberi tahu nominal harga yang harus di bayar oleh gadis itu. Biaya taksi di Seoul cukup mahal, tapi gadis itu tidak keberatan, terlalu malas untuk pergi ke halte atau stasiun untuk naik kendaraan umum dan berdesakan dengan penumpang lain. Alasan lainnya, tentu saja karena kendaraan umum mulai langka menjelang tengah malam.
"Ya, terimakasih," kata supir taksi itu setelah menerima beberapa lembar won dari penumpangnya.
Gadis itu hanya mengangguk dan segera berbalik, menemukan gedung pencakar langit yang lainnya yang masih ramai oleh hilir mudik manusia dan kendaraan pribadi.
Dan di tempat ini lah dia menghabiskan masa liburannya yang tersisa dua bulan lagi.
.
-00-
.
Zonk. Biasanya ditemui dalam sebuah permainan keberuntungan, dimana orang atau subjek yang tidak mendapatkan apa-apa akan disebut mendapatkan 'Zonk'. Tapi Zonk yang ini tidak ditemukan dalam sebuah permainan.
Melainkan tersembunyi di pusat kota Seoul. Terletak tepat di belakang salah satu gedung apartemen di Ibu kota. Tidak banyak orang yang mengenali tempat ini, mereka yang benar-benar tahu bagaimana caranya hidup seperti kelelawar lah yang tahu seluk beluknya.
Minuman keras, musik yang berdentum sepanjang malam, partner seks. sampai narkoba bisa dengan mudah di dapatkan di Zonk. Orang hanya perlu masuk lewat pintu lainnya ke sebuah bangunan yang pagi sampai pukul delapan malam berfungsi sebagai kafe. Menjelang jam sepuluh malam bagian utama dari bangunan akan terlihat gelap.
Tapi, jika kita mau berjalan lebih jauh lagi. Akan ada pintu di bagian samping bangunan, terlihat usang seperti pintu gudang, dan orang akan mendapatkan kejutannya disana. Begitu pintu terbuka ada sebuah lorong panjang dengan cahaya remang-remang, awalnya terlihat seperti lorong buntu, tapi setelah itu akan ada tangga untuk turun ke basement, sebuah pintu ganda menyambut disana, dan saat kita membukanya, disanalah surga dunia.
Club malam yang selalu ramai, nyaris padat setiap harinya terutama akhir pekan. Tidak perlu khawatir tentang udara di dalam club, atau harus berdesakan dengan pengunjung lain. Pemiliknya berhasil menyulap basement menjadi club sekelas bintang lima dengan fasilitas yang memadai.
Tidak akan tercium bau asap rokok atau aroma seks di udara, bersih dari pemandangan seks bebas, hanya ada aroma menyegarkan yang datang dari ratusan botol minuman yang berjajar apik. Lantainya selalu bersih, mengilat ditimpa lampu sorot warna-warni yang akan membuat mata perih jika terlalu lama melihatnya. Panggung untuk DJ yang selalu jadi bahan taruhan para wanita mengenai siapa yang malam ini akan menari disana dan menghabiskan satu malam panas dengan salah satu DJ di Zonk yang terkenal tampan.
Sayangnya, sejauh ini belum ada satu pun yang menang. Karena DJ tampan –sialan dan sombong kata orang-orang- itu hanya tersenyum saat para wanita mendekatinya dan memberikan mereka waktu beberapa menit untuk berkenalan saja. Lalu kenapa masih banyak saja yang menyukainya, itu pertanyaan yang belum di temukan jawabannya sampai saat ini.
"Kau sedang sibuk?" kata seseorang di pintu. Suara musik menyeruak seketika memenuhi gendang telinga seseorang yang ada di dalam ruangan, dan dia terlihat tidak nyaman.
"Cepat tutup pintunya!" alih-alih menjawab pemuda ini malah mengernyit tak suka pada orang yang bicara di pintu.
Orang yang bicara di pintu memilih masuk kemudian menutup pintunya, suara musik yang sebelumnya berdentum kencang seperti tersedot masuk ke dimensi lainnya, di ruangan itu kini senyap, hanya ada suara napas dua orang dan langkah kaki si pemuda berkulit coklat yang sedang menghampiri pemuda lainnya.
"Kenapa lagi? Mau meracuni pikiranku dengan berbagai macam fantasi gilamu tentang seks itu?"
"Hey," si pemuda berkulit coklat terlihat sedikit tersinggung. "C'mon dude. Sesekali kau harus berpikiran hal-hal baik tentangku," kemudian dia duduk. "Ini tentang Ibumu, dia menanyakan kabarmu tadi siang dan—"
"Ibu datang ke apartemen lagi? Dan menanyakan apa aku sudah punya pacar atau belum? Memastikan bahwa aku dan kau bukan pasangan gay? Lalu apa lagi?"
"Sepertinya aku tidak perlu memberi laporan," pemuda itu mendengus. "Ya seperti biasanya, kenapa kau tidak pulang ke rumah sih? Dan juga, balas pesan orang tua mu, atau hubungi mereka. Setidaknya tidak perlu membuat Ibumu berkunjung ke apartemen, tadi siang aku sedang bersama pacarku, dan Ibumu datang tanpa permisi."
Yang diajak berbicara hanya terkekeh. "Maklumi saja, orang tuaku hanya sedikit berlebihan tentang putra mereka," ujarnya. "Sepertinya aku harus keluar, para gadis sudah menungguku."
"Telepon ibumu setelah ini! Atau ayahmu! Atau kakakmu dan siapapun keluargamu! Jangan jadi anak durhaka! Kau sudah terlalu tua untuk merajuk!"
.
Gadis berambut pirang itu mengetuk pintu kayu bercat coklat, tidak terlalu mengilap ataupun mencolok, lebih seperti pintu rumah –rumah usang tepatnya. Beberapa detik kemudian sebuah slot kecil di bagian atas pintu terbuka, menampakkan bagian mata dari seorang pria.
"Ini aku."
Dan pintu itu terbuka, dua orang pria tersenyum menyapanya seperti mereka teman dekat. Gadis ini memang mengenal mereka, dua penjaga keamanan dari Zonk. Karena tidak semua orang bisa masuk di club aneh ini. Awalnya gadis ini selalu berpikir kenapa club malam ini begitu tertutup, sedangkan club malam lain bisa dengan bebas beroperasi, club khusus kaum LGBT sekali pun.
Dan jawabannya ada di dalam sana. Dimana kebanyakan yang datang adalah orang-orang tidak biasa yang punya kehidupan tidak biasa juga. Dia pernah bertemu dengan segelintir anak pejabat negara yang kecanduan seks, selebritis papan atas yang kecanduan narkoba, pebisnis muda sukses yang melakukan transaksi gelap, penjudi kelas kakap dan sebagainya.
Intinya tempat ini dipenuhi sekumpulan orang-orang terkenal yang tidak ingin kebusukannya diketahui papparazi, terlalu takut mengadakan pesta di rumah sendiri ataupun di villa pribadi karena polisi bisa saja menemukan mereka dengan mudah, keamanan di Zonk sepenuhnya terjaga, tidak akan ada inspeksi mendadak seperti di club lain. Tempat ini bukan sekedar tempat untuk menghabiskan malam dengan mabuk dan menari seperti orang gilai atau bercinta dengan para jalang dan bajingan. Ini seperti surga dunianya Seoul yang tersembunyi.
Dentuman musik sudah memenuhi gendang telinganya. Samar-samar terdengar suara orang-orang yang berbicara atau ketukan dari sepatu tumit tinggi dari para gadis yang berlenggok kesana kemari. Gadis ini turun perlahan dan mengabaikan segala hal. Dia hanya ingin duduk di depan meja bar dan bercengkrama dengan bartendernya, si lelaki mungil yang genit tapi menyenangkan. Namanya Byun Baekhyun.
"Oi Sehun! Datang terlalu cepat?"
Gadis berambut pirang itu mengangguk dan tersenyum. "Terlalu merindukan bartender mungil nan manis ini," jawab Sehun dengan nada bergurau.
Baekhyun mendecih sambil merapikan susunan gelas yang menggantung apik pada kanopi di atas kepalanya, sedangkan gadis yang duduk di depan mejanya masih tersenyum sambil memandang betapa apik dan lincahnya bartender mungil ini, terutama saat meracik beberapa minuman untuk pelanggan. Seorang pemuda duduk tak jauh dari tempat Sehun.
"Terimakasih, aku merasa sangat tersanjung. Ah, Sehun? Ada waktu minggu depan?" tanya Baekhyun, matanya mengerling genit. Dan Sehun selalu menyukai caranya menggoda.
"Apa ini sebuah ajakan kencan?" Sehun balik bertanya.
Bartender itu tertawa. "Tidak, bukan, sama sekali bukan—" ujarnya geli. Tangannya masih sibuk dengan gelas dan beberapa botol minuman beralkohol, dia menuangkan cairan terakhirnya kemudian menyuguhkan satu gelas racikannya pada pemuda itu. "Sudah naik pangkat, eh? Main lewat tengah malam."
"Begitulah," jawab pemuda itu, dan Baekhyun tertawa menanggapinya.
"Siapa dia? Pacar lelakimu?" tanya Sehun blak-blakan dengan senyum menggoda pada Baekhyun.
"Memangnya sejak kapan aku jadi homo?" tanya Baekhyun dengan wajahnya yang sepat, dia kembali ke tempatnya. "Oh, mungkin kalian harus berkenalan. Sehun, ini pertama kalinya kau bertemu Chanyeol, kan?"
Sehun dan Chanyeol sama-sama menoleh, dan menemukan wajah asing satu sama lain. Sehun tersenyum tipis menemukan pemuda berwajah tampan dengan rambut merah menyala di hadapannya, postur tubuh yang ideal, hanya saja telinganya terlalu lebar. Sedangkan Chanyeol seperti kehilangan alam sadar dan hampir meneteskan liur melihat demigod macam Sehun.
"Ya Tuhan, Baek! Dia meneteskan air liur saat melihatku!" Sehun tertawa saat melihat reaksi Chanyeol yang menunjukkan wajah tidak terima.
"Percaya diri sekali, aku tidak meneteskan air liur, mana? Tidak ada jejak air liur!" balas Chanyeol ketus sambil mengusap sudut-sudut bibirnya.
"Ya, terserah saja—" Sehun memalingkan wajahnya hanya untuk melihat Baekhyun yang sedang meracik minuman untuk pelanggan lain dan setelah ini mungkin untuknya. "Jadi Chanyeol, namaku Sehun. Dan, senang berkenalan denganmu."
"Ok, senang berkenalan denganmu juga Sehun. Sehun—" Chanyeol berpikir sejenak lalu berpindah ke kursi yang lebih dekat dengan Sehun. "Maaf, apa nama belakangmu?"
"Tidak ada, hanya Sehun," jawab Sehun. "Dan kau?"
"Park. Tapi aku sedang masa renungan apakah harus meneruskan nama itu atau tidak," kata Chanyeol, nada bicaranya terdengar jauh lebih akrab. Mungkin orang-orang harus mulai berpikiran lain, kalau Chanyeol sebenarnya tidak sombong.
"Park Chanyeol, ya?" Sehun tersenyum. "Jadi, aku belum pernah melihatmu sejauh ini. Anak baru? Selebritis Korea? Anak pejabat? Atau manusia kelelawar yang hanya keluar dari sarang di malam hari?"
"Bukan anak baru, bukan selebritis, bukan anak pejabat, dan aku bukan manusia kelelawar," kata Chanyeol. "Omong-omong yang terakhir itu hanya ada di buku fiksi, dan Sehun, gaya bicaramu sedikit berbeda kalau aku boleh berkomentar, kau orang asing?"
"Dia DJ sialan sombong yang dibicarakan gadis-gadis ketika mereka melenggang di depanmu Sehun," kali ini Baekhyun yang bicara dengan membawa amaretto sour untuk Sehun. "Dan Chanyeol, Sehun itu gadis dari 'suatu tempat entah dimana' di luar Korea. Asal-usulnya sangat tidak jelas."
Baik Sehun maupun Chanyeol keduanya tertawa mendengarkan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Baekhyun. Bartender mungil itu terlihat senang juga dengan leluconnya yang sebenarnya tidak seperti sebuah lelucon. Pokoknya Baekhyun selalu senang jika ia bisa banyak bicara.
Sehun jadi ingat pertama kali ia mengenal Baekhyun, saat pertama kali berkunjung ke korea beberapa tahun yang lalu. Sehun bertemu dengannya secara tidak sengaja, karena Sehun salah naik kereta dan berakhir seperti orang linglung di stasiun yang jauh dari hotel tempatnya menginap. Lalu disaat dia kebingungan membaca rute dan tidak mengerti tulisan hangul di papan penjelasannya, datang seorang pemuda mungil berhati tulus yang pada akhirnya mau mengantarkannya sampai ke depan pintu kamar hotel.
Saat itu Sehun hanya bisa sedikit bahasa Korea, dia tidak mengerti apa saja yang diucapkan Baekhyun karena anak itu terlalu banyak bicara. Jadi, Baekhyun mengeluarkan ponselnya dan meminta nomor ponsel Sehun, lalu tersenyum manis dan bilang 'lets be friend' dengan pelafalan Inggris yang aneh.
Waktu itu Baekhyun baru lulus SMA, hendak melanjutkan kuliah di Seoul dan datang jauh-jauh dari Gyeonggi, begitu pula Sehun yang baru lulus SMA dan mencoba liburan sendiri ke luar negeri. Dan beginilah mereka sekarang, jadi sepasang teman dekat yang sering terpisah jarak, tapi saat waktunya bertemu, orang-orang akan berpikir mereka sudah menghabiskan waktu bersama sepanjang hidup.
"Suasana hari ini tidak begitu ramai," kata Sehun setelah menenggak minumannya. Matanya menyapu lantai dansa yang lengang.
"Itu karena aku belum naik ke podium," sahut Chanyeol; Sehun terkekeh mendengarnya.
"Begitu kah? Jadi daya tarik klub malam ini ada di DJ-nya ya? Apa nama panggungmu?"
"Entahlah, sejauh ini orang-orang mengenalku sebagai 'PCY'," kata Chanyeol, jemarinya bermain di bibir gelas, lalu menatap Sehun lagi dan entah kenapa gadis itu semakin terlihat menarik untuknya. "Punya rekomendasi nama yang bagus untukku?"
"Archer?"
"Archer?"
Sehun mengangguk. "Artinya pemanah."
Chanyeol tertawa, terdengar konyol di telinganya. "Aku disk jockey sweetheart, bukan pemanah."
"Well, itu rekomendasi dariku," Sehun tersenyum, menatap Chanyeol lebih intens dari sebelumnya. "Mungkin saja dengan nama itu kau bisa melesatkan panah cinta ke hatiku? Melalui musikmu tentunya."
"Ya Tuhan—" Chanyeol tertawa lagi, nyaris terjungkal karena Sehun terlalu lucu di matanya. Banyak gadis yang menggodanya, tapi cara Sehun benar-benar lain dan unik, dan... menarik, dia tidak menggoda pria dengan cara seksual, tapi Sehun sungguh sensual. "Tanpa nama itu pun aku bisa melepaskan panahnya, bersiap saja jantungmu akan melesak."
"Ok, ok," Sehun mengangguk sambil tertawa, dia berdiri dan menepuk bahu Chanyeol akrab. "Simpan saja dulu panahmu. Aku mau ke toilet."
"Apa aku boleh ikut? Barangkali ada yang bisa ku bantu?" tanya Chanyeol sedikit berteriak karena gadis asing itu sudah berjarak beberapa meter darinya, dan Sehun membalasnya dengan lambaian tangan singkat sebelum berbelok ke sudut yang sepi.
.
.
TBC
.
.
Hello?
Jadi, aku bawa ff baru, selingan dari Maze, dan ini GS /ketawa nista/. Gak tau deh apa bakal ada yang suka sama ChanHun GS atau nggak, aku cuma coba mengembangkan ide aja, dari pada ketumpuk dan bikin greget sendiri.
Jadi.. buat kalian yang sudah baca, silakan review, jangan sungkan. Kalo banyak yang suka ff ini bakal aku lanjut, kalo nggak ada yang suka, yaudahlah hapus aja kali ya kalau diriku tega :'v
Btw, ini gak bakalan panjang macem maze, tapi gak tau bakal berapa chapter :v /ditampol/
Pokoknya, gitu lah :'v
.
.
Halona Jill
Ditunggu tanggapan kalian darlings *hearts*
