Lee Jeno berjalan menyusuri blok perumahan tempatnya tinggal. Kedua tangannya sibuk memegang sesuatu. Tangan kirinya membawa sebuah bungkusan plastik kecil transparan berisi bumbu dapur—ia baru balik dari supermarket karena disuruh mamanya. Sedang yang kanan, sibuk menjejal permen lolipop kembalian perisa stroberi. Langkahnya tampak riang dengan sedikit lompatan juga senandungan yang keluar dari balik bibirnya.
"Jeno-ya!"
Seseorang memanggilnya. Lantas ia berhenti dan mencari sumber suara. Oh, Na Jaemin rupanya. Tetangga sebelah rumah yang suka Jeno jadikan bahan kejahilannya. Tapi walaupun begitu, Jaemin tetap berlaku baik pada Jeno—padahal Jeno kalau jahili suka sampai bikin Jaemin nangis dan ngadu ke mamanya. Namanya juga tetangga, 'kan, harusnya akur.
"Mau main bersama? Aku tidak punya teman," kata Jaemin sambil melambaikan tangannya membuat gestur mendekat. Wajahnya dibuat sumeringah sekali.
Jeno menatap Jaemin dan kotak pasir yang berisi istana-pasir-setengah-jadi miliknya secara bergantian. Malas sebenarnya, tapi, ya, mau bagaimana lagi. Lantas ia mendekat untuk mendorong pagar rumah Jaemin. Berjalan masuk mendekati Jaemin dan kotak pasir maninannya. Ia kembali mengamati secara bergantian dengan raut datar.
—DUK!
"Ya, Lee Jeno! Apa yang kau lakukan?! Kalau tidak mau bermain bersamaku, jangan mengacau!" Jaemin berteriak marah ke arah Jeno yang memasanga wajah-tanpa-dosa miliknya. Jelas saja Jaemin marah, istana-pasir-setengah-jadi miliknya ditendang begitu saja oleh kaki Jeno.
Jeno berjalan mendekat ke arah Jaemin, berdiri tepat di depannya. Kepalanya ia condongkan ke depan hingga bersisian dengan sebelah telinga Jaemin. "Aku malas main, jadi aku akan pulang saja..." Jeno menjeda kalimatnya sebentar. Ia menempelkan bibirnya di sebelah pipi Jaemin, memberi kecup kilat. Setelahnya, ia berlari menuju rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah Jaemin. "Dah... princess," katanya sambil melambai ke arah Jaemin.
"MAMA, LEE JENO BENAR-BENAR NAKAL!"
Mungkin, esok hari Jaemin tidak perlu repot-repot untuk mengajak Jeno bermain lagi. Sendiri juga tidak apa, kok—asalkan tidak ada yang merusak istana pasir Jaemin dan membuat pipinya memerah.
—kkeut!
