Kim Mingyu kembali menghela napas. Tangannya tergerak untuk merapatkan tudung hoodie yang dikenakannya. Timingnya tidak pas, hujan turun tidak sesuai dengan perkiraan pembawa acara cuaca hari ini. Lidahnya serasa ingin bergerak untuk mengutuk saja. Ia seharusnya tidak boleh selalu begitu mempercayai apa kata orang lain, seperti yang dikatakan ibunya.

Ia mengadahkan tangannya, membawanya keluar melewati atap toko yang ia jadikan tepat berteduh. Hujan deras sekali. Ia mendongak untuk menatap keadaan langit. Tampak akan sedikit lebih lama menuju reda, karena itu terlihat segerumbul awan hitam yang masih enggan untuk minggir dari kanvas langit.

Mingyu sedikitnya terlonjak ke belakang karena suara menggelegar yang terjadi di langit. Ia mengerjap cepat beberapa kali dan meneguk ludahnya pelan-pelan. Matanya menerawang gusar. "Menakutkan sekali. Apa pilihan tepat aku berteduh disini?" gumamnya.

Mingyu mengangkat wajahnya cepat ketika sebuah payung memenuhi area penglihatannya. Seseorang menyodorkan payung warna pastel ke arahnya. Sungguh tidak cocok, pikir Mingyu. Penampilan seseorang itu sudah seperti malaikat pencabut nyawa dengan setelan hitam-hitam khasnya, tetapi warna payungnya...

"Uhm, kurasa kau bisa memakai payungku dulu. Kau sangat ketakutan dan tampak sedikit ... terburu?" ujarnya sedikit tidak yakin.

Mingyu kembali mengerjap beberapa kali. Pemuda di depannya ini tersenyum manis sekali. Matanya yang tajam seolah berbinar menatap tepat ke arah mata Mingyu—ya, walaupun dengan sedikit mendongak.

Kim Mingyu dibuat terpesona olehnya.

Mingyu buru-buru mengulurkan tangannya. Kemudian ia berkata memperkenalkan diri, "Namaku Kim Mingyu. Ung—" Mingyu menggatung kalimatnya.

"Jeon Wonwoo," kata pemuda itu diiringi gerakan membalas jabatan tangan Mingyu juga senyum yang terbentuk di bibir tipisnya. "Uhm... kalau begitu aku pergi dulu, Kim Mingyu-ssi," sambungnya.

Namun, Mingyu telah lebih dulu menahan Wonwoo dengan menarik sebelah tangannya. Pemuda itu menatap Mingyu dengan alis tertaut. Mingyu memasang senyum yang sangat lebar, lalu berkata, "Sepertinya... aku mengalami cinta pada pandangan pertama terhadapmu, Jeon Wonwoo-ssi."

Wonwoo hanya balas terkekeh pelan. Kemudian ia mengambil gerak untuk melepaskan tangan Mingyu yang masih menahannya. "Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku pergi dulu, Mingyu-ya." Wonwoo berlari menjauh dari eksistensi Mingyu.

Oh, astaga! Wonwoo berbicara menggunakan banmal!

Sepeninggalnya Wonwoo dari pandangan Mingyu, ia jadi bertingkah sedikit aneh. Pasalnya, payung pinjaman berwarna pastel tadi di dekapnya erat di dada sambil memasang senyum lebar-lebar. Seolah ingat dengan tujuan awalnya, Mingyu pun bergegas lalu dari sana.

"Jeon Wonwoo, ya? Rubah manis, hm?"

kkeut!

a/n: saya tau ini sangaaaaaaatt aneh :') percayalah, saya sedang berusaha mencari sinar buat tuntun saya dari keterpurukan writer blok. an gwenchanha :'''' RnR? :3