Seventeen belong to God, Pledis and their parents

Cinderella and the Knights © Bianca Jewelry

? X Choi Seungcheol (GS)

Yoon Jeonghan X Hong Jisoo (GS)

Rating: T

Warning: GS. AU. OOC. Nista!

.

Siang itu, tampak dua orang perempuan cantik sedang berada di dalam sebuah café. Perempuan pertama meletakkan kepalanya di meja dengan ekspresi murung sambil menghela napas beberapa kali sedangkan yang satunya menatap perempuan yang berada di depannya dengan tatapan iba sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Jadi, kali ini kesalahan apa yang kau lakukan?"

"Kali ini bukan aku, tapi tokonya gulung tikar."

"Oh."

"Minki-yaaa, tolong carikan aku pekerjaan~" mohon si gadis dengan rambut pendek dengan tatapan memelas.

Gadis dengan nama Choi Minki itu menatap temannya yang bernama Choi Seungcheol. Lalu ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Yeoboseyo Minki-ya. Ada apa?" sahut orang di seberang telepon.

"Yeoboseyo Youngmin-oppa, apa ada lowongan pekerjaan baru?"

"Untuk siapa? Seungcheol lagi?"

"Yup."

"Sebentar ya aku carikan. Nanti akan aku kirim via chat."

"Terima kasih oppa."

"Sama-sama."

Lalu sambungan telepon terputus.

"Sedang dicarikan," kata Minki dan meletakkan ponselnya di atas meja.

"Terima kasih Minki!" seru Seungcheol senang.

Minki mengangguk.

Tak sampai setengah jam, sebuah chat yang berisi lowongan pekerjaan masuk ke ponsel Minki. Minki membacanya sekilas lalu bertanya, "Jadi asisten rumah tangga mau? Sepertinya yang membutuhkan orang konglomerat. Tapi di Seoul."

"Hm…" Seungcheol tampak berpikir. "Bagaimana menurutmu?"

"Sepertinya tidak terlalu berat. Ya tidak apa-apa kalau kau mau mencoba."

Seungcheol mengangguk paham. "Biar aku pikirkan. Tolong kirimkan aku nomor teleponnya."

Minki mengangguk dan memforward chat dari Youngmin.

.

Akhirnya pagi-pagi buta, Seungcheol berangkat ke Seoul dengan kereta ekspress dari Daegu. Sekarang ia sudah berada di depan sebuah rumah mewah dengan cat dominan putih dan memandanginya dengan tatapan kagum. Setelah puas mengagumi arsitektur rumah itu, ia menekan bel. Beberapa saat kemudian Seungcheol dapat mendengar suara dari intercom.

"Cari siapa?"

"Annyeonghaseyo, Choi Seungcheol imnida. Kemarin aku diberi tahu oleh temanku kalau pemilik rumah ini membutuhkan asisten rumah tangga dan hari ini aku dipanggil untuk melakukan interview."

"Tunggu sebentar."

Tak lama kemudian, pagar rumah itu terbuka dan Seungcheol melangkahkan kakinya ke dalam rumah itu. Setelah sang suara dari intercom yang ternyata satpam melapor pada nyonya rumah, Seungcheol diizinkan masuk dan ia menunggu di ruang tamu.

"Seungcheol-ssi, benar?" tanya sebuah suara dari arah tangga.

Seungcheol menoleh. Ia berdiri lalu membungkukkan badannya. "Annyeonghaseyo, Choi Seungcheol imnida. Bangapseumnida," kata Seungcheol sambil membungkukkan badannya lagi.

Perempuan paruh baya itu mendudukkan diri di depan Seungcheol dan tersenyum. "Aku Nyonya Jang. Salam kenal. Kau ingin melamar menjadi asisten rumah tangga di sini, benar?"

Seungcheol mengangguk.

Tak lama kemudian, suara gaduh dari tangga terdengar. Seungcheol menoleh dan mendapati tiga pria muda tampan menuruni tangga dengan ribut. Lalu ketiga pemuda itu duduk di depan Seungcheol.

Nyonya Jang tersenyum. "Perkenalan. Ini Jang Doyoon, anak pertamaku. Lalu ini Jang Mingyu, anak keduaku. Dan ini keponakanku, Yoon Jeonghan."

Seungcheol tersenyum dan memperkenalkan dirinya kepada ketiga pemuda itu.

Doyoon yang duduk menyilangkan tangan di depan dada dan menyilangkan kakinya menatap Seungcheol dengan ekspresi angkuh dan datar. Sementara Mingyu mengulas senyum hingga gigi taringnya yang lucu itu tampak, sedangkan Jeonghan tersenyum kepada Seungcheol, Seungcheol lebih menganggapnya sebagai seringai daripada senyuman. Ia jadi tersenyum kikuk.

"Berapa umurmu, Seungcheol-ssi?" tanya Nyonya Jang.

"25 tahun, Nyonya."

"Oh seumuran dengan Doyoon dan Jeonghan ternyata. Asalmu dari Daegu?"

Seungcheol mengangguk lagi.

"Pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga?"

Seungcheol menggeleng.

Nyonya Jang tersenyum. "Baiklah, tugasmu cuma mengurus kedua anakku dan keponakanku. Kau bisa meminta bantuan kepala pelayan jika mengalami kesulitan. Setelah ini aku akan mengantarmu untuk berkeliling."

Seungcheol mengangguk patuh.

"Oh ya Seungcheol, apa sudah punya pacar?" tanya Nyonya Jang.

Seungcheol menggeleng.

Nyonya Jang tersenyum. "Doyoon juga masih single kok," katanya sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Doyoon.

"Eomma!" protes Doyoon.

Seungcheol cuma tersenyum salah tingkah dengan wajah memerah. Nyonya Jang kok tahu saja sih kalau Doyoon itu tipe lelaki idaman Seungcheol.

Nyonya Jang tersenyum lalu mengacak rambut Doyoon. "Kalau Doyoon tidak mau, Mingyu juga masih single 'kan?"

Mingyu tertawa pelan dan mengangguk.

"Oke, kalian boleh bubar," kata Nyonya Jang.

Doyoon, Mingyu dan Jeonghan kembali ke lantai dua untuk melanjutkan aktivitasnya sementara Nyonya Jang mengajak Seungcheol untuk mengelilingi rumahnya dan memberi tahu gadis itu tentang tugasnya.

.

"Minkiii!" seru Seungcheol heboh saat teleponnya tersambung.

"Berisik, Choi."

Seungcheol terkekeh.

"Bagaimana? Sepertinya kau senang."

Seungcheol mengangguk dengan semangat. "Rumah Nyonya Jang besar dan mewah. Lalu…" ujar Seungcheol dan sengaja menggantung kalimatnya.

"Lalu?"

"Ada tiga pria tampan di sini." Seungcheol terkikik.

"Oh ya? Terus?" tanya Minki yang mulai tertarik dengan cerita Seungcheol.

"Terus yang pertama namanya Jang Doyoon. Tipeku sekali astaga! Bahkan Nyonya Jang seperti memberi kode."

"Wah bagus dong."

Seungcheol menghela napas. "Tapi dia tampak tak bersahabat dan sepertinya tidak menyukaiku."

"Ya masih ada dua pangeran kok kalau kau tidak dapat yang pertama," kata Minki sambil tertawa.

Seungcheol ikut tertawa. "Yang kedua namanya Jang Mingyu, adiknya Doyoon. Tampan, tinggi, dan sepertinya baik hati."

"Terus yang ketiga?"

"Yoon Jeonghan, sepupunya Doyoon dan Mingyu."

Setelah bercerita panjang lebar tentang keadaan rumah Nyonya Jang kepada Minki akhirnya mereka berdua mengakhiri telepon mereka dan memutuskan untuk tidur.

.

Keesokan harinya, Seungcheol bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Lalu ia mandi, membereskan kamarnya dan pergi ke ruang kepala pelayan untuk membantu Nyonya Kang. Nyonya Kang adalah seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai kepala pelayan yang mengurusi keluarga Jang sejak Doyoon masih ada di kandungan ibunya.

"Jadi ini makanan kesukaan Tuan Muda Doyoon, dan ini makanan kesukaan Tuan Muda Mingyu. Lalu yang itu favoritnya Tuan Muda Jeonghan," jelas Nyonya Kang.

Seungcheol mengangguk paham. "Makanan favoritnya Nyonya Jang tidak ada?"

Nyonya Kang tertawa pelan. "Beliau sudah pergi pagi-pagi sekali. Dan beliau jarang ada di rumah. Jadi rumah ini hanya ditinggali tiga Tuan Muda dan para pelayan."

"Oh, begitu."

"Bisa tolong bangunkan para Tuan Muda Seungcheol-ah?" pinta Nyonya Kang.

Seungcheol mengangguk dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu dan menaiki lantai dua. Setibanya di lantai dua, Seungcheol memekik ketika ia hampir saja bertabrakan dengan Doyoon.

Doyoon yang sedang mengucek matanya berkata dengan dingin. "Kalau jalan pakai juga matamu, jangan cuma kaki."

Astaga, tampan-tampan kok galak sih. Seungcheol menarik kata-katanya kembali kalau Doyoon itu tipe idamannya.

Seungcheol membungkukkan badannya dan mengucapkan maaf. Setelah Doyoon meninggalkannya barulah ia melanjutkan langkahnya dan berpapasan dengan Mingyu.

"Pagi noona," sapa Mingyu.

"Pagi," balas Seungcheol sambil tersenyum.

"Membangunkan Jeonghan-hyung?"

Seungcheol mengangguk.

Mingyu tersenyum. "Good luck!" katanya lalu menahan tawanya dan turun ke lantai satu.

Seungcheol memasang tampang bingung, apa maksudnya dengan good luck? Ia cuma mengangkat bahunya dan melanjutkan perjalanannya menuju kamar Jeonghan. Sesampainya di depan pintu kamar Jeonghan, ia mengetuk pintu kamar itu sebanyak tiga kali.

"Permisi~ aku masuk ya," izin Seungcheol sambil menyembulkan kepalanya. Lalu ia melihat ke arah tempat tidur yang ada gundukan bed cover putih yang mungkin melapisi tubuh Jeonghan.

Seungcheol mendekatinya lalu mengguncang pelan tubuh Jeonghan. "Jeonghan-ssi, sudah pagi. Ayo sarapan."

Jeonghan mengerang lalu menarik Seungcheol dan memeluknya. "Eung~ lima menit lagi, Jisoo-ya."

Astaga, astaga, astaga! Seungcheol cuma bisa panik dengan wajah memerah di dalam dekapan Jeonghan. Jadi, apakah ini yang dimaksud Mingyu dengan good luck?

"J-J-J-Jeonghan-ssi. Aku Seungcheol, bukan Jisoo."

Jeonghan makin mengeratkan pelukannya. "Berisik Soo~ aku masih ngantuk~"

Seungcheol berdoa dalam hati, semoga mencubit majikannya tidak membuat gajinya dipotong. Lalu ia mencubit pinggang Jeonghan.

"Aw!" erang Jeonghan hingga ia mengendurkan dekapannya.

Seungcheol mendorong Jeonghan kemudian berdiri dan menyibak bed cover yang menutupi tubuh Jeonghan. "Selamat pagi Tuan Muda Yoon Jeonghan! Segeralah bangun karena kalian akan sarapan!" serunya heboh.

Jeonghan membuka matanya perlahan dan menatap Seungcheol. Lalu ia menutup matanya lagi.

Seungcheol mendengus lalu menarik Jeonghan agar terduduk. "Jeonghan-ssi ayo sarapan," katanya lalu menarik Jeonghan agar berdiri dari tempat tidurnya. Tapi bukannya berhasil menarik Jeonghan malah ia yang ditarik oleh pemuda itu sehingga ia terduduk di hadapan Jeonghan. Lalu pemuda bermarga Yoon itu meletakkan dagunya pada bahu Seungcheol dengan mata terpejam dan memeluk pinggangnya. Wajah Choi Seungcheol memerah lagi karena Yoon Jeonghan.

"Lima menit~"

Kali ini Seungcheol berdoa, semoga menjambak Tuan Mudanya tidak membuat gajinya dipotong. Lalu ia mendorong Jeonghan dan menjambak rambut pirang lelaki itu.

Jeonghan mengaduh dan menarik tangan Seungcheol dari kepalanya. "Astaga cantik, kasar sekali sih."

"Kau sengaja!" seru Seungcheol dengan wajah memerah menahan malu dan amarah.

Jeonghan menatap Seungcheol dengan tatapan inosen. "Memang aku melakukan apa?"

Seungcheol menghentakkan kaki dengan kesal. "Cepat turun dan sarapan!" serunya lalu meninggalkan kamar Jeonghan. Jeonghan terkekeh, puas bisa menggoda Seungcheol pagi-pagi.

.

Setelah sarapan, ketiga Tuan Muda itu kembali ke kamarnya lalu tak lama kemudian Mingyu turun ke lantai satu dengan tas kerja di tangan kiri dan dasi di tangan kanan. Disusul Jeonghan yang membawa snack di tangan lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

"Seungcheol-noona," panggil Mingyu dari ruang tamu.

"Ya?" balas Seungcheol dari arah dapur dan menghampiri Mingyu.

"Tolong pakaikan dasi dong," pinta Mingyu sambil menyerahkan dasi kepada Seungcheol.

Seungcheol mengambil dasi itu lalu mengangkat kerah kemeja Mingyu. Ia melingkarkan dasi di sana lalu mulai membuat simpulnya.

Mingyu menatap Seungcheol dengan pandangan intens lalu membenarkan rambut Seungcheol yang sebenarnya tampak baik-baik saja. "Berantakan," ujar Mingyu lalu tersenyum dan menatap Seungcheol.

Seungcheol jadi salah tingkah dan wajahnya memerah. Ia gagal fokus membuat simpul dasi hingga mengulanginya berkali-kali.

"Sini noona, aku ajarkan kalau tidak bisa membuat simpul dasi," kata Mingyu dan mulai menuntun tangan Seungcheol untuk membuat simpul dasi. Tangan Seungcheol mengikuti pergerakan tangan Mingyu dan ia bingung harus melihat ke mana.

Jeonghan yang sejak tadi melihat pemandangan itu berusaha menahan tawanya.

"S-sudah 'kan?" tanya Seungcheol tanpa menatap Mingyu.

"Sudah~"

"Tanganmu…" cicit Seungcheol.

Mingyu tersenyum, lalu mengangkat tangan Seungcheol dan mengecupnya. "Terima kasih, noona."

Seungcheol langsung menarik tangannya dan berjalan cepat meninggalkan ruang tamu.

Setelah Seungcheol menghilang dari pandangan, Jeonghan tidak dapat menahan tawanya lagi dan ia tertawa terpingkal-pingkal. Mingyu juga ikut tertawa lalu ia berhigh five ria dengan Jeonghan.

.

TBC?

.

Saya tahu ini nista kok, saudara-saudara. Tapi maaf, saya lagi emesh pake banget sama ayah yang semakin hari terlihat semakin uke :')

Kritik dan saran? Tidak terima protes di kolom review atas GS!Cheol x'D terima kasih, kalau ada yang menyempatkan diri untuk mampir~