Heart Feeling
Tittle : Heart Felling
Author : Se11y4
Genre : Yaoi, Romance
Leght : Twoshot
Cast :
Kuroko Tetsuya
Akashi Seijuro
Kise Ryota
Midorima Shintarou
Aomine Daiki
Murasakibara Atsushi
Shigehiro Ogiwara
Happy Reading ^^
"Aku mencoba membuka mata saat sepintas cahaya masuk ke dalam kamarku, jendela yang aku tutup tak sanggup mencegah cahaya itu masuk melalui cela kecil yang selalu aku coba untuk menutupnya dengan berbagai cara" Kuroko Tetsuya, 17 tahun dan masih duduk di kelas 2 SMA. Hobi membaca novel dan bermain basket. Dan saat ini Kuroko berstatus Tunangan Akashi Seijuro. Kuroko terbangun dari tidurnya dan meraih jam beker yang berada di samping tempat tidurnya. Mata biru Kuroko menatap jarum jam beker yang akan menuju angka dua belas.
"Aku bangun terlebih dahulu sebelum jam bekerku berbunyi, Lalu apa yang harus aku lakukan sepagi ini?" Kuroko masih memegang dan menatap jam kecil berbetuk kepala kelinci berwarna putih itu. Dalam suasana yang sunyi dan setenang ini Kuroko mendengar jelas detik jam beker yang saat ini jarum panjangnya masih di angka tujuh. Merasa hal yang di lakukan itu sia-sia Kuroko turun dari tempat tidurnya lalu menuju kamar mandi.
"Akashi Seijuro kah? Mereka memutuskan begitu saja hal yang tidak aku ketahui. Sebuah pertunangan? Iya, saat itu pertama kali aku bertemu denganya. Dan aku mendapatkan apartemen baru yang bersebelahan dengan apartementnya. Setiap pagi dia akan masuk ke dalam apartementku dan memintaku untuk berangkat sekolah bersamanya. Tidak, itu bukan keinginanya tapi keinginan keluarganya dan tentunya juga keluargaku"Kuroko memejamkan matanya dan membiarkan percikan air yang semakin deras itu memasahi tubuhnya. Setelah beberapa menit Kuroko berada di dalam, dia keluar dengan memakai kemeja putih dan melihat tinggal beberapa detik lagi jam bekernya akan berbunyi.
Kkkrrriiiingggggg!
Kuroko berjalan lalu mematikan jam beker itu, dia mengambil jas seragam sekolahnya di dalam lemari sambil keluar dari kamar yang berukuran cukup besar untuk di tinggali seorang diri. Kuroko melihat ruang makan yang bersih dan juga rapi. Dia berjalan menuju kulkas dan mengambil selai dan roti, sebelum dia duduk dan menikmati makanan paginya Kuroko memanggang roti yang saat ini dia pegang.
Klik!
Roti yang Kuroko panggang akhirnya matang juga, Kuroko mengambil dua buah roti tawar yang kini berubah warna menjadi kecoklatan . Setelah Kuroko mengambilnya dia mengoleskan selai Vanila kesukaanya di atas salah satu roti yang akan dia makan. Merasa sudah cukup dia menambah satu tumpukan roti hingga Vanila yang ada di atas salah satu roti itu tertutup. Kuroko melirik jam dinding yang ada di atas tepat di depanya"Biasanya dia akan datang dan mengajaku berangkat sekolah, aku dulu bertanya. Kenapa sepagi ini dan dia menjawab agar muda mengendarai mobilnya tanpa harus memikirkan jalanan yang ramai. Tapi, kenapa dia belum datang"
Kuroko keluar Apartemenya yang bertuliskan 201 di depan pintunya sedangkan di sebelah Kuroko, tepatnya Apartemen Akashi bertuliskan 200. Kuroko melihat pintu apartemen Akashi masih tertutup dia menghela nafas ragu saat mencoba membuka pintunya. Kuroko dan Akashi sama-sama punya kunci untuk membuka kedua Apartemen yang di tinggali sepasang tunangan baru itu.
"Akhirnya aku masuk ke dalam Apartemenya"Kuroko berjalan masuk setelah memberanikan diri untuk membuka Apartemen Akashi. Mata Kuroko menjelajahi Aparteme yang baru dua kali ini dia hampiri. Dulu pertama kali mereka meresmikan pertunangan dan sekarang mereka yang sudah berstatus sebagai tunangan.
"Akashi-Kun!"Panggil Kuroko sambil terus masuk ke dalam ruangan dengan barang-barang yang cukup mewah untuk Kuroko"Tidak ada, kemana dia pergi? Apa masih di dalam kamar? Tidak mungkin aku kesana. Baiklah aku akan mengirim pesan saja padanya"Kuroko mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya lalu menuliskan pesan untuk Akashi yang berisi agar Akashi tidak menjemputnya ke Apartemen Kuroko karena Kuroko berangkat lebih dulu.
Kuroko memasukan ponselnya ke dalam tas dan mengakhiri penantianya. Dia berjalan menuju pintu dan tanpa dia tahu Akashi membuka pintu Apartemenya dari luar. Mereka berdua terkejut. Kuroko melihat Akashi masih memakasi baju seperti biasa yang di tutup jaket tebal berbulu warna hitam.
"Apa yang kau lakukan di sini, Tetsuya?"Tanya Akashi sambil menutup pintu
"Aku hanya heran. Akashi-Kun belum menjemputku. Jadi, aku datang kemari"Jawab sopan Kuroko. Tapi, entah kenapa Akashi menarik tangan Kuroko dan menyandarkan tubuh Kuroko yang kecil itu ketembok. Sedangkan tangan kanan Akashi mencengkram dan meninding kasar pergelangan tangan kanan kiri Kuroko. Mata Kuroko melebar saat dia mendapat perlakukan berbeda dari Akashi pagi ini.
"Akashi-Kun..."
"Cukup Tetsuya! Jangan kau melanjutkan peranmu sebagai tunanganku"
"Apa yang Akashi-Kun katakan? Aku tidak mengerti"
"Apa kau benar-benar setuju dengan pertunangan ini?"
"..."
"Ah, salah aku mengatakan ini padamu karena aku juga menyetujui pertunangan ini" Akashi melepaskan tanganya dari pergelangan Kuroko yang kini sedikit berbekas merah. Kuroko memeganganya tanpa mengatakan rasa sakit yang kini dia rasakan"Aku akan ganti baju tunggulah sebentar"Akashi berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan pertanyaan besar pada sosok Tetsuya yang Akashi panggil.
"Apa yang dia tanya barusan? Dan..."Kuroko melihat pergelangan tanganya yang memerah"Sakit, dia mencengkramku dan seakan ingin mengatakan hentikan pertunangan ini bukan hentikan perananku"
"Ayo, berangkat"Akashi bersikap seakan tidak terjadi apapun pada mereka, begitu pula Kuroko dia mengatakan apa yang Akashi ucapkan padanya. Berangkat sekolah bersama Akashi memang rutinitas utama Kuroko begitu pula ketika pulang sekolah. Seperti sebuah sekenario yang harus mereka mainakan. Jika tidak mengikuti sekenario itu mereka akan berhenti jadi seorang pemeran utama.
Teikou Koukou, 06 : 45 AM
Setelah Akashi memarkir mobilnya dia dan Kuroko berjalan menuju ke dalam kelas mereka yang juga sama. Tapi, dalam perjalanan di mobil dan perjalanan menuju ke dalam kelas kedua orang ini hanya bisa diam dan tidak membicarkan apapun. Mungkin karena kepribadian mereka yang hampir sama sampai rasa canggung pun tidak ada pada mereka.
"Ohayo, Kurokocchi"Seorang Pria berambut pirang, Kise Ryouta. Adalah salah satu teman sekelas Kuroko dan Akashi"Ohayo Akashicchi"Dia sangat periang dan juga ceria dia akan memanggil teman akrabnya dengan nama tambahan seperti Kurokocchi dan Akashicchi.
"Ohayo"Jawab Akashi lalu berjalan masuk ke dalam kelas
"Ohayo Kise-kun"Jawab Kuroko sambil tersenyum pada Kise. Kise merangkul Kuroko hingga masuk ke dalam kelas. Bahkan Kise juga duduk di depan Kuroko dan sering menghabiskan waktu mengobrol bersama Kuroko.
"Kurokocchi, kenapa tanganmu?"Kise melihat pergelangan tangan Kuroko yang membekas merah karena genggaman tangan Akashi yang terlalu kuat.
"Ah, ini hanya tadi aku bermain dengan tali. Hingga akhirnya merah seperti ini"Jawab pura-pura Kuroko mendapat lirikan dari Akashi yang duduk di samping meja Kuroko. Akashi melihat pergelangan tangan Kuroko yang saat ini terlihat jelas karena ulahnya.
"Jangan lakukan hal yang berbahaya Kurokocchi"
"Hai, gomen"
"Ah, kawaiiiii 3..."Kise memang sangat akrab dengan Kuroko bahkan dengan muda dia mengatakan kuroko imut, manis dan juga lembut.
"Kise! Apa yang kau lakukan di sini huh?"
"Aominecchi"
"Jangen memasang wajah bodohmu itu!"
"Kenapa kau mengatakan aku bodoh! Kau yang bodoh!"
"Kau yang bodoh! Kau yang mengatakan akan bertanding basket pagi ini aku menunggumu dan kau...bersama Tetsu!"
"Ah...hahahahaha Gomen Gomen Aominecchi. Aku lupa"Sambil trsenyum
"Sekali lagi kita bertanding dan kau kalah. Aku akan membunuhmu, Kise!"
"! Uwah... dia marah"Batin Kise
"Aomine-Kun dan Kise-kun selalu bertengkar dimana pun mereka berada aku ingat saat dulu kami mengadakan camping mereka selalu beradu argumen dan saling menyalahkan, jika saja aku bisa melakukan itu"Kuroko melihat kearah Akashi yang fokus membaca buku pelajaraan pertama. Yah, Akashi memang murid yang teladan dan juga pintar, dia selalu menempati peringkat pertama dalam beberapa hal seperti basket,pelajaran dan juga music bahkan Shougi permainan kesukaanya.
"Hentikan pertengkaran bodoh kalian!"Kise dan Aomine yang semula memang merencanakan untuk melanjutkan pertengkaran itu di cegah salah satu ketua kelas mereka. Midorima Shintarou. Siswa lain selalu menjulukinya Tsundere karena sifatnya yang susah di dekati orang lain.
"Ohayo, Kurochin"Sapa pria bertubuh tinggi yang berjalan melewati Kuroko sambil menguap.
"Ohayo Murasakibara-Kun"Murasakibara Atsushi. Dia orang yang sangat susah untuk di ajak pergi bersama kecuali dengan imbalaan makan. Karena, dia orang yang malas dan tidak peduli dengan kejadian di sekitarnya. Murasakibara duduk di belakang Kuroko sedangkan Midorima duduk di belakang Akashi dan Aomine duduk di depan Akashi.
"Setiap kali aku melihat mereka aku ingin mengatakan kalau aku senang bisa mengenal kalian dan ingin belajar bagaimana mengungkapkan sesuatu dengan cara yang mudah sampai sekarang aku masih ingat jelas, aku dan Akashi-Kun tidak pernah mengatakan bahwa kita saling menyukai"
Classroom 2-1, 10 : 00 AM
"Akhirnya selesai juga, ujian kali ini aku susah untuk berpikir"Kise mulai mengeluh sambil menidurkan kepalanya di meja.
"Karena otakmu bodoh, Kise!"Ejek Aomine.
"APA? Aominecchi! Siapa yang mendapatkan nilai 30 di pelajaran bahasa ha?"
"JANGAN UNGKIT HAL ITU BODOH! Ini pelajaran sains jangan samakan dengan pelajaran bahasa"
"Itu sama saja Aomine"Midorima menengahi merek sambil berjalan membawa buku yang akan dia kembalikan ke perpustakaan.
"HA?"Aomine bingung.
"Kisimpulanya Otak kalian sama!"Jawab yang tepat dari Midorima.
"_ USO!"Kesimpulan yang mereka dengar membuat keduanya kompak mengeluarkan pendapat ketidak setujuan.
"Kuro-Chin, apa kau mau kekantin?"Tanya Muraskibara berjalan menuju kursi Kuroko
"Gomen Muraskibara-Kun aku akan keperpustakaan mengembalikan buku"
"Baiklah, aku akan pergi ke kantin sendiri"Dengan nada suara yang malas, Murakibara berjalan menuju kantin yang membuatnya kembali bersemangat. Kuroko mengambil beberapa buku yang akan dia kembalikan ke perpustakaan lalu berjalan keluar kelas. Akashi melihat Kuroko dan berdiri dari duduknya.
Perpustakaan Teikou
Kuroko melihat beberapa buku yang akan dia pinjam lagi hari ini"Buku apa yang akan aku pinjam? Jika hanya buku pelajaran saja dirumah sudah lebih dari cukup"Mata Kuroko tertuju pada sebuah buku yang judulnya tertera di samping buku itu 'Bagaimana cara mengerti perasanmu dan orang lain'Kuroko mengambil buku itu dan membuka beberapa lembar halaman depan. Kuroko tersenyum.
"Tetsuya!"Suara Akashi membuat Kuroko menoleh kearah sumber suara.
"Akashi-Kun"Kuroko berjalan kearah Akashi"Ada apa? Akashi-Kun mencariku?"Tanya Kuroko melihat Akashi mengarahkan pandanganya pada Kuroko. Tanpa menjawab Akashi menarik tangan Kuroko dan menuju tempat yang jarang di masuki siswa yang datang ke perpustakaan itu.
"Akashi-Kun? Ada apa?"Tanya Kuroko saat dia bersandar di dinding tepat di depan Akashi.
"Apa selama ini aku menyakitimu? Menganggumu atau membuatmu susah?"
"Akashi-kun apa yang sebenarnya yang ingin kau katakan? Dari tadi pagi sikapmu aneh"
"Jika kau merasa begitu hentikan semua ini, Tetsuya!"Kuroko melebarkan matanya heran. Apa yang sebenarnya Akashi inginkan dari Kuroko.
"Aku tidak mengerti"Jawab Kuroko sambil menundukan kepalanya.
"Bagaimana perasaanmu terhadapaku?"Pertanyaan Akashi tiba-tiba membuat Kuroko mendongakan kepalanya hingga kini wajah mereka tinggal beberapa centi lagi untuk saling bertemu.
"Aku tidak tau"
"Kau harus mencari tau"
"Bahkan aku tidak tau bagaimana caranya"
"Aku akan memberitahumu"Akashi menarik dagu Kuroko dan mencium bibir Kuroko. Kuroko semakin melebarkan matanya heran. Tanganya yang mencoba mencegah kejadian itu kini di cengkram erat oleh tangan Akashi. Kuroko berusah melepas ciuman itu hingga mendorong Akashi menjauh darinya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Jika kau tau perasaanmu dari ciuman itu, beri tahu aku"Akashi meninggalkan Kuroko begitu saja. Wajah Kuroko memerah, dada Kuroko terasa sesak. Saat ciuman tadi Akashi tidak memberikan ruangan yang cukup untuk bernafas, walaupun hanya sebentar tapi, ada rasa sakit di dada Kuroko saat ini. Tanpa terasa air mata Kuroko menetes begitu saja"Aku tau aku tidak mengatakan cinta padamu bahkan aku tidak menolak pertunangan ini, bukankah kau juga melakukan hal yang sama? tapi, kenapa kau memperlakukan aku seperti ini? "
Akashi yang kembali ke dalam kelas terdiam sambil meenutup matanya berpikir apa yang dia lakukan baru saja benar atau salah"Apa yang aku lakukan? Setidaknya dengan cara ini aku bisa tau bagaimana perasaanya terhadapku"Akashi membuka matanya lalu memfokuskan diri untuk menerima pelajaran selanjutnya.
Bel pelajaran berakhir tepat pukul tiga sore, semua murid bersiap untuk pulang termasuk Akashi dan Kuroko, mereka meninggalkan kelas begitu saja tanpa menyapa atau berbicara. Akashi yang menuju tempat parkir melihat Kuroko berjalan keluar gerbang tanpa menghampirinya kemudian ponsel Akashi berbunyi sebuah pesan dari Kuroko dia terima.
To : Akashi-Kun
Gomen, Akashi-Kun aku akan pulang naik kereta
Akashi-kun tidak perlu menungguku
Aku juga akan keprpustakaan
From : Tetsuya Kuroko
Akashi mencoba membalas pesan Kuroko tapi, dia menghapusnya lalu Akashi masuk ke dalam mobil dan melempar tasnya ke jok belakang mobilnya. Akashi menyandarkan kepalanya di kursi smabil memejamkan matanya.
"Untuk apa pertunangan ini terjadi lagi?"Seorang wanita bertanya pada laki-laki setengah baya yang duduk di depanya.
"Ini demi AKashi"Jawab laki-laki itu singkat.
"Tapi, apa perlu kita melakukan ini? Mereka adalah teman sekolah dan juga sekelas"
"Aku tau, tapi bagaimana lagi yang setuju dengan perjodohan ini hanya keluarga Kuroko. Kau taukan Akashi berubah sejak pernikahanya gagal dengan Ana. Dia bukan Akashi yang dulu. Bahkan semua wanita yang di jodohkan denganya di tolak mereka mengatakan tingkah Akashi sangat jahat dan kejam. Dan hampir semua keluarga tidak mau berbesan dengan kita. Kematian Ana membuat dia jadi orang yang jauh berbeda dari yang kita kenal"Penjelasan laki-laki itu membuat Wanita di hadapanya menangis.
"Tapi, kenapa dengan sesama pria? Akashi itu normal"
"Aku tau, tapi dia bukan Akashi Seijuro yang dulu. Walaupun dia tidak bisa seperti dulu aku ingin dia merasakan ada orang lain yang mencintainya. Bukan hanya Ana"Laki-laki itu mendekati wanita yang tidak lain adalah istrinya membiarkan tangaisan keras itu meredam di dalam pelukanya. Tanpa mereka sadar Akashi dari jauh mendengar semua yang mereka katakan.
Akashi langsung membuka matanya lebar saat sebuah ingatan terlintas di kepalanya. Dengan wajah yang berkeringat cukup banyak Akashi mencoba menyetir mobilnya dan pergi dari halam sekolah.
Sedangkan di dalam kereta api Kuroko hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang begitu bingung bagaimana menjawab pertanyaan Akashi. Dalam kepalanya kini hanya tanda tanya besar yang terlintas untuk perlakukan Akashi"Apa yang akan aku katakan saat aku bertemu denganya? Waktu yang dia berikan untukku terasa sangat singkat. Aku tidak bisa berpikir apapun sekarang"Kuroko menghela nafas panjang saat mendengar Kereta api yang dia naiki akan berhenti. Kuroko melangkah ragu keluar dari kereta, dia ingin sekali pergi jauh dari Akashi untuk saat ini. Kuroko duduk di salah satu tempat duduk yang masih berada di stasiun. Kuroko memejamkan matanya lama sambil menundukan kepalanya"Kepalaku terasa sangat berat, perutku sakit dan mual. Ah, kenapa aku jadi stress seperti ini?"Kuroko memegang perutnya dan melihat orang yang berjalan melewatinya. Sekali lagi Kuroko menundukan kepalanya yang terasa berat sambil menutup matanya.
"Gomen"
Kuroko membuka matanya cepat dengan posisi masih menunduk. Kuroko mencoba mengingat suara yang saat ini terdengar jelas di depanya"Akashi-Kun"Tebak Kuroko dalam hati, dia mendongak kan kepalanya dan melihat Akashi berdiri tepat di hadapanya.
"Gomen, Tetsuya. Aku memaksamu dan juga bertanya hal yang sulit kau jawab. Gomen"
"Iie, Akashi-Kun"Kuroko berdiri"Aku yang seharusnya minta maaf tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Gomen"Mereka saling meminta maaf tanpa tau bagaimana sebenarnya perasaan yang mereka miliki saat ini.
"Kalau begitu ayo kita pulang"
"Hm"Kuroko mengangguk dan berjalan di belakang Akashi"Saat ini aku memang belum tau bagaimana perasaanku padamu tapi, aku akan terus mencari taunya tapi, aku juga ingin tau bagaimana perasaanmu padaku, Akashi-kun"
Sesampainya di Apartement Kuroko langsung membaringkan tubuhnya di sofa. Dia merasa matanya panas dan pengelihatnya berkunang-kunang"Setidaknya aku ingin tidur sebentar"Kuroko memejamkan matanya dengan masih memakai baju seragam membiarkan dirinya tenang di dalam tidur lelapnya. Hari ini cukup berat untuk Kuroko tapi, melihat Akashi yang kemudian mendatanginya dan meminta maaf membuat sedikit perasaan cemas Kuroko hilang.
Beberapa jam Kuroko memejamkan mata dan bahkan dia tertidur di sofa, saat dia mulai terbangun dia merasa ada seseorang di sampingnya dan Kuroko juga merasakan ada tangan yang hangat memegang dahinya. Kuroko perlahan membuka mata dan melihat siapa yang datang keapartemenya.
"Kau sudah bangun?"
"Akashi-Kun?"Kuroko langsung duduk karena kaget.
"Gomen, aku membangunkanmu. Kau tidak apa-apa?"
"Huh?"
"Tubuhmu hangat, kau demam"Kuroko semakin melebarkan matanya karena kalimat Akashi"Tubuhku?"Pikir Kuroko bingung.
"Ah, benarkah? Aku tidak tau. Aku baik-baik saja setelah minum obat aku akan lebih baik. Arigatou Akashi-Kun, Hm, ada apa kau datang kemari malam-malam?"Tanya Kuroko. Akashi memperlihatkan tas keresek besar yang dia bawa"Apa itu?"Tanya Kuroko.
"Tadi, sebelum kau datang Ibumu bermaksud untuk memberikan ini padamu. Tapi, aku yang menerimanya karena kau tidak ada. Ini bahan makanan. Dia bilang tidak bisa memasakanmu hari ini jadi, biar aku saja yang melakukanya"Belum mendapat jawaban dari Kuroko, Akashi membawa bahan-bahan itu ke dapur dan mulai memasak. Kuroko yang sudah mengganti baju menuju Akashi dan melihat betapa pintarnya Akashi mengolah makanan.
"Wahh...Akashi-Kun pandai memasak?"Tanya Kuroko.
"Tidak juga, ini hanya masakan sederhana"Jawab Akashi sambil memotong beberapa sayuran"Bagaimana denganmu? Apa kau tidak bisa memasak?"
"Bisa, aku bisa memasak air dan..."
"Jangan teruskan!"
"Uwah, baunya harum. Aku ingin mencicipinya"Kuroko mencium baru harum dari masakan Akashi yang baru saja matang. Akashi menaruhnya di atas piring dan menaburkan beberapa sayuran mentah yang tadi dia potong.
"Ambilkan mangkuk di bawah"Perintah Akashi , Kuroko mengambil mangkuk yang Akashi bilang padanya dan memilih beberapa mangkuk yang ada di bawah.
"Ini mangkuknya"Kuroko meletaknya di samping piring yang berisi makanan.
"Baiklah, ini akan selesai. Taruh sayuran di mangkuk ini"Akashi terlihat begitu menikmati apa yang dia lakukan. Sedangkan Kuroko tersenyum dan ingin segera mencicipinya.
"Aku ingin mencicipinya"Kuroko mengambil Sendok yang ada di samping Akashi, letak yang cukup jauh darinya hingga Kuroko berusaha untuk meraihnya. Sampai akhirnya...
Bruak!
Mereka terjatuh karena tangan pendek Kuroko tidak bisa menggapai sendok yang ada di sudut yang berlawanan darinya..
"Itaii!"Keluah Kuroko merasa kakinya sakit. Kuroko membuka mata dan menyadarkan dirinya dimana sekarang. Dia melihat tepat di bawahnya ada Akashi. Kuroo terkejut dan mencoba untuk berdiri tapi tangan Akashi menarik tubuh Kuroko hingga mereka berciuman untuk kedua kalinya. Kuroko melebarkan matanya kaget sedangkan Akashi memejamkan matanya, tapi perlahan Kuroko merasakan hal aneh pada dirinya mata bulat yang semula terbuka lebar kini perlahan tertutup erat seakan menikmati apa yang mereka lakukan.
"Sudah ku duga demammu tinggi"Akashi melepas ciumanya.
"Hah?"
"Demammu tinggi, berdirilah. Segera makan dan minum obat sampai kapan kau terus di atasku?"
"HAH?!"Kuroko berdiri dan terlihat menunjukan wajah yang merah karena malu dan juga situasi yang kali ini membuat tubuhnya demam tinggi. Akashi membawa makanan yang dia masak dan mencoba bertindak seperti sedia kala dan lupa yang yang baru saja terjadi padanya. Kuroko duduk dan membiarkan Akashi menyediakan makanan untuknya.
"Aku akan mengambil obat di apartemenku, makanlah"
"Hm, Arigataou Gozaimasu Akashi-kun"
"Tidak perlu sungkan"Akashi mengambil jasnya dan keluar dari Apartment Kuroko."Apa ini? dia melakukanya tapi kemudian dia seakan lupa pada yang terjadi barusan? Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Memperlakukan aku sebagai mainanya atau tunanganya? Akashi-kun apa maumu sebenarnya?"Kuroko mencoba memakan masakan Akashi dengan pikiran yang saat ini membuat dia bingung. Kuroko mendengar pintu Apartementnya kembali terbuka dia yakin Akashi datang dan akan memberikan dia obat.
"Ini, minumlah lalu istirahatlah"Akashi menaruh obat yang dia bawa di depan Kuroko.
"Kau mau kembali?"
"Hm, banyak yang harus aku kerjakan. Jika butuh sesuatu kau boleh menelponku"Akashi berjalan meninggalkan Kuroko dan obat yang baru saja dia ambil. Kuroko kemudian berdiri dan berlari kearah Akashi yang masih berjalan menuju pintu.
"Akashi-Kun!"Panggil Kuroko, Akashi menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Kuroko.
"Ada apa?"
"Apa kau menyukaiku?"
"..."
"Jika kau menyukaiku aku juga menyukaimu"
"Apa yang kau katakan?"
"Akashi-Kun memperlakukan aku begitu lembut hari ini, tapi tadi pagi kau membuat tanganku terasa sakit. Aku tidak mengerti apa yang kau lakukan padaku. Sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadapuku?"Akashi terdiam. Pertanyaan yang sama yang dia tanyakan pada Kuroko tadi. Dan kali ini Kuroko yang bertanya pada Akashi.
"Kau...mempermainkan aku?"Seperti biasa Akashi lebih memilih berterus terang.
"Iie"Jawab singkat Kuroko.
"Itu pertanyaanku untukmu, jadi jawablah dulu perasaanmu baru aku akan menjawab perasaanku"
"Tapi, itu juga pertanyaanku untukmu, Akashi-kun"
"Aku tau kau sedang sakit, Tetsuya. Selesaikan makanmu minum obat dan tidurlah. Saat ini pikiranku tidak normal. Aku pulang"Akashi meninggalkan Kuroko dengan perasaan yang juga membuatnya bingung. Di luar apartemet Kuroko, Akashi berdiri di depan pintu sambil mempertanyakan apa yang dia dengar barusan"Perasaanku terhadap Tetsuya? Pertanyaan apa ini? tapi, aku dan dia sama-sama tidak tau apa yang kita rasakan. Jika dia bertanya hal itu padaku... aku juga tidak bisa menjawabnya"
Teikou Koukou, 06 : 30
Di dalam kelas Akashi dan Kuroko sudah duduk rapi sambil membawa buku masing-masing yang mereka baca.
"Hacchiiiiii! Uhuk..."Akashi melirik Kuroko yang dari tadi batuk dan juga bersin. Tapi, Akashi diam saja dan terus membaca bukunya.
"Hacchi! Ah... aku tidak bisa konsentrasi"Ujar Kuroko menaruh bukunya.
"Pergilah ke UKS aku akan mengijinkanmu pada guru pelajaran pertama"
"Ini masih pelajaran pertama, aku baik-baik saja jangan khawatir"
"Aku bilang pergi ke UKS! Kau akan tambah parah, aku sudah bilang padamu jangan masuk sekolah hari ini. Kemarin aku harus memasakanmu dan apa aku juga harus merawatmu? Kau tinggal menurutiku!"Nada suara Akashi cukup membuat Kuroko terkejut. Pagi ini Mood Akashi sedang berbeda dari tadi malam. Kuroko diam dan menuruti apa yang Akashi katakan. Dia berjalan keluar kelas dan menuju ke UKS.
"Huft...Apa dia sebodoh itu tidak tau bagaimana keadaanya sendiri?"
"Ohayo, AKashicchi"
"Ohayo AKachin"
"Tetsu kemana?"Tanya Aomine duduk di depan Akashi.
"Ke UKS, dia sedang tidak enak badan"Jawab Akashi.
"Kurokocchi sakit? Wah, apa yang akan aku lakukan tanpa dia?"Kise mulai menggerutu.
"Cukup belajar saja untuk ujian besok! Aku tidak mau susah-susah mebalas pesan kertas kecilmu itu, Kise!"Midorima angkat bicara.
"Midorimacchi, sebagai teman kau harus membantuku"Kise memasang wajah sedihnya.
"Tidak untuk mencontek!"Tegas Midorima.
"Kisechin, aku mendapatkan nilai 85 saat pelajaran Matematika"Murasakibara angkat bicara.
"Aku tidak bicara dengan Muraskibaracchi"
"Tapi, aku bicara dengan Kisechin"
"Tapi, aku juga tidak bicara dengan Murasakibaracchi"
"Sudah ku bilang aku bicara dengann Kisechin"
"Aho kah, Kise! Kau membalas Murasakibara tentu saja kau biacra denganya"Protes Aomine.
"Oh, iya"
"Kisechin no Bakka!"
"Muraskibara Bakka!"
"Aku tidak mau bicara dengan Kisechin"
"Aku juga"
"Awas minta contekan"
"..."
Akashi yang mendengar keributan ini memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Ramai sekali dan begitu bising padahal dia cukup pagi datang tapi, ternyata teman-temanya juga datang pagi hingga membuat Akashi harus berusaha berkonsentrasi di dalam pembicaraan yang sungguh abstrak menurutnya.
Tepat pukul sepuluh siang, Akashi yang biasanya tetap duduk manis di kursi dalam kelasnya kini dia berjalan masuk ke ruang UKS, dimana Kuroko berada. Akashi melihat Kuroko memejamkan matanya lelap dengan buku yang terbuka di atas perutnya. Sepertinya waktu luang Kuroko dia gunakan untuk membaca buku yang dia temukan di perpustakaan. Akashi mengambil buku itu pelan dari tangan Kuroko dan melihat apa yang Kuroko baca.
"Sebagian orang mungkin tidak akan mengerti jika kita melakukan tingkah yang tidak biasa kita lakukan, tepatnya bahasa tubuh yang kita tunjukan. Karena mereka hanya mengerti dengan kalimat dan kata-kata saja. Tapi, tidak semuanya paham dengan kalimat itu. Seperti kata Aku mencintaimu. Mu-dalam kata ini untuk siapa? Untuk dirinya yang saat ini mendapatkan tatapan palsu atau untuk rasa cinta yang mulai tumbuh? Dalam hal ini yang harus kau lakukan adalah bertanya pada waktu. Karena hanya waktu yang mengetahui semua jawaban yang akan kau tanyakan"Akashi menutup buku yang dia baca barusan di dalam hati. Dia menatap Kuroko yang saat ini begitu terlelap dalam tidurnya. Akashi memandang tajam wajah mungil yang saat ini tepat berada di depanya"Jadi, selama ini kau mencoba mencari tau bagaimana perasaanmu terhadapku? Jika kau tidak menemukanya. Apa yang akan kau lakukan,Tetsuya?"
