Title: Love
(Tinkxx)
– Choi Seunghyuk x Ahn Hyungseob –
an: maafkan kegabutan saya karena bikin ff pake couple ini. duh, kayak ada yang baca aja:(
– Love –
–
"Seunghyuk.." panggil Hyungseob pelan sambil memindahkan beberapa tteokbokki yang ada di ramyunnya ke dalam ramyun milik Seunghyuk.
Seunghyuk mengerutkan keningnya. Tidak mengerti apa yang dilakukan oleh orang didepannya. Kemudian ia mengusap wajahnya kasar dan menghela napas. "Seob, kau tadi yang bilang mau tteokbokki dalam ramyunmu, kenapa sekarang malah kau berikan padaku?"
Hyungseob mendongak sambil mengunyah ramyun dalam mulutnya. Matanya bergerak lucu dan pipinya yang gembil menggoda Seunghyuk untuk mencubitnya. "Itu tadi terlalu banyak," ucap Hyungseob sambil mengambil ramyunnya lagi.
Sedangkan Seunghyuk sendiri hanya diam dan mengendikkan bahunya. Tangannya bergerak untuk mengacak rambut Hyungseob tetapi tertahan ketika Hyungseob menunduk untuk membuka ponselnya.
Matanya terus melihat ke arah Hyungseob yang sedang membaca sesuatu, sampai akhirnya ia menyadari kalau mata yang tadi berbinar senang berubah menjadi sendu. Berulang kali Seunghyuk mendengar helaan napas dari Hyungseob. Wajahnya menunduk menyembunyikan sesuatu tapi Seunghyuk tahu kalau Hyungseob menahan tangisnya dan ia merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apapun untuk Hyungseob.
Perlahan Hyungseob menengadahkan kepalanya lagi. Tangannya bergerak menahan cairan yang keluar dari hidungnya. Ia menatap Seunghyuk dengan senyumnya. Entah kenapa melihat Hyungseob yang memaksakan diri tersenyum padanya seperti ini membuat hatinya sakit.
"Aku mau pulang," ucap Hyungseob sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Seunghyuk mengernyit heran.
"Tapi ramyunmu masih banyak, kau hanya makan sedikit, bahkan ramyunmu belum habis separuh,"
Hyungseob menghela napas. Bibirnya mengerucut lucu. "Tapi rasa laparku sudah hilang,"
Seunghyuk tersenyum maklum. Ia mengatupkan bibirnya rapat dan menganggukkan kepalanya. Kemudian ia berkata, "Yasudah, ayo pulang."
"Tapi kau belum selesai makan..." lirih Hyungseob takut. Ia menidurkan kepalanya diatas meja. Tangannya memainkan gantungan ponsel Seunghyuk yang berbentuk kelinci. Hyungseob ingat, gantungan itu pemberian darinya saat Seunghyuk berulang tahun dan ia tidak punya waktu untuk membelikan hadiah yang lebih bagus untuk Seunghyuk. Maka dari itu, ia buru-buru ke minimarket terdekat dan membeli gantungan kelinci yang lucu itu. Hyungseob tertawa, kemudian mengangkat gantungan itu ke depan wajah Seunghyuk dengan kepala yang masih ada diatas meja. "Ini mirip denganmu hehehe..."
Seunghyuk tersenyum menanggapi Hyungseob. Tangannya menarik tangan Hyungseob. "Ayo pulang,"
"Tapi, makanmu belum habis. Aku akan menunggumu, habiskan dulu, nanti kau sakit." kata Hyungseob sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Bibirnya yang bergerak maju ketika berbicara membuat Seunghyuk tertawa. Dengan gemas ia mencubit bibir Hyungseob sampai pemiliknya mengaduh kesakitan. "Sakit!"
"Makanya ayo pulang,"
"Kau yakin?"
"Iya, ayo."
"Benar-benar yakin?" tanya Hyungseob memastikan. Ia mengambil ponsel Seunghyuk dan membawanya. Kenapa? Bukan apa-apa, hanya saja ia suka wangi yang keluar dari ponsel Seunghyuk, wangi maskulin, seperti pemiliknya.
"Aku tidak selera makan lagi," ucap Seunghyuk yang tangannya masih menggenggam lengan Hyungseob dan menariknya menjauh dari minimarket.
"Gara-gara aku?"
"Menurutmu?"
"Maaf," ucap Hyungseob dengan nada yang merasa bersalah. Tapi wajahnya masih lurus kedepan dan tangannya yang lain–yang tidak dipegang Seunghyuk–memegang ponsel Seunghyuk dan menempelkannya di hidung, mengendusnya berulang kali dan bergidik senang.
Seunghyuk tersenyum melihatnya. Tangannya mengelus puncak kepala Hyungseob. Ia benar-benar menyanyangi pemuda yang ada disampingnya ini, tapi ia tahu ia tidak bisa mengatakannya langsung. Ia tidak mau merusak apa yang sudah Hyungseob inginkan.
"Seunghyuk..."
Lamunan Seunghyuk terpotong ketika Hyungseob memanggil namanya. Ia menoleh dan mendapati Hyungseob sedang menatapnya dengan tatapan polosnya. Seunghyuk tahu, pasti Hyungseob menginginkan sesuatu darinya. Ia pun berhenti dan bertanya, "Mau apa?"
"Gendong aku,"
Kan. Seunghyuk sebenarnya sudah mengerti. Jika sedang bersamanya diluar pada malam hari, Hyungseob lebih sering minta digendong daripada berjalan kaki. Untungnya Seunghyuk itu tinggi dan kuat, jadi ia tidak merasa terbebani dengan Hyungseob yang ada di punggungnya.
Tangan Seunghyuk melepas genggamannya. Kemudian ia menganggukkan kepala dan menepuk-nepuk punggungnya sendiri.
Hyungseob melongo heran. Tatapannya pada Seunghyuk seakan-akan berkata 'kau gila?', karena ya Seunghyuk sama sekali tidak menurunkan punggungnya, maksudnya ia tidak berjongkok terlebih dahulu. Dengan tidak percaya ia memukul punggung Seunghyuk berulang kali.
"Aduh! Kenapa malah memukulku?" erang Seunghyuk yang kesakitan sambil memegang punggungnya. Hyungseob menggeram gemas. "Kau menyuruhku memanjat punggungmu yang tinggi ini?"
Seunghyuk mencebik tidak suka. Hanya Hyungseob yang bisa membuatnya patuh begini. Coba kalau bukan Hyungseob, sudah ia tinggal dari tadi. Seunghyuk pun berjongkok di depan Hyungseob dan kemudian ia bisa merasakan berat Hyungseob yang ada di punggungnya. Ia berdiri dengan pelan, takut Hyungseob jatuh katanya. Sedangkan Hyungseob sendiri mengalungkan kedua tangannya pada leher Seunghyuk-dengan ponsel Seunghyuk yang masih ia genggam.
"Aku berat tidak?" tanya Hyungseob tiba-tiba sambil memainkan rambut Seunghyuk.
"Kau seringan karung beras yang masih ada isinya,"
"Jadi, aku gendut?" Tidak, Hyungseob tidak tersinggung. Ia selalu menerima kenyataan yang ada. Kalau gendut ya gendut, berarti ia harus diet.
"Menurutmu?"
"Aku sudah mengurangi makanku,"
"Jangan bilang kau tadi diet dan tidak menghabiskan ramyunmu?"
Hyungseob menggeleng pelan. Kepalanya disandarkan pada pundak Seunghyuk. Entahlah, Hyungseob merasa nyaman setiap kali digendong oleh Seunghyuk seperti ini. Rasanya punggung ini benar-benar ada hanya untuk dirinya. Lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak boleh berpikir seperti itu.
Ia pun menjawab pertanyaan Seunghyuk sebelumnya, "Tidak, aku benar-benar tidak ingin makan lagi tadi."
"Sungguh?"
"Aku serius, Seunghyuk sayang," ucapnya selagi mencium pipi Seunghyuk berulang kali.
Hehe. Mereka memang cuma teman, kok. Hyungseob juga sudah ada pemiliknya, walaupun hubungannya rumit dan tidak ada yang tahu mereka masih bisa bertahan atau tidak. Hyungseob hanya–ia merasa Seunghyuk adalah sosok yang bisa ia andalkan. Dan alasan kenapa ia mencium Seunghyuk adalah hanya ingin. Memang bukan pertama kalinya, tapi tetap saja Hyungseob bergetar ketika melakukannya.
"Kau berani menciumku?" tanya Seunghyuk tidak percaya. Ia berharap Hyungseob tidak merasakan jantungnya yang berdegup kencang.
"Kenapa?"
"Kau tidak berhak menciumku." lirih Seunghyuk pelan. Ia menunduk kemudian menolehkan wajahnya ke samping dan langsung menemukan wajah Hyungseob yang tersenyun senang. Seunghyuk bisa melihat kilatan rasa sayang pada mata Hyungseob ketika ia menatapnya dalam jarak dekat begini. Tapi, ia tahu ia tidak seharusnya terjatuh lebih dalam. Demi kesehatan jantungnya, Seunghyuk buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan.
"Panggil aku Sayang," ucap Hyungseob tiba-tiba tepat di telinga Seunghyuk. Pemuda yang dibisiki menegang kaget dan hampir saja terjatuh karena ia merasa kakinya meleleh seperti jeli.
"Panggil aku begitu, Seunghyuk..." rengek Hyungseob yang semakin bergerak liar di punggungnya. Tangannya malah memainkan kancing kemeja milik Seunghyuk, melepasnya kemudian memasangnya lagi.
Seunghyuk panas dingin. Tiba-tiba ia berkeringat padahal udaranya dingin. "A-aku tidak mau, Seob..."
"Kau kenapa? Malu? Wajahmu merah. Dahimu juga berkeringat." ucap Hyungseob polos. Tangannya bergerak untuk memegang dahi Seunghyuk. Siapa tahu Seunghyuk demam. Tapi, ia tidak merasakan panas di dahi Seunghyuk. "Tapi, kau tidak demam..."
Seunghyuk menghela napas dan berkata, "Berhentilah bicara, tanganku bergetar karena kau bergerak terus."
"Yasudah, aku akan diam."
Beberapa menit mereka terdiam sampai akhirnya Hyungseob menyamankan posisinya lagi. Ia meletakkan kepalanya di pundak Seunghyuk. Perlahan ia memejamkan matanya. Hidungnya bisa dengan jelas mencium wangi yang keluar dari tubuh Seunghyuk. Ia tersenyum, lamat-lamat ia berbisik, "Aku menyanyangimu, Seunghyuk."
Seunghyuk mendengarnya. Jelas. Jelas sekali. Ia tersenyum, rasanya ingin menangis. Segampang itukah Hyungseob mengatakan rasa sayang padanya, ketika dirinya harus menahan habis-habisan perasaan sayangnya yang tidak bisa diungkapkan langsung pada sang terkasih.
Seunghyuk bisa merasakan hembusan napas teratur Hyungseob yang mengenai lehernya. Seunghyuk tersenyum, ia tahu Hyungseob ada masalah dengan seseorang yang katanya sangat Hyungseob sayangi. Jika tidak, ia tidak akan tiba-tiba minta ditemani keluar jalan-jalan dan tiba-tiba pula minta pulang seperti tadi. Tapi, ia juga tidak bisa melakukan apapun selain menuruti apa yang dikatakan Hyungseob. Apapun itu asalkan Hyungseob menjadi ceria kembali.
Tapi, bagaimanapun juga Seunghyuk adalah manusia. Ia mempunyai titik jenuh untuk perasaannya. Ia takut jika suatu saat ia tidak bisa menahannya lagi dan mengatakan hal yang tidak-tidak pada Hyungseob. Seunghyuk terlalu menyanyanginya.
Seunghyuk benar-benar menyanyanginya.
Bahkan mungkin rasa sayangnya lebih besar dari seseorang itu.
Tapi, ia masih sadar kalau Hyungseb milik orang lain.
Tapi, apakah boleh jika ia berharap suatu hari Hyungseob bisa menjadi miliknya seutuhnya?
END
Seseorang itu siapa sih?:(
Saya suka crack couple. Saking sukanya sampe bikin Seunghyuk x Hyungseob:( Mereka lucu sih pas ketawa bareng, 99L kesayangan unchh. Gemesssssss banget yaampunㅠㅠ
Barusan baca artikel, masa knetz bilang kalo jadwal seob sama ung disendirikan aja dari justin, jungjung, seunghyuk:( saya gak suka:( YHnext kan berlima, lagian yang punya artis kan yuehua, yang ribut knetz, nikmatin aja napa:(
Love,
Tinkxx
