Untitled Love
Tino Väinämöinen, seorang cowok manis berambut pirang pendek, berdiri sambil melongo, tas di pegangannya terlepas, di hadapan rumah mewah berlapis marmer berwarna putih di hadapannya.
Saat teman lamanya, Denmark, menawarkannya pekerjaan sebagai pembantu di rumah salah satu kerabat dekatnya, Tino sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan berhadapan dengan orang kaya super elite yang tinggal di kawasan termahal kota itu. Pemuda itu menelan ludah, mencoba mengingat pertemuannya dengan Denmark,
FLASHBACK
Tino duduk meringkuk di atas lantai semen yg dingin, dinaungi oleh atap sebuah toko yang telah lama tutup, dipinggir jalan. Lututnya diangkat hingga menutupi kedua matanya yang terpejam, sibuk memikirkan masa depannya kelak. Disampingnya tergeletak sebuah tas besar yang cukup kumal, berisi pakaian dan sisa dari barang-barang yang sempat dimasukannya.
Udara malam semakin dingin, hingga memunculkan uap seiring dengan hembusan napas pelannya, tidak aneh, ramalan cuaca telah mengumumkan akan turunnya salju malam itu. Orang yang berlalu mulai menyepi, hingga pada akhirnya dia hanya seorang diri di jalan itu
Seminggu yang lalu, karena terlambat membayar tunggakan uang apartment nya, Tino diusir oleh pemilik gedung, tidak lama setelah dipecat dari pekerjaannya di 24 hours convenient store karena kelalaian kecil. Dengan lemas, pemuda itu menghela napas,
"Apa yang harus kulakukan sekarang…?" desahnya pelan
"Tabunganku sudah habis… Tidak mungkin menyewa kamar hotel malam ini…"
"Pulang ke rumah ayah dan ibu …"
"Tidak mungkin…"
Lima tahun yang lalu, Tino sudah dikucilkan dari rumah keluarganya karena berterus terang atas kebenaran bahwa dirinya lebih tertarik pada lelaki dari pada wanita. Ayahnya marah besar, ibunya menangis, memintanya berpikir lebih jauh, tapi Tino tetap mengelak, tidak ada alasan lagi baginya untuk berbohong pada diri sendiri. Malam itu, pada malam ulang tahunnya yang ke-18, Tino meninggalkan rumah yang ditinggalinya sejak lahir.
Tiba-tiba, dia tersentak, sesuatu yang dingin menyentuh hidungnya,
"Ah… Salju…"
Tino memakai penutup kepala dan membenamkan wajah di lengannya yang menggigil. Air mata mulai merebak di kedua matanya yang bersinar keunguan,
"Kalau… seperti ini… apakah saatnya… untuk… melepas semuanya….?"
Isak tangis pemuda itu mulai mengisi keheningan malam itu. Ledakan tangisnya tak dapat lagi dibendung dikeluarkan semua kesedihan dan kepedihan yang dibendungnya selama lima tahun,
"Tino?" tiba-tiba sebuah suara yang hangat memanggil namanya.
Perlahan, Tino mengusap air matanya agar ia bisa melihat jelas, dihadapannya berdiri seorang pemuda tinggi dengan rambut pirang berantakan, yang dikenalnya sebagai teman sekolahnya dulu,
"Kamu… Denmark ya…?"
Disamping Denmark, terdapat seorang pemuda berambut pirang pucat yang dijepit rapi dengan jepitan berbentuk salib, lengannya melingkar di lengan Denmark yang berbalut jaket hitam panjang. Pemuda itu menatap Tino dengan tatapan kosong dan mengangguk sopan.
"Heee… Ternyata benar Tino! Kamu sedang apa disini?"
Tino hanya menatap wajah ceria Denmark dalam-dalam, merasa agak lega karena bertemu dengan orang yang dikenalnya dekat.
'Ma… Denmark…" Tiba-tiba air matanya merebak lagi. Pemuda itu berdiri dan menyerang teman lamanya dengan pelukan besar dan menangis sejadi-jadinya
Setelah menenangkan dirinya di ruang tamu apartment Denmark, terbalut dengan baju pinjaman dari Norway (yang dikenalkan oleh Denmark sebagai pacarnya), secangkir cokelat panas ditangan, Tino menceritakan semua pengalamannya sambil terus terisak pelan pada kawan lamanya itu.
"Hmmm tidak kusangka kamu telah mengalami pengalaman seperti itu sejak kita lulus SMA dulu… Tenanglah, kamu boleh menginap disini kok sampai kamu menemukan pekerjaan baru!" Denmark tersenyum hangat
"Hiks… hiks… maafkan aku ya Denmark… Aku jadi merepotkan…" Tino menyingsingkan hidungnya dengan tissue yang diberikan Norway, lalu menyeruput pelan cokelatnya yang mulai mendingin,
"Tenang… Tenang… Enggak apa-apa! Kamu boleh tinggal disini sampai kau benar-benar bisa"
Norway menatap Denmark dengan pandangan kosong yang tak bisa diartikan Tino, saat dia melirik Tino sedikit, lengkungan mulutnya mendalam beberapa mili. Tino membelalakan matanya, menangkap jelas arti pandangan itu,
"E... Eh... Tapi aku benar-benar tidak mengganggu kalian berdua! Bukankah kalian baru saja jadian?"
Denmark malah menepis pernyataan Tino dengan lambaian tangan santai,
"Benar kok enggak apa-apa! Aku dan Norge sama sekali enggak keberatan! Ya kan Norge?" Denmark melingkarkan tangannya mesra ke leher Norway
"Hmph.. Terserah..." Pemuda itu menyeruput cokelatnya dingin
"Ya! Ya! Sekarang paling penting kita harus mencarikan pekerjaan untukmu Tino!"
"Eh... Iya... Nanti aku akan mulai mengumpulkan koran-koran... Siapa tahu ada lowongan yang cocok..."
"Hmmm hmmm iya ya..."
Tiba-tiba, pemuda yang sejak tadi terdiam ikut angkat bicara,
"Den... Bukannya kau bilang tadi Berwald butuh seseorang untuk mengurus rumahnya?" Norway berkata pelan
"Iya sih... Tapi kan belum tentu Tino mau..." jawab Denmark
"...Uuummm... Berwald itu siapa...?"
"Sepupu jauhku, cukup dekat denganku sejak kecil, banyak membantuku dulu... Kaya raya... Dia single parent, punya dua anak lelaki... Sekarang dia sedang agak terpuruk karena putra terkecilnya baru masuk sekolah berasrama... Jadi dia mulai menjauh dari orang, rumahnya tak terurus... Kupikir aku ingin memperkerjakan seseorang untuk membersihkan rumah dan mengurus makanannya... Tapi kurasa kamu enggak mau kan pekerjaan macam begini? Soalnya..."
"Enggak apa-apa! Kuterima pekerjaannya!"
"Serius? Sepupuku ini... Orangnya agak sulit lho... Mungkin lumayan seram... Rumahnya besar juga..." Denmark menggaruk kepalanya walau tidak gatal
"Iya! Kekuatan fisikku cukup kuat kok! Ayo! Kenalkan aku dengan sepupumu itu!"
END OF FLASHBACK
Ternyata Denmark tidak berbohong saat dibilangnya rumah Berwald besar... Karena rumah ini... Bagai istana di mata Tino...
Apa mau menyerah saja? Sanggupkah dia mengurus rumah sebesar ini?
"Enggak!" Tino menampar kedua pipinya keras,
"Aku harus berjuang! Aku membutuhkan pekerjaan ini!"
Pemuda itu mengambil napas dalam dan membunyikan bel,
"Ya?" terdengar suara dalam, yang agak mirip dengan geraman, dari interkom, diiringi dengan gonggongan riang seekor anjing kecil, "Tenang, Hanatamago..." Geram suara itu lagi, kali ini agak halus, berbicara pada anjingnya
"Eeerrmm... Namaku Tino Väinämöinen, aku dikirim kesini oleh sepupumu, Denmark, untuk menjadi pengurus rumah tangga!"
"Ah... Aku akan keluar..."
Dada Tino berdebar saat suara langkah kaki dan suara gonggongan anjing kecil mendekat ke pintu depan.
Saat pintu terbuka, pandangan Tino langsung tertuju pada anjing kecil mungil berwarna putih yang digendong oleh lelaki tinggi besar. Hatinya berbunga-bunga.
Tapi saat dia menatap ke wajah calon majikannya, jantungnya serasa mau copot.
"E...Ee... Se... Selamat... Si... Siang... Errmm... Pak Berwald...?"
"Hmmm..." Berwald menggeram lagi
Sekali lagi, Denmark tidak berbohong saat dia bilang sepupunya lumayan seram...
Itulah pertemuan pertama Tino Väinämöinen dan Berwald Oxenstierna.
TBC
A/N
Salam kenal, saya KuroHime27 biasanya beredar cuma di bagian Naruto dan Digimon... baru2 ini bikin crossover HikaGoxNatsume Yuujinchou, silahkan baca...
Oke... fanfic hetalia pertamaaa / kyaaaaaaa~n siapa sangka... fanfic pertama penggemar die hard USUK bikinnya SuFin? Hihihihihi
Semuanya pake nama manusia... (mungkin udh pada tau ya, Tino=Finland Berwald=Sweden)
Tapi karena Denmark ama Norway belom ada namanya... Saya gak mau ngarang2 nama... ga ada yang cocok bener =_=v lagipula merka berdua lucu manggil satu sama lain Den/Norge... Iya gaak? Silahkan dinikmati, mari fanfic Hetalia pertama saya... Mohon minta nasihat2 sodara2 sekalian (anjing apa2an ini bahasanya? Hiihihi)
R&R
