Hetalia Axis Himaruya

Writren -Chan

.

Padang rumput itu terus bergoyang─ seiring angin sepoi yang menari dengan indah di udara. Angin terus berhembus lembut di udara. Menyapu surai pirang itu. Daun berterbangan; seakan memberikan kesan tersendiri bagi dua manusia itu.

Semuanya masih sama; Padang rumput itu masih sama seperti saat kedua anak manusia ini bertemu. Tapi, ada yang berbeda. Sesuatu yang janggal terlintas di iris emerald miliknya. Dirinya sadar; anak itu sudah tidak anak-anak lagi. Lelaki itu bukan bocah lagi. Tubuh lelaki itu tidak mungil lagi. Inikah bocah itu? Diakah bocah yang dulu dirawatnya? Ah. Dirinya baru tersadar dari tidur panjangnya. Bocah itu. . . telah dewasa.

Iris biru sapphire miliknya seakan kosong tiada arti. Tak menampakkan keindahan sang sapphire. Kosong─ seperti ruang hampa di dalam hatinya. Sapphire itu tak bercahaya sama sekali. Wajahnya tak berekspresi sedikit pun. Tubuhnya hampa tak terisi. Lelaki itu bukan bocah yang dulu ia kenal. Dia. . . bukan Alfred.

"Alfred?" Suara itu menggema di nan berat milik pemuda bersurai pirang itu. Alis tebalnya berkerut; menandakan bahwa dia ragu. Benarkah. . . benarkah bahwa lelaki yang kini berdiri di hadapannya adalah seorang bocah kecil Alfie? Tak salahkah dia?

Membuatnya ragu, dia menyerukan nama bocah itu sekali lagi. "Kaukah itu, Alfie? K-kau sudah besar ya, A-alfie?" bibirnya sedikit bergetar kala lelaki itu berjalan mendekatinya sambil menggenggam sebilah pisau yang entah darimana dapatnya. Satu hal yang Arthur sadari saat ini; Alfred ingin membunuhnya.

Refleks, Arthur menjauh ke belakang; mencoba menghindari pisau tajam yang ada di genggaman Alfred. Namun terlambat, Alfred telah menusukkan pisau miliknya ke jantung pemuda Inggris tersebut. Tatapannya masih sama; datar dan kosong.

Arthur meringis kesakitan, tetapi ia tersenyum kepada pemuda Amerika tersebut seraya berkata;

"Alfred... terima kasih telah hadir di hadapanku ketika kamu sudah besar. Aku bersyukur bisa bertemu dan merawatmu. Thank You, Alfred."

Senyumnya luntur kala detakan jantungnya telah berhenti untuk selamanya. Tubuhnya ambruk berlumuran darah segar dengan sebilah pisau yang masih tertancap di jantungnya.

Satu fakta yang seluruh dunia harus mengetahuinya; Arthur telah mati.

.

FIN