Hai semua, selamat membaca ya ^_^

Warning : Gaje, OOC, Alur berantakan.

Menerima segala bentuk kripik *kritik dan saran :)

Diclaimer : Masashi-sensei, gak berani ngambil keuntungan. Sumpah deh -_-

Don't like? Don't read!


Sebuah Ikatan

Sakura's POV

Ku rapatkan jaketku, menahan hawa dingin yang kian terasa. Pandanganku ku edarkan pada sekeliling taman sederhana di depanku. Meski sederhana, namun cukup ramai dan nyaman digunakan jika hanya untuk sekedar menghabiskan senja. Banyak anak-anak disini, banyak juga para manula yang menghabiskan senja di taman ini. Yah di sinilah aku sekarang, duduk disalah satu bangku kayu tua di pojok taman, menanti sesuatu -ah seseorang lebih tepatnya-.

Setengah jam ku menunggu, namun sosoknya tak kunjung datang. Ku sibukkan pandanganku memandangi dua pasang manula yang sedang bercengkrama mesra, tak ayal itu membuatku menyunggingkan senyum.

Sepuluh menit kemudian sosok yang ku tunggu akhirnya muncul, dengan mantel tebal biru dongker dipadu dengan celana jeans panjang menambah kesan cool pada sosok itu. Irisku membelalak senang tatkala melihatnya, dia berjalan dengan konstan tak lupa kedua tanggannya dibenamkan pada saku celananya.

"Lama!" Aku mengerucutkan bibir. Cemberut.

"Hn." Gumamnya tak jelas.

Aku membeliakkan mataku sejenak. Ingin rasanya aku mendamprat sosok di hadapanku ini. Tapi ya sudahlah, aku sedang tidak ingin ribut. Dia duduk di sampingku, pandangannya lurus ke depan. Seolah tak ada siapapun di sini, bahkan aku pun mungkin hanya dianggap angin lalu. Aku memandang onyx nya, berharap menemukan sesuatu. Namun di sana hanya ada kekosongan. Hampa.

"Sakura, ada yang ingin ku bicarakan." Akhirnya setelah sekian lama tak bersuara

"Iya ap-."

"Tolong jangan potong pembicaraanku! Dengarkan sampai selesai!". Selanya.

"Iya baiklah Tuan Uchiha." Aku memutar bola mataku. Bosan.

"Aku akan pindah ke Iwa." Ujarnya datar.

Apa katanya tadi? Aku bahkan tak mampu mencerna kata-katanya, mataku memanas, dadaku rasanya sesak, rasanya udara jadi terasa menipis. Apa karena polusi? Hey ini taman, bukan jalan raya ataupun pabrik! Atau jangan-jangan karena kata-katanya barusan? 'Kau jangan bercanda Sasuke'.

'Kenapa begitu tiba-tiba Sasuke? Bahkan aku belum mengenalmu begitu jauh. Dekat denganmu pun baru kemarin-kemarin.. Apa kau pikir waktu yang sebentar itu cukup untuk memulai persahabatan? Bagiku itu tak cukup Sasuke!'

Berbagai pertanyaan itu terus berkeliaran dalam pikiranku. Aku mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku, tapi tak satupun dapat ku temukan.

Tak terasa langit sudah mulai menguning, pertanda senja kan turun. Aku dan Sasuke masih berkelut dalam pikiran masing-masing. Saling diam tak bersuara, tak ada yang berniat membuka suara. Biasanya aku tak nyaman dengan suasana seperti ini, entah mengapa kali ini terasa berbeda. Rasanya nyaman, namun disatu sisi terasa kosong.

Sesekali ekor mataku melirik ke arah Sasuke, wajahnya masih sama datarnya seperti pertama kali aku mengenalnya. Tak ada emosi disana, tenang, cool bahkan terkesan cuek. Tapi kali ini lain, ada sedikit emosi, sangat amat sedikit emosi yang dapat ku lihat dari wajah stoic nya itu. Apa dia berat meninggalkan Konoha?.

Taman sudah kosong sejak sejam yang tadi. Tentu saja orang-orang lebih memilih pulang ke rumah mereka masing-masing, berkumpul dengan keluarga mereka di rumah yang hangat ketimbang berlama-lama di taman yang lumayan menyeramkan dikala senja. Tak sepertiku dan Sasuke yang masih betah duduk mematung tanpa suara.

"Kapan kau berangkat?". Pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku.

"Malam ini kalau cuaca bagus, kau tau sendirikan cuaca sedang tidak begitu bagus?". Jawabnya, tanpa menatapku.

Yah tentu saja aku tau, bagaimana tidak jika di setiap media massa didengung-dengungkan mengenai cuaca yang buruk.

"Kenapa begitu tiba-tiba? Naruto dan Sai sudah tau?". Aku tak berani melihat ke arah Sasuke, aku tak ingin dia melihat wajah sedih ku saat ini.

"Hn.. mereka sudah ku beri tau dua hari yang lalu."

Mata ku membeliak kaget, "AP-, oh jadi aku orang terakhir yang kau beri tau?".

"Hn.. aku tak ingin melihat kau bersedih Sakura, kau kan gadis yang cengeng." Katanya sarcastic

"Tentu saja aku sedih Sasu, kau temanku.. dan kau akan pergi jauh dari Konoha, bagaimana mungkin aku tidak sedih hm? Dan jangan sebut aku gadis cengeng!".

"Hn.. ayahku dipindah tugaskan ke Iwa, karena permasalahan di sana lebih pelik dibanding Konoha". Katanya menjelaskan.

Ya, mengingat ayah Sasuke adalah Kepala Kepolisian Konoha tentu saja hal itu masuk akal.

"Berapa lama kau menetap di Iwa?". Tanyaku penasaran.

"Entahlah, mungkin sampai konflik di sana mereda." Jawabnya.

"Begitu, hm.. aku pasti bakal kangen banget padamu Tuan Jenius". Senyum ku getir.

Sasuke melengkungkan senyum, tipis.. sangat tipis bahkan sampai tak sempat mencapai mata. "Hhh.. jangan bercanda. Kau pasti senang karena takkan ada lagi pesaing mu dalam merebut juara kelas eh?". Dengusnya .

"Ahahaha.. benar juga ya,". Aku memaksakan tawaku, berusaha menutupi rasa sedih yang tiba-tiba saja kembali menguar. Ya meskipun kami bersahabat, tapi kami juga menganggap satu sama lain sebagai rival dalam hal pelajaran.

Hari sudah menunjukkan pukul 18.30, rupanya sudah satu jam waktu kami habiskan untuk mengobrol. Tapi itu tak cukup bagiku, aku ingin lebih lama lagi bersama Sasuke.. sahabatku. Beri aku waktu satu jam lagi, dua jam.. ah tidak! Aku butuh waktu lebih.. lebih lama lagi waktu untuk ku habiskan bersama sahabat-sahabatku.

"Kita pulang?". Suara baritone Sasuke tiba-tiba saja merangsek masuk indera pendengaranku.

"Yah, sebaiknya begitu". Kataku seraya beranjak dari duduk.

Kami berjalan beriringan, kembali tanpa obrolan. 'Sasuke, mungkin kita takkan bertemu lagi setelah ini hm? Apa ini akan menjadi obrolan terpanjang ku bersama mu yang pertama dan terakhir?'

To Be Continued….

Read and Review pleaseeee! :D