Nagi : Halo lagi!

Scarlet : maaf jika kita hiatus dulu. Ada ulangan menanti, takut kalo ga dapet jurusan...

Nagi : Oh, ya. Fic model pertama Manajer itu kaya gimana ya?

Scarlet : kita coba aja cari tau lagi. Kalo ga salah itu model ketuker segala macem itu kan?

Nagi : bener. Kita mau menghidupkan suasana lama kami kembali dengan fic model itu ke fandom DW. Mau tau? CEKIDOT!

Scarlet : buat Om Sima Yi, maaf ya kalo tante Zhang kita pinjem dulu...


Dynasty Warriors series, belongs to Koei.

WARNING! This fic is high school AU, contains gaje-ness, abal-ness, OOCness, dan kemungkinan ness-ness lainnya...

Rate : T

Genre : Humor/Drama

Characters : Zhong Hui & Guo Huai, sedikit menyelip pair masing-masing dengan Guan Yinping dan tante Zhang Chunhua

Summary : Bagaimana jika seorang Zhong Hui yang terkenal ganteng tapi narsis bertemu dengan guru biologi bangkotan bernama Guo Huai, bahkan bertukar? Nah lo? Hasilnya, seratus delapan puluh derajat menjadi kejadian super lucu yang tak terlupakan. Bagiamanakah itu?

.

Nagi and Scarlet, presents...

.

.

Mr. Narcisstic and The Old Fencing Master

.

.

Prolog

-Zhong Hui's PoV-

TRANG! TANG! Tuuuit!

"Kena kau!", kataku kegirangan karena pedangku menyentuh torso seorang lelaki yang menjadi lawanku.

Lelaki itu seakan menyerahkan diri dengan meletakkan pedangnya kembali di rak pedang rapier, kemudian melepas helmnya. Tampak sosok lelaki dengan poni belah tengah dan rambut pendek menghela napas panjang seraya berkata,"Baiklah, kau menang lagi, Zhong Hui. Bisakah aku menang meski sekali saja?"

"Maaf, tapi aku Master anggar yag tak terkalahkan. Teknikmu sudah bagus, kau hanya perlu latihan saja, Shi", kataku membanggakan diri di hadapan seorang yang kupanggil Shi itu.

Lawanku tadi adalah Sima Shi, anaknya Sima Yi si produser rekaman "Sima Entertainment", wakil ketua klub anggar yang kebetulan baru didirikan setahun yang lalu, sekaligus sahabatku selama bermain anggar. Dia anak yang terbilang pendiam dan dingin mencekam seperti ayahnya yang kebetulan manajerku. Siapa dulu yang artis, gue gitu loh!

Klub anggar ini kami buat sambil memuaskan hobi di waktu luang selama istirahat. Hitung-hitung, kita berolahraga karena kesibukan yang lumayan banyak dan kami belum tentu sempat berolahraga di gym. Kalian sudah tahu jika artis seperti keluarga Sima dan aku harus tetap terlihat menawan agar kami tetap terus dipakai sebagai artis terkenal. Anggota yang ikut klub ini terbilang banyak. Salah satu anggota yang selalu jadi sainganku adalah Liu Shan, anak ingusan dari kelas XI-Shu sekaligus anak Pak Liu Bei yang guru matematika. Lain kali, aku akan memusnahkannya, dan hanya aku yang akan menjadi Master anggar. MWAHAHAHAHAHAHA!

Oke, cukup membanggakan dirinya. Bektustori.

Aku dan Shi bergegas menuju kelas XI-Jin karena bel masuk telah berbunyi. Tak lama kami berjalan memasuki kelas, sekerumunan perempuan alias siswi yang merupakan fansku berdatangan entah darimana. Mereka membawa seperangkat alat sholat dibayar tunai, eh, maksudku, seperangkat alat tulis dan sebuah buku catatan. Biar kutabok, eh, tebak, mereka ingin meminta tanda tangan Shi. Oh, bukan. Mereka meminta tanda tanganku! Tuhan, kapan para perempuan ini berhenti mengerumuniku? Aku hanya ingin masuk kelas!
"Maaf, semuanya. Tapi bel masuk sudah berbunyi, aku harus masuk kelas. Bentar gantng gue ilang gara-gara ngurusin kalian!", kataku kepada para siswi itu. Dan mereka berjalan pergi dengan rasa kecewa.

"Zhong Hui, kau menyakiti hati mereka! Mereka bersusa payah bertemu denganmu hanya untuk tanda tangan!", kata Shi mendadak memarahiku.

"Aku tidak peduli. Mereka membuatku sakit kepala. Aku harus memikirkan kegiatan untuk pertandingan anggar internasional minggu depan! Belum lagi, aku belum ada persiapan untuk manggung di Beijing hari Minggu ini. Kau tak pernah merasakan kepadatan kegiatan artis sekeren aku!", kataku pada Shi sambil berjalan memasuki kelas.

Shi hanya terdiam membisu, kemudian ikut berjala memasuki kelas karena takut terlambat.

-Zhong Hui's PoV : off-

-Guo Huai's PoV-

"Selamat pagi, Anak-anak!", kataku menyapa para murid di kelas XI-Jin. Hari ini giliranku mengajarkan pelajaran Biologi.

"Selamat pagi, Pak Guo Huai!", jawab anak-anak itu bersemangat. Terkecuali satu orang anak dengan rambut ikal yang duduk di pojok kanan bersama Shi. Dia adalah Zhong Hui, murid yang selalu menjadi pembicaraan guru di AKBDW (Akademi Kemampuan Berperang Dynasty Warriors).

Anak itu sangat pintar, namun selalu tak mau bekerjasama. Bahkan dia terlihat acuh tak acuh padaku. Menurut Pak Liu Bei yang sempat mengajarkan matematika pada jam sebelumnya, dia terlihat menonjol karena kecerdasannya, namun tak suka melakukan tugas kelompok sekalipun anggota masing-masing kelompok sudah terbagi untuknya.

"Zhong Hui, kamu tidak apa-apa, Nak?", tanyaku pada anak itu.
"Saya? Tidak apa-apa, Pak. Memangnya ada masalah apa?", katanya bernada sinis.

Aku semakin merasa aneh melihatnya hari ini. Namun aku tak menyerah dan tetap melanjutkan pelajaran.
"Anak-anak, kerjakan Buku Kerja Biologi halaman 42 yang bab Animalia. Bapak ada keperluan sebentar. Uhuk... Zhong Hui, kamu ikut saya", kataku pada anak-anak itu, kemudian meninggalkan kelas mencari tempat yang cocok untuk duduk.

-Guo Huai's PoV : off-

-Zhong Hui's PoV-

"Aku? Apa salahku padanya? Kakek Tua Bangkotan sialan...", gumamku mendengar Pak Guo Huai memanggilku keluar.

Yang belum tahu sejarah asal aku membencinya, itu semua bermula dari nilaiku yang selalu jelek dimatanya. Padahal, di setiap kesibukanku aku selalu menyempatkan diri untuk belajar sebelum ulangan. Lagipula, jadwal kegiatanku selalu di akhir pekan. Aku juga selalu mengikuti pelajarannya. Tak hanya itu, di usianya yang setua itu sekaligus penyakitnya yang sempat membuatku sakit selama satu minggu, murid-murid di AKBDW sangat menyayanginya. Menurut Shi dan Zhao, ketua dan wakil ketua kelas XI-Jin, dia adalah guru biologi yang paling baik seantero sekolah. Dan kata mereka juga, cara mengajarnya jauh berbeda dengan cara mengajar guru pada umumnya, karena lebih banyak dengan praktek dan bermain. Aku sendiri menyukai cara mengajarnya. Namun sikapnya yang terlalu jujur dan tak mau kurang lebih terus menjerumuskan nilaiku. Aku pun bingung dengan keadaan ini dan segera keluar dari kelas.

-Zhong Hui's PoV : off-

Lelaki rambut bergelombang itu terus memandangi koridor di luar kelas, menunggu seseorang yang memanggilnya tadi. Suasana pagi cerah yang dilihatnya mendadak berubah menjadi kelam dengan hujan deras dan petir yang menyambar, ditambah lagi listrik AKBDW yang padam tiba-tiba saat kelas XI-Wu sedang mempresentasikan pelajaran Bahasa Inggris dibawah bimbingan Pak Lu Meng.

"PLDW! KENAPA LO MALAH MATI!", teriak seluruh siswa kelas XI-Wu yang terdengar hingga kelas XI-Jin.

"BUKAN URUSAN LO!", sahut lelaki rambut gelombang itu menjawab teriakan siswa kelas XI-Wu. Dan spontan saja, sebuah sabit keluar dari jendela hampir menyambar lelaki rambut cokelat itu. Siapa lagi kalau itu bukan sabitnya Gan Ning, preman dari kelas XI-Wu.

Tak lama kemudian, seorang lelaki tua rambut panjang yang diikat separuh melangkah perlahan menuju sebuah bangku di koridor dekat lapangan basket yang diguyur hujan deras. Dengan membawa sebuah payung, lelaki tua tersebut duduk dengan hati-hati di atas bangku seraya berkata, "Zhong Hui, duduk di sebelah Bapak".

Lelaki yang dipanggil Zhong Hui itu segera duduk di sampingnya. Kemudian ia bertanya, "Ada apa Pak Guo Huai memanggil saya? Apa salah saya?"

Lelaki yang dipanggil Guo Huai itu terdiam sejenak, kemudian berbalik tanya,"Justru yang bertanya begitu seharusnya Bapak. Apa salah Bapak sampai kamu benci pada saya?"

Zhong Hui terdiam seraya memandang langit yang kelam dan hujan deras itu. Sontak, Zhong Hui berkata, "Jika Bapak mau keterangan sebenarnya, baiklah. Saya tidak suka pada Bapak karena seharusnya Bapak sudah pensiun, tapi bapak malah dicalonkan menjadi Kepala Sekolah menggantikan Pak Zhuge Liang. Tak hanya itu, saya berusaha berbuat banyak untuk Bapak, tapi Bapak hanya memberi pandangan negatif pada saya. Apakah itu yang Bapak maksud memberi perlakuan sama pada seluruh anak-anak yang sudah Bapak anggap anak Bapak sendiri?"

"Zhong Hui, itu salah paham, Nak!", kata Guo Huai beranjak berdiri.

"Itu bukan salah paham. Saya mendengar sendiri pembicaraan Bapak dengan Pak Liu Bei dan Bu Zhang Chunhua di ruang guru. Saya juga melihat Bapak mendekati Bu Zhang yang sudah bersuami!", kata Zhong Hui sambil berlari ke tengah lapangan dan basah kuyup oleh air hujan.

"Kau mendengar pembicaraanku? Kau tak mengerti apa yang kubicarakan padanya! Uhuk, uhuk...", kata Guo Huai mendadak marah dan mengejar Zhong Hui sambil membawa payung.

"Saya juga lebih tidak percaya lagi pada Bapak, karena saya bisa saja melapor pada Bu Zhang Chunhua atau Om Sima Yi bahwa Bapak menggangu hubungan mereka berdua! Lebih baik saya tersambar petir sekarang juga!"

Guo Huai terus mengejar Zhong Hui hingga bagian bawah pakaiannya basah karena becek. Namun, Zhong Hui tetap berlari darinya. Hingga akhirnya, lelaki tua yang ikut basah kuyup itu menarik lengan baju Zhong Hui seraya berkata, "Uhuk... Zhong Hui, ini semua salah pa..."
.

.

.

JDAAAAR! BLAAR! CETAR MEMBAHANA! ULALA!

Mereka berdua jatuh pingsan karena tersambar petir bersama-sama. Kejadian tersebut menyebabkan seluruh mata di AKBDW memandangi kejadian itu, namun tak ada yang mau menolong mereka hingga akhirnya Ibu Zhang Chunhua, guru BK dan ditunjuk sebagai wakil pembina PMR menyuruh siswa kelas XI-Shu membawa mereka berdua ke UKS.

.

.

.

Di UKS...
-Zhong Hui's PoV-

Ah... Aku dimana? Apa yang terjadi?
"Aduh!", rintihku seraya merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku. Kupandangi dahulu sekelilingku, kusimpulkan bahwa aku berada di UKS. Kemudian, aku melihat seseorang tertidur di sebelahku. Seorang remaja berseragam sekolah dan berambut coklat yang bergelombang, memiliki tampang menawan bagi siapapun yang melihatnya. Dia terlihat seperti... diriku.

Tunggu dulu, jika yang tertidur disana adalah aku, lalu bagaimana denganku?

Kucoba tampar wajahku sekeras-kerasnya. Sakitnya memang luar biasa, tapi cukup meyakinkan bahwa aku masih hidup atau tidak bermimpi. Sekilas, aku melihat tangan kananku. Tampak garis melengkung, banyak garis lengkungan. Para manusia menyebutnya keriput.

Tidak, jangan begini! Jika aku memang masih hidup, aku ini siapa?
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan segera berlari menuju sebuah cermin besar di dekat tempat tidur. Tampak sosok lelaki tua dengan rambut panjang yang diikat separuh muncul di bayangan itu. Aku meraba rambutku, kutemukan banyak uban dan rambut yang panjang.
"Kakek Tua Bangkotan...", gumamku.

.

.

.

.

.

TIDAAAAAAAAAAAAAAAK! KEMBALIKAN MUKA GANTENG GUE!
-Zhong Hui's PoV : off-

~TBC~


Nagi : garing? Maaf, karena ini baru prolog.

Scarlet : Kita hanya memfokuskan isinya, jadi, banyak ripiu, banyak ide!

Nagi : ada ide untuk chap berikutnya?