Masih pukul setengah 8 pagi, ketika salju tipis menutupi jalanan beserta pemukiman penduduk di Seoul. Embun-embun yang hampir membeku terhampar di setiap petak bunga sisi jalan utama ibukota Korea Selatan itu, juga termasuk bunga berwarna putih keperakan yang ditata rapi samping gerbang utama Seoul Senior High School.
Upacara setiap pagi tengah dilaksanakan kala kapas-kapas putih yang dingin berjatuhan dari langit. Saat itu, semua siswa diperkenankan memakai jaket tebal— kesempatan emas yang dipergunakan seorang siswi tingkat 12 bernama Byun Baekhyun untuk mengenakan jaket berwarna birunya, berhubung guru Seoul Senior High School jarang sekali memberikan izin-izin seperti ini.
Kepala Sekolah Seoul Senior High School maju untuk menunjukkan kepandaiannya dalam berorasi, yang mana membuat seluruh siswa spontan menguap dalam-dalam.
Lain lagi dengan Baekhyun yang terlihat sedikit harap-harap cemas, dan sekali menggosok-gosokkan kedua tangannya yang dibalut oleh jahitan wol sederhana.
"Akhir kata, saya ingin mengumumkan beberapa siswa yang berhasil mendapat kesempatan untuk mewakili sekolah kita ini"—ia berdehem sejenak—"dalam Olimpiade Nasional. Sebelumnya, berikan tepuk tangan yang meriah untuk mereka semua!"
Terdengar riuh tepuk tangan dari seluruh penjuru sekolah.
"Yeah! Woo! Hebat!" Baekhyun berteriak tidak karuan dengan suaranya yang sedikit mirip laki-laki.
"...Jaga sikapmu. Untung ada juga yang berteriak, kalau tidak, jangan harap nilai rapormu akan bertahan."
"Maaf, Yixing." Gadis bermarga Byun itu menyengir lebarnya. "Aku hanya terlalu semangat."
Beberapa siswa telah melenggang maju ke mimbar, 'tuk mendapat ucapan selamat dari Kepala Sekolah. Sampai akhirnya siswa terakhir dipanggil, Baekhyun membatu ditempat, bagai mendapat sengatan kecil di musim semi.
"—dan perwakilan Olimpiade Sains cabang Fisika, berhasil diraih oleh Park Chanyeol dari kelas 12-B!"
Dari barisan peserta upacara, Baekhyun dapat melihat—ralat, menatap Chanyeol yang berjalan menghampiri perwakilan sekolah yang lainnya. Entah sejak kapan pandangannya hanya tertuju pada remaja itu seorang. Seharusnya terasa biasa saja, mengingat Baekhyun dan Chanyeol dulunya pernah menjadi rekan dalam tugas Teater—jelas gadis itu merasa Chanyeol juga temannya, dan ia perlu berbangga atas keberhasilan pemuda itu. Tapi...
Chanyeol dari kejauhan, yang baru saja dihantam tinju-keakraban dari sahabat-sahabatnya, berjalan melewati barisan terdepan peserta upacara dengan rasa kegembiraan yang membuncah dari dalam dirinya. Baekhyun jelas melihat Chanyeol memperbaiki posisi kacamata dengan senyum —menurut Baekhyun sendiri— yang membuatnya terlihat tampan sekaligus manis, serta langkahnya yang sedikit pelan saking gugupnya.
Sekarang, perasaan Baekhyun pada mantan rekannya bukan lagi sebatas teman pada umumnya.
Dalam keheningan yang berpadu dengan keriuhan, Baekhyun hanya mampu mengekspresikan kebanggaannya dalam senyum tipis.
Selamat untuk keberhasilanmu sampai sejauh ini. Kau benar-benar pantas mendapatkannya. Perlahan, gadis itu dapat merasakan pipinya yang menghangat ditengah-tengah hujan salju.
"Oh~ Jadi seperti ini yang dinamakan bangga dengan orang yang kau sukai, ya?" Yixing menggoda sahabatnya, dimana Baekhyun merasa terganggu karenanya.
"Hus, kecilkan suaramu. Bagaimana kalau ia dengar?"
"Easy, easy, Mrs. Park."
"That's not funny. Aku bahkan belum pernah mencuri kesempatan untuk mengobrol-lama dengannya."
Yixing sedikit terkejut. "...lalu, bagaimana kau bisa menyukainya? Kukira kamu dan Chanyeol pernah mengobrol, dan secara tak sengaja kamu jatuh cinta pada topik pertama kalian."
Baekhyun hanya menjawab dengan singkat, senyumnya mulai memudar, "Tidak tahu."
"Hei— hei— kok bisa begitu, sih?"
"Karena jika aku beritahu, takutnya kamu akan menganggapnya sesimpel itu."
Ya, sesimpel gadis yang menyukai seseorang—yang spesial— dalam diam. Merasakan senangnya hanya seorang diri, serupa dengan mendapatkan pahitnya yang sama-sama tak dibagi pada orang lain. Selalu berlanjut sampai gadis itu hapal betul dengan rasa khas masing-masing —bagai melahap beberapa potong coklat yang berbeda, rasanya selalu berbeda bukan?— ,dan menikmati bagaimana hidupnya berjalan dengan perasaannya pada orang itu. Sesimpel itu, meski kenyataannya lebih rumit dibandingkan perasaan suka yang dijadikan konsumsi siswi-siswi penggosip— atau bahkan tidak menyukai satu orang pun selama masa-masa SMA.
Gagak-gagak yang menyusuri langit damainya, juga angin yang meniupkan bayang-bayang masa lalu pada Baekhyun. Jam seakan berhenti berdentang.
[Major 134340 by renewtshn.]
[Oneshot.]
[Byun Baekhyun and Park Chanyeol as the main casts. The rest of ot12 exo members, and oc(s) had included too.]
[Romance, Friendship.]
[T-Rated.]
[Chanbaek as the main pair, maybe?]
[Typographs, EYD yang kurang baku, many slang words, Genderswitch, and many more. I'm just ordinary writer, bro. Tidak maklum harap close tab saja.]
[Disclaimer: I own nothing, except the story. All the casts belongs to God and their agencies, tbh. Also, no profits taken.]
[Setting terletak di kota Sungai Han.]
[Note: THIS IS JUST A REWRITTEN STORY. Saya sudah pernah mempublikasikan versi pertamanya, yang bisa kalian baca diwordpress. rinrinchanss adalah saya. Ini jelas tidak termasuk dalam aksi plagiat. Saya hanya mencoba membubuhkan rasa yang berbeda di cerita yang notabenenya sebuah kisah nyata.]
Selamat membaca!
Baekhyun masih ingat, dalam kelas yang berisi 32 murid, ia dan Chanyeol pernah menjadi teman sekelas sewaktu berada di tingkat 11. Ia masih mengingat betul, bagaimana Chanyeol yang kebingungan mencari teman sebangku, yang pada waktu itu hanya ada kurang lebih 5 murid laki-laki di kelas mereka.
Ia benar-benar masih mengigat semuanya.
Bagaimana Chanyeol yang dengan cepat menyelesaikan soal-soal Ilmu Pengetahuan Alam yang tertera di papan tulis. Juga saat pemuda itu mengetahui bagaimana azas Black bekerja penuh pada jawaban-jawabannya, Baekhyun masih mengingat senyum yang terpatri di wajahnya. Senyum yang membuat Baekhyun tak terpikir untuk sekalipun menyerah dari pemuda itu.
Bagaimana Chanyeol yang berjalan mondar mandir didepan ruang Komputer dikarenakan rasa gugup jika ia gagal dalam Ujian Prakteknya. Baekhyun yang menyelesaikan tes dengan kurun waktu cepat hanya bisa menahan rasa khawatir—bagaimana ya, menyebutnya, tapi hampir seperti itu, dan seperti biasa menyimpannya untuk diri sendiri. Baekhyun tergerak untuk membantu Chanyeol yang kepayahan dalam mengerjakan grafik penjualannya, setidaknya memegang tangan saja—modus tak tersampaikan. Tapi ini serius, jari-jemari Chanyeol yang gemetar itu membuat Baekhyun sendiri hampir dikenai Ujian Pengulangan karena kesalahan dalam menginput data.
Bagaimana Chanyeol yang mendapat kesempatan untuk berakting dengan gadis lain dalam Teater pelajaran Bahasa. Saat itu, Baekhyun mungkin berpikir seperti "Sialan! Kenapa perannya sebagai suami tokoh utama?!". Yang jelas, menyimpan untuk diri sendiri adalah salah satu jalan yang dirasa paling ampuh untuknya. Mana mungkin Baekhyun akan memaki-maki di kelasnya sendiri? Jelas, akan ada ledakan tawa penuh ejekan dari teman-temannya.
Dan yang terakhir kali, Chanyeol dan rekan Olimpiadenya yang tak sengaja bertemu dengan Baekhyun di tangga. Beruntunglah Baekhyun juga ditemani rekan klub Bahasa Inggrisnya—Yixing, setidaknya ia terhindar dari salah tingkah akut— kalau hanya melihat sekilas, biasa. Kali ini, mata keduanya saling bertautan untuk beberapa detik. Juga Baekhyun dan Chanyeol yang menghentikan obrolan masing-masing secara bersamaan. Meski ada untungnya juga, karena baik rekan Olimpiade Chanyeol maupun Yixing, keduanya seolah-olah tidak menyadari sahabat masing-masing malah bertatapan seperti itu. Baekhyun bebas dari ocehan sahabatnya.
Yang membuatnya sampai sekarang masih merasa tertekan? Tatapan idiot itu. Baekhyun bahkan masih mengingat hari apa kejadian itu berlangsung, dan bahkan model dan warna jaket yang mereka kenakan tempo hari ternyata sama.
Ia menyusun memori-memori yang bagai kepingan puzzle berceceran itu, dimana pada awalnya tidak enak diingat—terlalu simpel, tak berkesan bagi orang lain, juga tidak sambung-menyambung satu sama lain, pada akhirnya akan membentuk suatu potret yang tak pernah ia lupakan.
Saat di tingkat 11, semua itu diawali dari pembagian kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial.
"Untuk kelompok 5, anggota-anggotanya adalah sebagai berikut; Huang Zitao, Irene Kim, Byun Baekhyun, juga..."
"Ayo, dua anggota la—"
"Park Chanyeol dan Kim Jinwoo."
"...he?"
Juga diawali dengan kegiatan pinjam-meminjam spidol.
"hei, Byun."
"Ada apa?" Yang ditanya malah berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Kupinjam spidol permanenmu yang hitam, ya. Kau boleh meminjam spidol yang warna merah padaku, jika kau tidak punya."
"...uh, sure."
Yah. Intinya, rasa suka bisa datang dari hal-hal sesimpel itu.
Ah, juga yang satu ini.
"Chanyeol!"
"mr. Kang?"
"Kamu dapat salam dari salah satu kakak kelas perempuanmu. Ia bilang, kamu sangat tampan."
"...oh, ya?"
Sahabat Chanyeol mulai menyikut lengan pemuda itu.
Dan, marilah tengok Baekhyun yang mendengus kesal sekarang.
"Bohong sekali. Apanya yang tampan?"
("Jangan begitu, padahal setahuku kau pernah bilang ia tampan, bahkan mengatakan manis pun." "Hei, diamlah!")
Terlepas dari itu semua, dibandingkan dengan pemuda lain, Baekhyun membenarkan bahwa ia sudah terlalu "awestruck" dengan Park Chanyeol ini.
Ketika fajar mulai membentang, Baekhyun sudah berada dirumahnya. Seusai menyejukkan tubuh dengan shower, ia menggunakan piyama berwarna baby blue untuk pakaian malam nanti. Ia menyalakan netbook yang ditaruh di atas meja kayu, sembari menyamankan posisi duduknya di kursi. Saat layar monitor mulai menyala, Baekhyun segera mengklik icon salah satu jejaring sosial yang ia miliki.
Tak lama kemudian, lengkungan penuh kebahagiaan menghiasi wajahnya. Dari pesan terakhir yang ia terima—tak tahu darimana—, gadis itu bergegas merebahkan dirinya di kasur, mengambil telepon genggam yang tergeletak dengan naasnya, kemudian segera menghubungi seseorang.
"Selamat sore, ini dengan pemilik username elderxwand?" Baekhyun mulai menanyakan identitas begitu panggilannya sudah tersambung dengan orang di seberang sana.
"Tak perlu kaku begitu, calypsaviour. Beruntunglah kau menerima pesannya."
Baekhyun tertawa renyah. "Jujur saja, aku tak menyangka kau memberikan nomor teleponmu sendiri dan ingin mengobrol denganku. Bukankah kita saling mengirimi pesan di twitter?"
"Tidak, hanya saja... aku ingin mengobrol langsung denganmu. Memangnya salah?"
Perasaan menggelitik kemudian muncul ke permukaan. Mendengar pernyataan seperti ini, Baekhyun mengharapkan pemuda itu yang mengatakan ini, dihadapannya. Justru yang ia dapat malah teman akrabnya dari dunia roleplaying. Tak apalah, pikirnya. Barangkali pemilik username elderxwand benar-benar orang yang hangat, seperti temannya di dunia fana tersebut.
Tetapi, ada sesuatu yang sedikit mengganjal. Suara elderxwand, Baekhyun kenal baik dengan pemilik suara ini. Namun, ia lupa identitas orang itu. Barangkali sahabat, teman, atau bahkan sepupunya.
"Baiklah, baik. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan sampai aku harus menelponmu?"
"Begini, jadi.." —elderxwand menarik napas panjang—"..saatdisekolahtadikauharustahubahwaakuberhasilmewakilisekolahkuuntukolimpiadefisika!Itubenarbenarmembanggak—"
Gadis bermarga Byun itu ternganga. Bagaimana bisa temannya—elderxwand berbicara tanpa jeda selama ini?
(Ngomong-ngomong, Baekhyun seperti mendengar sesuatu yang lebih familiar jika dibandingkan nada suara elderxwand.)
"...apa yang kau bicarakan? Tidak jelas, tahu."
Terdengar ocehan kekesalan dari sana. "Baiklah, akan kujelaskan lagi, jadi begini..," elderxwand menarik napas panjang, namun Baekhyun menghentikan temannya itu sebelum telinganya berdengung.
"Intinya, yang kusimpulkan adalah kau mendapatkan pengalaman menyenangkan saat berada disekolah tadi. Ada lagi yang ingin dibicarakan denganku?"
"Sejujurnya, aku ingin membicarakan banyak hal denganmu. Bisa, kan? Toh tidak sampai jam sepuluh malam."
"a-apa? Oh, oke."
Baekhyun menanggapi kalimat perkalimat yang diucapkan elderxwand, begitu juga sebaliknya. Obrolan mereka mengalir deras bagaikan banjir yang meluap. elderxwand benar-benar menaikkan tingkat moodnya, seperti biasa.
"Masih ingat tidak insiden unevenkiddo yang dikurangi poinnya karena salah plotti— OH ASTAGA. Kau bilang tidak akan sampai jam sepuluh malam!" Baekhyun berteriak panik sembari menatap jam dindingnya. Oke, obrolannya dengan elderxwand di twitter saja selalu berlanjut hingga lewat kemampuan dewi Malam untuk menyinari langit— benar-benar larut malam.
elderxwand tertawa usil. "Mungkin kau saja yang ingin berlama-lama ditelpon."
"Apa? Aku? Tolong ya. Aku hanya ingin berlama-lama jika pemuda yang kusukai menelponku—yah, meski hanya ingin menanyakan proyek Teater. Hih."
"Kau menyebalkan."
"Kalau iya, kenapa? Akan kututup ya, telponnya. Kau tidurlah, anak kecil tidak baik tidur malam-malam." Baekhyun tertawa mengejek.
"Sialan, kau benar-benar..." elderxwand mencibir. "Sebelum itu, boleh aku tahu siapa orang yang kau sukai itu?"
Baekhyun mendadak bungkam. Sangat lama.
Baru kali ini elderxwand bertanya hal-hal seperti itu. Jika saja ia tak menyebutkan "Aku hanya ingin berlama-lama jika pemuda yang kusukai menelponku," pasti elderxwand tak akan bertanya seperti barusan. Ugh! Stupid mouth! Stupid mouth! Baekhyun memaki dirinya sendiri dalam hati.
"...Tidak apa jika kau tak mau cerita. Lagipula, jika aku tahu siapa orang yang kau sukai, aku tak bisa membocorkan hal ini pada teman-temanku. Kita pada dasarnya tak saling mengenal, benar?"
Baekhyun masih terdiam.
Mungkin saja elderxwand akan menutup telponnya sehabis ini. Ya, daripada terus menerus mendesak orang lain untuk membocorkan rahasia pribadinya, putuskan saja koneksi telponnya. Di sisi lain, Baekhyun merasa bersalah kalau saja ia tak menjelaskan siapa itu Chanyeol dan mengapa ia sangat menyukainya. Ia dan elderxwand sudah menjalin persahabatan sejak dua tahun lalu, kalau mereka sudah sedekat itu... mana mungkin Baekhyun masih saja menutupinya. Lagipula, memendam terlalu lama juga tidak baik.
"Baiklah kalau begitu, calypsaviour. Selamat mala—"
"HEI TUNGGU! Oh, well... Aku memang sedang menyukai seseorang yang bahkan hampir tidak menyadari keberadaanku. Puas sekarang?"
elderxwand kedengarannya mulai melancarkan strategi kejahilan-tak-berujungnya. "Tak menyadari keberadaanmu. Semenyedihkan itu? Eng, kalau kau ingin curhat padaku, boleh saja."
"Tidak mau! ...eh, sudahlah, toh kau juga tidak akan mengerti keadaannya. Sejak berada di tingkat sebelas, aku menyukai seseorang yang juga teman sekelasku saat itu. Aku tidak mengerti, mengapa aku sangat mengaguminya sampai sekarang, hanya dengan menatapnya dari kejauhan."
Tak terdengar apapun dari sana, namun Baekhyun yakin elderxwand belum memutuskan sambungan telponnya.
"Aku tak pernah diberi kesempatan untuk sekedar mengobrol dengannya. Aku sudah tak sekelas lagi dengannya. Dan kau tahu? Mungkin saja dia sedang berpacaran dibelakangku. Eh, memangnya aku ini siapanya... sampai melarang orang lain berpacaran saja. Hahaha."
Baekhyun menerka, jika elderxwand ada dihadapannya sekarang, ia pasti akan tersenyum miris kearah gadis itu.
"Aku sangat menginginkan kesempatan-kesempatan itu berdatangan padaku, namun disisi lain aku tidak bisa mengharapkannya."
"...apa kau tidak bisa langsung saja mendekatinya? Jangan sungkan untuk mengajaknya mengobrol, kalian kan teman."
"Ya, teman..." Keheningan menguasai percakapan mereka, sebelum akhirnya, "jika diibaratkan, ia bagaikan bintang VY Canis Majoris, dan aku adalah Pluto si kerdil. Pluto, hanya bisa menikmati keindahan Canis Majoris tanpa mempunyai kesempatan berdekatan dengannya."
"Maksudmu?"
"Orang itu—bintang... hanya dapat bermakna jika kita menatapnya dari kejauhan, bukan?"
Butuh waktu lama sebelum akhirnya telepon genggam Baekhyun mati kehabisan baterai.
[end.]
[writer's note.]
YUHUUUUU~ I'm come back to haunting you again. Muahaha.
Canda, ding.
As i said before, ini hanya versi kedua. Saya hanya mengedit nama tokoh dan beberapa hal yang sebelumnya tak sengaja tercantum. Hhh. Menjadi editor dadakan memang ngga enak.
Oh, ya! Untuk yang muslim, mari bersama-sama menjalankan puasa dengan sepenuh hati~! Kurangi stalking foodporn—meski saya masih sering ubek-ubek timelinenya, apalagi baca fiksi dengan rating Not Children di siang hari. Bukan berarti malem juga boleh ya. Oke, kalau sudah cukup umur memang sah-sah saja. DUH KOK JADINYA CERAMAH.
Berhubung saya juga lagi bosen rambling nggak jelas, langsung ke akhir kata saja.
boleh minta review, favorite, atau bahkan follow-nya? Seikhlasnya saja.
Thankschuuuu~~! You're guys are incredibly awesome!
And last but not least, happy Fasting Month!
[2015, Elizabeth Raven Watson's copyright. No profits taken.]
[read the original vers. on wordpress. saranghaja~!]
