Baiklah.. maaf dan maaf mari lupakan saja 'Summary-nya' yang menyambut dimuka. Saya kurang pintar berkencan dengan 'Summary' *bleh
Well.. happy reading! Maen tinggal jejak yok! :3
.
.
oo000oo
Inside Out
HoMin (Yunho&Changmin )
Chapter 1
Drama, Romance
Warning: Typo's. Don't bother to come if you are a homophobic.
Cast are belong to God, DBSK, SME, and themselves. Me author hanya pinjam nama, yaa selalu masih seperti biasa.
Ini FF pertama saya yang akan saya tulis dalam bentuk chapter. Wanna RnR ? Thanks!^^
Baiklah.. Kebahagiaan saya untuk menyambut kalian , selamat datang dirumah saya. HoMin menyambut kalian ^^. Bleh! Lupakan kata sampah yang ini. Mari langsung saja masuki kamar HoMin.
.
.
.
'NO MONEY'
.
Bell pintu kediaman Jung Yunho meraung berulang didalam rumahnya, menggema kedalam setiap sudut ruangan mengusik tidur manusia berkulit putih susu yang masih belum mau membuka matanya. Dia menggeliat menendang selimut yang menutupi separuh dari tubuhnya, tangannya menarik bantal halus dan ringan yang terbuat dari bahan bulu yang menggelepar disamping kanan tubuhnya untuk menutupi telingannya yang mendengung penuh dengan nada mengganggu yang keluar dari bell pintu rumah yang terus meraung tiap sepersekian detik.
"Bisa kau bunuh orang yang terus saja menekan bell pintu rumahmu ini untukku Yun ?"
Yunho yang baru keluar dari dalam kamar mandi disambut teman tidurnya yang kini sudah duduk terbangun karena gangguan dari bell pintu yang terus berdering nyaring menandakan orang yang berada diluar rumahnya benar-benar belum mau menyerah dan pergi, menuntut untuk dibukakan pintu walau sudah lumayan lama pintu yang hadapinya belum juga dibukakan oleh sang tuan rumah.
Yunho menyungging sudut bibirnya, mendekati pria bertubuh ramping dengan rambut blonde lurus yang duduk mengerucutkan bibir merah plumnya diatas ranjang.
" Cium aku dulu, akan kubunuh orang itu untukmu!"
Belum menutup bibir Yunho yang baru saja mengucapkan kata seductive untuk pria yang duduk manja didepan wajahnya, tangan halus pria cantik ini sudah menggelayut nakal dileher basah Yunho yang belum sempat mengelap kering tubuhnya dari sisa air hangat yang baru saja membasahi seluruh bagian tubuhnya.
Bibirnya bergumul basah dengan bibir cerry merah yang melekat dan menghisap bibir tebalnya yang mengeluarkan nafas berbau harum daun mint yang dihasilkan pasta gigi yang baru saja digunakannya untuk membersihkan gigi dan juga setiap sudut didalam mulutnya.
DIIINGGG DONGGGGG DINGGGG DONGGGG!
Tautan bibir basah meraka terurai, suara bell pintu rumah Yunho kembali meraung, sang tamu belum juga mau menyerah dan undur.
"Pastikan kau membunuhnya!" Gereget namja cantik itu sambil mengelap lembut bibir Yunho yang basah karena saliva mereka yang saling bercampur, berkecipak, beradu membasahi mulut mereka masing-masing.
Yunho tersenyum manis tanpa memberi banyak arti, dia tahu benar tabiat teman tidurnya ini. Paling tidak suka tidurnya terusik, kenyamanannya terusik, atau apapun itu ketika dia mulai merasa kesenangannya terusik maka dia akan mulai bersungut liar, mencerca kata umpatan, dan menggerakkan badannya tanpa pikiran. – Yunho melangkah menuju pintu depan rumahnya dengan handuk putih yang melingkar dipinggang.
Sementara itu, Shim Changmin. Pemuda berambut cepak berwarna kecoklatan dengan sedikit poni miring yang menggantung diatas alisnya yang lebat mulai terlihat bosan. Berdiri hampir 10 menit didepan pintu yang masih belum mau menunjukkan tanda-tanda akan terbuka biarpun sudah berkali-kali dia menekan tombol putih yang melekat disamping kanan pintunya. Bell pintu ini sama sekali tidak menolongnya untuk meneriaki sang pemilik rumah agar segera membukakan pintu untuknya.
"Ayolah, bercanda saja orang itu, dia bilang jam 8, ini sudah lebih sepuluh, apa dia mempermainkanku?"
Hands free yang tadi sudah disimpannya didalam saku jaket kini kembali dipasang, menggantung manis dikedua telinganya. Music genre progressive house memenuhi gendang telingannya. Dia berpaling dari pintu yang sepertinya masih enggan terbuka. Punggungnya bertabrakkan dengan dinding berwarna nila yang dijadikan sandaran tubuh tingginya. Changmin belum mau pergi, sebenarnya menunggu adalah hal yang sangat dia benci, namun dia tidak berniat juga untuk pergi, dia membutuhkan pekerjaan ini, dia berniat menunggu sampai pintu berwarna abu-abu ini mau terbuka dan menyembul wajah pemiliknya dari dalam rumah. Atau mungkin saja sang pemilik tengah berada diluar rumah, jogging misalnya mengingat ini masih terbilang sangat pagi. Changmin tetap berniat menunggu didepan rumah mungkin saja saat nanti sang pemilik rumah kembali dari luar maka dia akan langsung melihat Changmin menungguinya lama didepan pintu rumahnya. Sesekali tangannya masih bermain dengan tombol bell pintu yang berada disamping kanan telingannya, ditekannya berkali-kali dengan tubuh masih membelakangi pintu.
Kepalanya menggangguk-angguk syahdu mengukuti Galantis yang berteriak ditelingannya yang seolah hanya bernyanyi untuknya, lagu anyar dari duo Swedish yang didengarnya sedikit bisa membuat bosan Changmin mulai teralihkan. Matanya mengambang melihat langit-langit gedung apartement tinggi yang sekarang sedang ada dia didalammnya.
"Kalau sampai lagu ini selesai dan pintu jelek ini belum juga mau dibuka, maka aku akan pergi menemui Kyuhyun dan menamparnya dengan sepatu bau dan basah, tapi tunggu.. aku harus menendang dulu pintu jelek ini sebelum aku pergi, enak saja aku dipermainkan disini.."
Changmin bergumam disela anggukan kepalanya mendengarkan Galantis yang masih mendominasi telinga. Kalau mau mengingat, hari ini sebenarnya adalah hari yang akan menyenangkan untuknya.
Pukul 5 sore kemarin hari saat Changmin meraung sedih tanpa air mata didepan Kyuhyun dan kawan-kawan dari Kyu-Line nya, meratapi hidupnya yang sedang kekurangan dana untuk bergaya merawat diri dan mempertampan wajahnya, Changmin yang menyewa apartement -didekat Universitas tempat dia menempa ilmu sebagai mahasiswa Art dan Sastra-ini juga sangat membutuhkan uang untuk kebutuhannya makan mengisi perut yang selalu menendang minta suapan, tidak seorangpun dari sahabatnya yang mampu memberinya solusi pencerah selain malah akan menertawakannya yang sedang bergulung-gulung wajahnya diatas meja restoran.
Sementara Changmin masih bergulung sedih mencium meja tanpa mengeluarkan air mata, telinga panjang Kyuhyun sedang mendengarkan obrolan dua pemuda yang sama-sama memegang kamera ditangannya, dua pemuda itu duduk disamping meja makan meraka. Satu diantaranya berkeluh kesah membicarakan rumahnya yang tidak tertata, kehilangan benda miliknya didalam tumpukan sampah rumah, sementara pemuda satunya lagi menyarankannya untuk mamanggil orang yang bisa bekerja paruh waktu untuk membersihkan rumahnya. Disaat itulah Kyuhyun dengan tanpa bertanya mengganggu obrolan dua pemuda yang tak dikenalkannya itu dan menunjuk wajah Changmin mengatakan dia sanggup bekerja. Setelah berembuk mengenai jam kerja dan uang bayarannya, akhirnya Changmin yang setengah terpaksa mau-mau saja menjadi pembantu-paruh waktu pembersih rumah pemuda yang sebelumnya belum pernah dikenalnya.
Bukan orang tidak punya, Shim Changmin hanya sedang dibimbing untuk mandiri saja. Keluargannya tinggal di Busan, sementara Changmin sendiri tinggal dipusat kota Seoul. Ayahnya adalah seorang CEO dari perusahaan terkenal didaerahnya, sementara ibunya sendiri adalah seorang sosialita yang mempunyai banyak teman perempuan dari golongannya. Golongan orang terpandang yang hidupnya lebih dari sekedar berkecukupan.
Hanya kenapa Shim Changmin merengek membutukan biaya hidup, itu karena aturan dari sang ayah yang menginginkan anaknnya untuk mandiri, menghidupi dirinya sendiri. Ayahnya membayar semua tuntutan dana dari kepentingan sekolahnya, dan juga membayar uang sewa apartementnya, namun pria yang sudah menuju renta itu tidak menyokong biaya hidup anaknya untuk makan ataupun merias badan, dia ingin Changmin mencari sendiri untuk membiayai apa yang dibutuhkannya. Menurut pria bermarga Shim itu, anaknya sudah cukup dewasa dan kuat juga pandai untuk melindungi dirinya, ataupun menghidupi dirinya sendiri, pekerjaan separuh waktu menurutnya tak akan mengganggu sekolah anaknya.
Changmin sedikit tersentak, satu hands free ditelinga kanannya tertarik tiba-tiba.
"Bisa kau hentikan itu?"
Changmin susah payah menelan ludahnya, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mongering bagai gurun Sahara. Satu hands free yang masih menggantung di telinga kirinya segera ditariknya juga setelah menyadari tuan rumah yang sudah membuka pintu lah yang telah menarik tiba-tiba hands free yang terpasang di sebelah kanan telinganya.
"Mi-mianh.." Satu kata kecil dan pendek yang berhasil dia keluarkan. Matanya memandang lurus pada sosok Jung Yunho yang sudah berdiri dibibir pintu. Tubuhnya sedikit lebih gelap dari kulit tubuh Changmin, matanya sedikit menyipit namun memiliki tatapan tajam yang belum pernah Changmin temukan sebelumnya, bibirnya berwarna merah cerah dan sedikit basah, handuk putih melingkar dipinggangnya, rambut dan seluruh tubuhnya basah, titik air bergulir manja menuruni dada bidangnya yang ter-expose polos didepan mata Changmin. "Apa didalam sana sedang hujan?" Tanya Changmin bodo, mengeluarkan suara dan berakhir dengan mulut sedikit menganga.
Hanya senyum tipis, Yunho tak menanggapi suara bodoh Changmin yang terakhir. "Kau siapa ?" Suara dalam Yunho lagi, masuk merongrong telinga Changmin
"Ah.. kurasa anda melupakan ku, atau.. ,melupakan kesepakatan kita, aku orang yang kemarin di restoran. Yang euh…" Tangan Changmin berusaha menerjemahkan apa yang ada dikepalanya dalam bentuk gerakan badan. Mulutnya terlalu ogah untuk menyebut dirinya sendiri sebagai pembantu yang akan membantunya membersihkan rumah, walau hanya paruh waktu namun menyebut dirinya sebagai pembantu, kepala dan harga dirinya sepakat untuk menolak mengatakannya.
"Kukira kau sudah membunuhnya Yun?" Suara lembut namun terkesan keras dan sedikit manja menyelamatkan Shim Changmin dari kekakuan bibirnya.
Yunho dan Changmin yang masih berada didekat pintu bersamaan menoleh pada sumber suara yang ternyata adalah teman tidur Yunho yang menciptakannya.
'Yeoppoda..' Kepala Changmin berbicara melihat wajah cantik berambut blonde dan tubuh tinggi tegap dan ramping yang berdiri ditengah ruangan. 'Aiigh' Namun wajah Changmin seketika mengkerut seolah sedang menahan muntah ketika matanya menelisik sekujur tubuh manusia yang hanya mengenakan celana dalam berwarna putih yang juga sedang berbalik memandanginya.
Changmin menemukan dia cantik namun dia bukan wanita, matanya tak menemukan buah dada menggantung dibagian depan tubuhnya, sementara itu malah menonjol dibagian selangkangannya yang tentu saja itu bukan pembalut wanita atau semacamnya.
"Ah aku mulai ingat, maaf membuatmu menunggu lama silahkan masuk.." Suara Yunho membangunkan Changmin dari mimpi paginya yang sedikit buruk. Yunho bergeser dari mulut pintu mempersilahkan Changmin untuk memasuki kediamannya.
"Siapa dia ? Kau menemukan bocah lima tahunan ini dimana ?"
Changmin mendengus, bibirnya mengerucut, belum selesai dia melepas sepatunya , suara orang yang cantik namun laki-laki tadi menyambutnya dengan sindiran ringan namun menyebalkan ketika memasuki telinga Changmin.
"Jae!"
"Baiklah.. mianhe ueh…"
"Changmin.. Shim Changmin."
"Mianhe Changminnie, jangan hiraukan aku yang euh.. setengah telanjang ini…" Cekikik teman tidur Yunho sebelum dia melesat kembali kedalam ruangan yang diyakini mata Changmin adalah sebuah kamar tidur.
"Baiklah Changmin seperti yang kau dengar jangan hiraukan dia, bekerja saja seperti kesepakatan awal kita, Kalau sudah waktunya kau boleh pulang pembayaran akan langsung kukirim melalui rekeningmu!" Jelas Yunho yang ditanggapi Changmin dengan anggukan dalam.
Yunho tersenyum tipis sebelum ikut menyusul teman anehnya -menurut Changmin- kedalam kamar dan menutup rapat pintunya. Bukan urusannya untuk Changmin dia hanya akan datang membersihkan rumah sampai jam sebelas siang lalu melanjutkan kegiatannya mengikuti pelajaran sekolah pada pukul satu. Bekerja dan mendapatkan upah, itu saja yang ada dipikirannya, tentang seaneh apa orang yang berada didalam rumah, bukan termasuk dalam list kerjanya.
Changmin melempar ranselnya keatas rak sepatu yang bertengger disamping pintu. Meregangkan otot-ototnya sebelum tangan dan kakinya mulai bergerak lincah melompat-berjalan ketiap sudut rumah merapikan ruangan yang sudah seperti gunung yang baru saja selesai muntah.
Belum selesai semua pekerjaanya namun black Ck yang melingkar di pergelangan tangan kirinya membuat matanya ikut membulat. Sebelas, jam tangan itu sudah menunjukkan angka sebelas, artinya dia sudah harus keluar dari dalam rumah ini, namun sang pemilik rumah belum juga keluar dari dalam kamarnya.
"Menjengkelkan!" Gerutu Changmin yang kelelahan.
KNOCK!
Pintu baru diketuknya sekali namun kali ini Yunho sudah menunjukkan wajahnya yang rupawan dari balik pintu kamar.
"Kau.. ada apa ?"
"Time's up, saya harus pulang. Saya akan datang lagi besok. Namun kemungkinan tidak di pagi hari, besok saya kuliah pagi." Jelas Changmin pada Yunho yang masih berdiri diambang pintu kamarnya. Namun kini dia sudah tidak lagi berdiri dengan tubuh basah dan handuk putih dipinggang saja. Celana jeans dan kemeja hitam dengan lengan yang dilipat sebatas siku mempertegas sosok gagah, tampan wajah dan kesempurnaannya walau masih dengan wajah dingin dan datar seperti lapangan bola.
"Ne arraseo, tidak apa-apa hubungi saja aku besok kalau kau sudah akan datang!" Senyum tipis mulai mengembang, melengkung manis membelah bibir yang semula terlihat kaku bagai batu. "Mau barengan jalan keluar?"
"Ak..anda mau keluar ?" Tanya Changmin yang kembali pada penyakitnya yang tiba-tiba bisa mendadak gagap.
"Iya..Banyak model malang membutuhkanku.."
Tawa sekilas sebelum Changmin dan Yunho berjalan beriringan menuju pintu keluar. Changmin duduk menunduk merajut tali sepatunya, sementara Yunho sudah siap dengan tangan memegang knob pintu rumahnya.
"Baby.. Kau melupakanku ?" Rengek teman tidur Yunho yang dipanggilnya Jae, berlari dari dalam kamar dengan cermin Hello Kitty berwara pink ditangannya.
"Aku tidak suka terlambat!" Jengah Yunho seraya membuka pintu rumah lebar-lebar.
Bersamaan dengan orang yang super tampan namun dingin bagai balok es dan juga dengan orang yang super cantik namun sedikit aneh didalam elevator membuat Changmin berkali-kali menelan ludahnya tidak nyaman, menahan rasa kurang suka. Teman cantik bos-paruh waktu nya ini lebih lagi terasa aneh untuk Changmin saat dia mendesak untuk berdiri didekat Yunho yang semula berdiri tegap disamping tubuh Changmin, teman dari Jung Yunho itu sekarang seolah menjadi meja penengah diantara dua kursi.
"Wow!" Suara kagum atau mungkin kaget Yunho begitu mereka tiba diparkiran mobil, mata Yunho menilik lurus pada kendaraan Changmin yang ternyata terparkir berjajar dengan kendaraan miliknya.
Setelah sebelumnya Changmin yang terpana, kagum ataupun mungkin merasa sedikit aneh dengan Yunho, kini giliran Yunho yang dibuat Changmin terperanga dengan Audi R8 Spyder berwarna merah milik Changmin yang bertengger manis disamping mobil hitamnya.
"Menerima paruh waktu sebagai pembantu, tapi mewah sekali kendaraaanmu.. Bisa kau kenalkan lagi siapa dirimu ?"
"e he.." Cengir Changmin yang seharusnya bangga atau menyombongkan diri seperti yang biasa dilakukannya- kini malah gerogi dengan suara dalam dan tatapan lurus Yunho pada matanya.
"C'on babe, kita tidak mau terlambat" Suara teman cantik Yunho seraya menarik ujung kemeja hitamnya.
"So ahh Changmin.. see you tomorrow!" Ucap pisah Yunho melepas senyum lembut termanisnya yang belum ditunjukkannya pada Changmin sejak pagi tadi sambil mengangkat tangannnya keudara.
"See ya Kid!" Ucap centil teman dari Yunho, melirik Changmin sinis, menunjukkan wajah kurang suka dan meruncingkan bibir merahnya sebelum dia menghilang masuk kedalam Audi A6 berwarna hitam mengkilat milik Yunho. Mobil mewah itu mengerang sekilas sebelum melesat cepat meninggalkan Changmin yang masih belum juga memasuki kendaraannya sendiri.
"Harusnya kenalkan dulu saja siapa kau sebenarnya, apa pekerjaanmu dengan mengatakan 'model malang membutuhkanmu' kau body guard maksudmu ? ahhh.. sok misterius ya know!" Changmin mencibir, memperhatikan mobil hitam mengkilat yang sudah mulai mengecil di ujung mata. "Dan orang aneh itu? Bahkan aku tidak tahu dia yoeja or namja ? what a weirdos .." Masih mencibir, menggumam yang kurang penting seraya memasukan tubuh jangkungnya kedalam tunggangan mewahnya.
Empat roda hitam mulai mendesis, bergetar tipis dan melesat halus meninggalkan gedung apartement Jung Yunho bos paruh waktunya. No Money kembali mendominasi telinga Changmin kali ini lagu by Swedish electronic music duo Galantis ini meraung dari dalam stereo yang berada didalam Audi R8 Spyder yang dikemudikannya.
"Ahhh menyebalkan.. ranselku ketinggalan! Damn damn damn!" Changmin melolong memukul kemudinya berkali-kali , menghentikan mobilnya ditengah jalan tidak memperdulikan teriakan klakson yang bersahutan dibelakang. "Ahh pabbo Shim!"
.
.
.
To be continued..
.
.
.
So ahhhh... Chapter dua akan segera mengudara, tapi yaa.. aku mau tahu dulu tanggapan kalian bagaimana. Akan saya lanjutkan kalau ini cukup menyenangkan. Kalau sebaliknya, mungkin Chapter selanjutnya bulan dua aja ya ahaha..
Cerita akan saya buat seringan mungkin, karena in fact memang belum bisa buat cerita yang berat-berat .ehe..
Well.. See ya on the next chapter^^
InoCassio.
