danganronpa © spike chunsoft, kazutaka kodaka. no profit gained, no copyright law infringement intended. mungkin akan OOC. harem!Hinata, setiap drabble nggak ada hubungannya satu sama lain. non-despair AU karena aku sudah cukup diyowaikan zetsubou.

akan diupdate setiap saya niat.

.

nanami-hen, 1

.

Terkadang, jalan-jalan sama Nanami adalah bencana tersendiri bagi dompet Hinata. Bukan karena ia harus membelikan gadis itu jajanan atau mentraktirnya makan, tapi karena tempat kencan ideal bagi Nanami adalah game center, toko game, dan apapun yang berkaitan dengan video game. Dari tempat-tempat tersebut, toko game adalah pembawa bencana finansial yang paling besar. Melihat Nanami yang memborong game dengan uang subsidi dari sekolah (yang diberikan dengan alasan "demi menunjang bakat") terkadang membuat Hinata juga ingin ikut-ikutan khilaf. Namun apa daya, Hinata bukan anak sultan, bayar uang sekolah saja empot-empotan. Ujung-ujungnya, ia hanya akan meminjam game yang sudah dibeli Nanami. Cinta kan tak harus memiliki.

Ea.

Makanya, Hinata berusaha tidak ngiler ketika Nanami membawanya masuk ke toko game langganannya yang sedang memajang poster-poster game rilisan baru. Standee-standee Begin Fantasy XV menghiasi setiap sudut ruangan, membuat hati Hinata mencelos. Entah kapan ia bisa memiliki game tersebut-mungkin selamanya tidak akan pernah. Konsol untuk memainkan game-nya saja Hinata tak punya. Ya sudah, untuk sekarang ini rasanya lebih baik menunggu Nanami berbaik hati meminjamkan game beserta konsolnya pada Hinata.

Padahal Mas Noctis kece parah Ya Tuhan, mengapa ….

"Hinata-kun suka main Begin Fantasy?"

Pertanyaan Nanami barusan membuyarkan lamunan Hinata. Tumben sekali ia peka-atau ini hanya karena Hinata yang memang kelewat jelas menampilkan wajah ngidamnya. Hinata hanya mengangguk-angguk pelan, matanya melirik dua kotak CD game yang dibawa Nanami. Tidak ada Begin Fantasy XV di sana, mungkin Nanami belum berniat membelinya.

"Iya suka …" jawab Hinata, masih sambil mengangguk-angguk pelan.

"Mau main?"

"Mau, sih …." Hinata mengangguk lagi. Kalau ditanya begitu, jelas mau, dong. "Sayang aku nggak punya console-nya. Kapan-kapan saja, deh."

Sesungguhnya Hinata tidak bermaksud memberi kode keras pada Nanami, sehingga ia cukup terkejut ketika Nanami menyahut,

"Aku juga belum punya console-nya. Mungkin aku bisa mulai nabung buat beli, jadi nanti kita bisa main sama-sama."

Kenyataan bahwa Nanami belum punya console game paling mutakhir abad ini cukup mengejutkan, tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah implikasi bahwa Nanami mau susah payah menabung untuk bermain game Begin Fantasy XV dengan Hinata. Meskipun ini bukan kali pertama Hinata bermain game bersama Nanami, namun ini pertama kalinya Nanami bilang ia akan menabung demi bisa membeli console game yang dapat dimainkannya bersama Hinata.

Rasanya sedikit terharu.

"Se-serius, Nanami?"

Nanami mengangguk sekilas. "Uhmm … sekalian aset masa depan."

Kali ini giliran Hinata yang mengangguk-angguk. "Kalau untuk Ultimate Gamer sepertimu, tentu saja console game bisa jadi aset masa depan, ya …."

"Untuk Hinata-kun juga, kok."

Hinata mengerjapkan matanya mendengar kalimat Nanami barusan.

"He?"

"Untuk Hinata-kun juga." Nanami memandang Hinata serius. "Biar Hinata-kun mau terus main game denganku."

Pernyataan polos Nanami barusan membuat Hinata tak kuasa menahan tawa. Kikikan pelan meluncur keluar dari mulutnya, disusul dengan seulas senyum manis yang tulus.

"Aku senang sekali mendengarnya, Nanami," gumam Hinata riang. "Tentu saja aku masih akan terus mau bermain game bersamamu!"