Yuhuu~~
Hai, minna-san ^_^ apa kabar semua? Baik-baik saja kan? Renn ingatkan apabila ada typo ataupun alur ceritanya sedikit aneh mohon dimaklumi karena banyak orang bilang Renn ini orang yang aneh XD
Naruto tetap milik Masashi Kishimoto. Renn hanya meminjam karakternya dan tentu cerita ini 100% Renn yang membuatnya. Renn hanya ingin menuangkan perasaan Renn saja dalam bentuk tulisan. Mohon koreksinya dari para senpai di sini.
Yup, ayo kita mulai ceritanya
3,
2,
1... Action! *plak
.
.
(Bukan) Waktu yang Tepat untuk Cinta
OOC, GaJe, typo, dsb (maybe)
.
.
TEENG... TEENG... TEENG...
Bel berbunyi nyaring menandakan kegiatan Konoha Academy akan segera dimulai. Pagi hari yang agak mendung menyambut para siswa Konoha Akademi yang datang untuk menuntut ilmu. Siswa yang baru saja melewati gerbang sekolah langsung berlari menuju kelas masing-masing. Namun bunyi bel sepertinya sama sekali tak mempengaruhi sesosok siswa berwajah tampan dan berambut model acak-acakan seperti ekor ayam. Siswa tersebut berjalan dengan santai sekali, padahal pintu gerbang KA sudah hampir ditutup. Ia memasukan kedua tangannya ke saku celana seragam.
Saat ia sudah berada di depan pintu gerbang, ketua OSIS sudah berkacak pinggang menantinya. "Sasuke! Kau tak berubah. Ikut aku ke ruang OSIS!" bentak Pein, ketua kedisiplinan KA. Sasuke hanya memberi jawaban khas keluarga Uchiha dan mengikuti Pein yang sudah berjalan di depannya.
~~Ruang Kedisiplinan~~
Pein dan Sasuke memasuki ruang kedisiplinan yang telah dipenuhi oleh para panitia kedisiplinan. Pein duduk di balik meja yang menghadap tepat ke arah Sasuke yang membelakangi pintu masuk. "Pelanggaran yang sama. Rambut dan seragam acak-acakan."
Deidara dan Sasori hanya menatap bosan melihat orang yang sama setiap pagi. Herannya, mengapa Pein tetap membawa Sasuke ke sini padahal mau dinasihati sekeras apapun, Sasuke tetap melakukan hal yang sudah menjadi rutinitas di kehidupannya.
"Itachi, kalau saja Sasuke bukan adikmu dan anak dari pemilik KA, pasti sudah dari dulu ia dikeluarkan dari sekolah." Pein menatap kesal pada Itachi.
"Ketua kedisiplinan... Kau tak pantas menyandang nama itu. Banyak piercing yang ada di wajahmu atau mungkin di tubuhmu juga ada. Itu sama sekali tidak melambangkan kedisiplinan di sekolah ini," ucap Sasuke cukup panjang dengan nada datar. Pein hanya terdiam menanggapi omongan Sasuke. Saat ia akan membuka pembicaraan lagi, tiba-tiba...
BRAAKK
"Deidara-senpai, lihat! Tobi bawa banyak sekali makanan untuk kita semua. Tobi anak baik kan?!" Tobi berlari menghampiri Deidara yang sejak ia masuk sudah menatapnya horor. Di tangannya banyak sekali plastik yang berisi makanan. Saat Tobi berlari, ia terjatuh dan semua makanan tumpah sia-sia menimpa Deidara dan Sasori. Deidara langsung naik darah dan memukul Tobi hingga membentur tembok. Anehnya ia tetap dapat bersuara..
"Tobi anak baik. Tobi anak baik."
"Berisik, un."
"Tobi anak baik... Tobi anak baik... Tobi anak ba-" Deidara langsung membungkam mulut Tobi dengan tanah liat yang selalu ia bawa. Sedangkan Sasori dengan tampang datar membersihkan mukanya dengan tisu basah dan langsung keluar ruangan untuk mengganti pakaiannya.
Pein menatap tajam Tobi sehingga membuat Tobi terdiam. Konan menghampiri Pein dan menyentuh pundaknya, berusaha menenangkan emosi kekasihnya itu. Pein menghela nafasnya, lalu menarik secarik kertas dan memberikannya pada Sasuke. "Kembali ke kelasmu, Sasuke. Dan ingat hukumanmu." Tanpa diberi perintah 2 kali, Sasuke langsung keluar dari ruangan menyebalkan itu dan menuju kelasnya.
~~Lorong Sekolah~~
Seorang gadis berambut merah jambu dan memiliki dahi yang lebar (dihajar sakura) berjalan mengendap-endap di lorong sekolah. Ia berjalan mundur sambil memperhatikan sekelilingnya. Ia sepertinya baru saja berangkat karena tas masih ia pakai.
BRUUK
Gadis tersebut menabrak seseorang yang ada di belakangnya, membuatnya terjatuh dan tertimpa seragam yang dibawa oleh orang yang ia tabrak.
"A-ano, maaf... Maaf saya terlambat, maaf." Gadis itu tak berani mengangkat wajahnya dan terus saja meminta maaf. Sampai sebuah tangan terulur padanya.
"Sakura?"
"Eh? Sa-Sasori-senpai." Sakura segera berdiri dan merapikan seragamnya, keringat mulai membasahi pelipisnya. "Maaf aku tak melihat senpai tadi." Sakura mengambil seragam Sasori yang terjatuh tadi.
"Tak apa. Sebagai gantinya, ikut aku ke ruang kedisplinan sekarang!" ucap Sasori lembut namun masih ada unsur ketegasan di nada suaranya. Sakura hanya dapat menundukkan wajahnya dan mengikuti Sasori menuju ruang kedisiplinan.
~~Ruang Kelas~~
Masih dengan tampang kerennya, Sasuke masuk ke dalam kelas dengan secarik kertas di tangannya yang bertuliskan
Datang Terlambat
Hukuman : Membersihkan Lapangan Basket
Tak lama setelah Sasuke masuk, Sakura pun masuk dengan membawa kertas yang sama seperti milik Sasuke. Ino yang melihat sahabatnya itu membawa secarik kertas di tangannya hanya dapat geleng-geleng kepala. "Tertangkap, hm?"
"Iya. Oleh Sasori-senpai." Sakura duduk di samping Ino.
"Sasori-senpai yang baby face itu? Aaaaa~ aku ingin bertemu dengannya... Beruntung sekali kau Sakura."
Sakura hanya mendengus kesal mengetahui tingkah sahabatnya Ino itu. Iya sih, memang benar jika Sasori-senpai itu adalah salah satu idola di KA, tapi kenapa semua gadis di sini dengan mudahnya terpesona dengannya. Walau Sakura juga dulunya merupakan fans Sasori namun sekarang tidak karena ia menyukai orang lain.
Kakashi-sensei masuk dengan santai dan berdiri di balik meja guru lalu berkata, "Maaf aku telat karena-" belum selesai kalimatnya, siswa siswi langsung protes kesal. Mereka sudah berkali-kali mendengar alasan wali kelas mereka yang selalu terlambat.
Para siswa di kelas itu masih saja ramai sampai pada akhirnya Kakashi-sensei berdeham keras sehingga membuat mereka terdiam. Ternyata Tsunade-sama, kepala sekolah KA, berbicara melalui ruang informasi dan disambungkan ke speaker di seluruh kelas di KA.
"Sabtu besok, KA akan mengadakan malam perpisahan untuk kalian. Pukul 20.00 semua siswa harus sudah datang. 1 detik saja terlambat, kalian tak diperbolehkan mengikuti malam perpisahan. Yang mengikuti malam perpisahan ini seluruh siswa KA. Dan karena acaranya besok, hari ini kalian diliburkan. Sekian."
Secara serempak semua siswa KA langsung bersorak gembira dan keluar kelas. Dalam waktu beberapa detik saja, KA sudah berubah seperti pasar. Siswa siswi dengan gembira berjalan mencari teman-teman mereka dan mulai membicarakan apa yang akan mereka kenakan besok. Para gadis sangat sibuk mempersiapkan gaun apa yang akan mereka kenakan untuk menarik perhatian para idola mereka, Sasori-senpai, Itachi-senpai, Sasuke, Neji, dan masih banyak lagi. Bahkan cowok-cowok yang tak normal pun mengincar Deidara-senpai yang di mata mereka sangat manis itu.
Kegembiraan siswa siswi KA tak sampai pada ruang kedisiplinan yang terkenal suram itu karena kegiatan di sana tetap sama seperti biasanya.
Tobi mulai berbicara tak jelas lagi dan merangkul senpai-nya itu (Deidara). Sasori dan Itachi masih dengan tampang datarnya. Kakuzu mulai menghitung anggaran yang akan dikeluarkan oleh panitia kedisiplinan. Hidan masih mengasah sabit kesayangannya itu dan mengucapkan doa-doa yang tak jelas. Kisame sibuk memberi makan hiunya. Zetsu putih dan hitam saling beradu argumen mengenai jenis tanaman apa yang akan mereka pakai pada acara itu. Sedangkan 2 panitia kedisiplinan lainnya tak terlihat di sana. Ternyata Pein dan Konan sibuk berpacaran (author dihajar) di salah satu kamar yang ada di ruang kedisiplinan.
Siswa siswi KA mulai pulang ke rumah masing-masing dengan kegembiraan yang masih terpancar di wajah mereka. Sedangkan Sasuke dan Sakura harus menerima nasib mereka yang diberi hukuman membersihkan lapangan basket.
~~Lapangan Basket~~
"Pantat Ayam, kau dihukum juga, heh?"
"Hn."
"Seorang anak dari pemilik KA dihukum membersihkan lapangan basket."
"Hn."
Sakura mendengus kesal dan mulai memunguti sampah-sampah yang ada di bawah bangku penonton. Sedangkan Sasuke membersihkan lapangan basket yang dipenuhi kertas-kertas tak jelas.
Keheningan tercipta di antara mereka. Sebenarnya Sakura sangat ingin mengajak Sasuke mengobrol dan mengenalnya lebih jauh. Sakura banyak mendengar gosip kalau Sasuke tak punya pacar dan sikapnya cuek pada lawan jenis. Bahkan ada yang menggosipkan bahwa Sasuke itu seorang gay. Segera saja Sakura menyingkirkan pikiran-pikiran itu dari otaknya dan melanjutkan pekerjaannya.
Sakura menyukai Sasuke. Tapi karena sejak kecil mereka selalu berteman dan bertengkar, Sakura ragu Sasuke merasakan hal yang sama dengannya. Jadi Sakura lebih memilih untuk menyimpan perasaannya itu dan bersikap seperti biasa pada Sasuke.
Sakura memilih untuk beristirahat sejenak. Membersihkan bangku penonton yang cukup luas itu membuatnya mengeluarkan keringat. Ia duduk di salah satu bangku penonton dan memejamkan mataya. Pikirannya kembali mengingat kata-kata ibunya yang mengatakan bahwa Senin besok ia harus pindah ke Suna. Ia akan meninggalkan sahabatnya, teman-temannya, dan orang yang ia cintai. Tak terasa butiran bening mengalir di pipi Sakura. Sebuah tangan kekar membelai lembut pipi Sakura dan menghapus air mata itu. Sakura terkejut dan membuka matanya.
Sasuke sudah berada di depannya dan sedang menatap lembut Sakura. Menyadari Sakura telah membuka matanya, Sasuke langsung membuang muka dan berkata, "Aku pulang duluan. Pekerjaanku sudah selesai." Setelah mengatakan itu, Sasuke pergi meninggalkan Sakura sendirian.
Heran, Sakura sangat heran akan sikap Sasuke yang biasanya dingin. Ia melihat sekeliling dan ternyata lapangan basket sudah bersih tanpa sampah satu pun. Ia tersenyum dan meregangkan tubuhnya lalu memutuskan segera pulang dan mandi air hangat untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.
.
.
"Tadaima..." Sasuke masuk dan langsung melepas sepatunya. Itachi menyusul di belakangnya. Dengan senyuman Itachi mengacak-acak rambut Sasuke.
"Berulah lagi hari ini, hmm."
"Aniki diamlah."
"Kalian berdua jangan berdiri saja di sana. Ayo masuk! Kaa-san sudah menyiapkan makan malam," perintah Mikoto, ibu Itachi dan Sasuke sekaligus istri dari kepala polisi Konoha dan pemilik KA, Uchiha Fugaku.
"Hai Kaa-san" Mereka langsung masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
Tak perlu selang waktu terlalu lama, Fugaku pulang. Dari raut wajahnya dia terlihat sangat lelah.
"Okaerinasai," sambut Mikoto dengan senyum terukir di wajahnya. "Bagaimana hari ini?"
"Kasus-kasus seperti biasa. Konoha tetap Konoha yang kita kenal dulu."
"Banyak kasus kah?"
"Tidak terlalu. Hanya saja ada satu hal yang mengganggu pikiranku."
"Apa itu?" Mikoto meletakan jas dan tas Fugaku di meja lalu mengambilkan teh untuk suaminya. Mereka berdua duduk di ruang keluarga.
"Soal keluarga Haruno."
"Ada apa dengan Haruno?" potong Sasuke yang tiba-tiba sudah berada di balik pintu dan segera duduk bersama ibunya.
"Kalau tidak salah salah satu anak mereka teman sekelasmu ya Sasuke?" tanya Fugaku.
"Benar, Otou-san."
"Siapa namanya?"
"Haruno Sakura."
"Masalah keluarga Haruno... nanti juga kau akan mengetahuinya."
"Otou—"
"Sudah ayo kita makan dulu," potong Mikoto karena ia tahu sekali suaminya bilang tidak tetap tidak.
.
.
kimi wa ima namida nagashita
nakijakuru kodomo no you ni
tatoe asu ga mienaku natte mo mamoru yo
natsu no sora miagete niranda (7! – Lovers)
Ponsel Sakura berdering nyaring ketika ia sedang menunggu bus di halte depan sekolahnya. Nama Ino tertera di layar ponselnya.
"Moshi moshi?"
"Sakura-chan temani aku."
"Kemana?"
"Kemana lagiii... Ke mall lah. Memangnya kau sudah punya gaun untuk acara besok malam?"
"Aaahh iya aku lupa.. Jemput aku di halte sekolah ya."
"Yap, tunggu.. Bye."
Sakura menutup ponselnya dan menghela nafas. Bagaimana dia bisa lupa dengan acara besok. Ah pasti karena aku terlalu lelah, batinnya.
Beberapa menit kemudian sebuah mobil menepi di depan Sakura. Sakura segera masuk dan mereka berdua langsung melaju menuju mall Konoha.
~~Mall Konoha~~
"Kyaaaa~~ ini bagus Sakura-chan... Ini juga, ini juga..."
"Inoo kapan kita bisa pulang kalau kau belum juga nentuin bajumu?" desak Sakura yang sudah terduduk lemas di sebuah toko pakaian di mall. Ino mondar mandir seperti setrikaan sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan. Sedangkan Sakura sudah menemukan gaun kesukaannya yang berwarna pink berpadu hijau emerald seperti rambut dan matanya.
"Bantu aku Sakura-chan," rayu Ino.
"Iya, iya.."
Sakura menitipkan belanjaannya kepada pelayan dan mulai memilih-milih gaun yang kira-kira pantas untuk Ino mengingat selera Ino yang sangat tinggi. Tiba-tiba sudut matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal.
Sasuke dan Itachi! Batin Sakura, sedang apa mereka di sini.
Sakura melihat mereka berdua bersama dengan Karin dan seorang gadis yang tak dikenali oleh Sakura. Sepertinya mereka berdua sedang melakukan double date tapi seingat Sakura, Sasuke dan Itachi tidak memiliki pacar. Sakura melihat dengan lebih teliti. Raut wajah Sasuke dan Itachi tampak tak senang dengan kehadiran para gadis di sekitarnya.
Seketika itu juga pandangan Sasuke dan Itachi bertemu dengan Sakura. Sebuah ide muncul di kepala Sasuke. Dia segera menarik tangan kakaknya dan mendekati Sakura.
"Selamatkan kami," bisik Sasuke pada Sakura.
Tanpa diberi aba-aba lagi Sakura menarik mereka berdua dan masuk ke dalam kamar ganti. "Diam di sini."
Ino menghampiri Sakura dengan gaun yang menarik perhatiannya, "Sakura-chan bagaimana dengan ini?"
"Itu bagus Ino. Sangat cocok denganmu," puji Sakura. Ketika Ino melangkah menuju kamar pas, Sakura menghentikannya.
"Langsung dibayar saja, Ino-chan."
"Tapi—"
"Aku yakin itu cocok dan pas untukmu kok."
"Emm... Baiklah," kata Ino tanpa ragu sedikitpun dengan tingkah Sakura.
Dua gadis yang tadi mengikuti Sasuke dan Itachi sepertinya telah menghilang. Selagi Ino membayar gaunnya, Sakura menemui Sasuke dan Itachi. Dengan tatapan tak percaya, Sakura setengah mengomel pada Sasuke.
"Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini, pantat ayam!"
"Tanya saja sama Baka Aniki."
"Itachi-senpai?"
"Hm? Mereka tiba-tiba datang dan mengaku-ngaku sebagai pacar Otoutoku."
"Kamu ngapain di sini, Sakura?" tanya Sasuke.
"Menemani Ino mencari gaunnya."
"Sasuke, Otou-san sudah menyuruh kita untuk pulang."
Kedua kakak beradik itu pergi begitu saja tanpa berkata sedikitpun. Sakura menghela nafas panjang. Berapa lamapun ia mengenal mereka, tetap saja heran melihat tingkah mereka yang jarang ditemui ketika berpisah satu sama lain.
Selesai berbelanja, Ino mengantar Sakura pulang ke rumah.
.
.
~Party Time~
Semua siswa Konoha Akademi sudah berkumpul di aula. Tsunade-sama berjalan menuju podium dengan gaun berwarna putih yang tampak anggun dikenakan olehnya.
"Sebelumnya terimakasih pada para anak-anakku yang sudah menyumbangkan prestasi bagi Konoha Akademi. Tak perlu berlama-lama. Kita buka dan mulai pestanya~" ucap Tsunade dengan menjentikan jari yang memberi isyarat pada DJ untuk memulai musiknya.
Sorak sorai para siswa terdengar ricuh. Mereka senang karena hal seperti ini jarang terjadi di Konoha Akademi. Mengingat pemilik KA akhir-akhir ini sedang tidak sempat memikirkan KA.
Sakura bersama Ino, Naruto dan Sai berada di dekat kolam renang. Di sekitar mereka juga ada Kiba, Akamaru, Shino, Tenten, Neji, Shikamaru, Chouji, dan masih banyak lagi.
"Sakura-chan aku suka gaunmu," puji Naruto, kau terlihat cantik malam ini."
Pujian Naruto membuat pipi Sakura bersemu merah. Kemudian Hinata mengampiri mereka, "A-ano, Na-naruto-kun.."
Naruto yang merupakan kekasih Hinata memeluk pinggang Hinata mesra tanpa malu-malu. Sedangkan sang kekasih terlihat hampir pingsan.
"Hei hei, Naruto. Jangan seperti itu di depan umum," seru Ino.
"Hinata ku terlihat sangat cantik malam ini."
Hal itu semakin membuat Hinata tersipu dan sontak saja membuatnya pingsan. Naruto terkejut dan segera membawanya ke pulang. Sai tersenyum melihatnya.
"Sakura, kapan kau memiliki kekasih? Naruto sudah, aku juga," kata Ino.
"Kau? Kapan? Dengan siapa?" Sakura terkejut mendengarnya.
"Dengan orang di belakangmu," ucap Ino berseri-seri.
Sakura membalikkan badannya dan mendapati Sai berada di sana. "Jahat kau, Ino. Baru memberi tahuku sekarang."
Sasori berjalan mendekati Sakura dengan seragam kedisiplinannya. "Hai."
"Ah, hai, Sasori-senpai."
"Kau cantik sekali, Sakura-chan. Mau berdansa denganku?"
"A-aku mau." Sakura menerima uluran tangan Sasori. Ino mendorong sahabatnya dari belakang.
Tiba-tiba saja Sasuke datang dan menarik tangan Sakura dari Sasori. "Jangan sentuh dia," ucap Sasuke dingin. Sasuke menarik Sakura keluar dari kolam renang itu. Sakura masih dalam kebingungannya hanya mengikuti Sasuke.
"Kita mau kemana Sasuke-kun?"
"Menjauh dari pria babyface menyebalkan itu."
"Eeeh?"
Sasuke berhenti dan ternyata mereka berada di atap Konoha Akademi. Angin berhembus kencang malam ini. Sakura mendekap erat tubuhnya kedinginan. Sasuke melepas jasnya dan mengenakannya pada Sakura. Sakura ingin marah terhadap Sasuke yang tiba-tiba saja membawanya namun hatinya berkata lain.
"Sasuke-kun.."
"Hn?"
"Apa yang kita lakukan disi—" Sasuke memeluk Sakura dari belakang membuat jantung Sakura berdegup semakin kencang.
"Kau sangat cantik, Sakura," bisik Sasuke.
"Maafkan aku, aku tak rela melihatmu bersama pria lain."
"Apa maksudmu Sasuke?" tanya Sakura kebingungan.
"Selama ini, selama kita saling kenal satu sama lain. Aku menyembunyikan perasaanku. Aku tak ingin kau tersakiti jika aku mengatakan perasaanku sejak awal karena para gadis yang mengejar-ngejarku. Aku takut kau tersakiti, Sakura. Aku ingin menjagamu. Aku... Aku mencintaimu... Sejak awal. Maaf baru mengatakannya sekarang. Aku hanya tak ingin melukaimu."
Sakura membalikkan tubuhnya dan menghadap Sasuke. Mengelus pipinya lembut. Butiran bening membasahi pipi Sakura. "Baka! Aku tak masalah dengan para gadis itu, Sasuke! Sasuke no Baka! Aku juga mencintaimu, bodoh."
Sasuke memeluk Sakura lembut. Kehangatan menjalar di antara mereka berdua. Saling berbagi kehangatan dan perasaan yang berkecamuk selama bertahun-tahun. Salju yang turun tak memisahkan kedua insan yang sedang berpelukan itu. Dinginnya malam tak membuat mereka bergerah satu inchi pun.
"Sasuke..."
"Aku suka aroma cherrymu, Sakura."
Sasuke mencium kening Sakura dan berlutut di hadapannya. Tepat dengan ditembakkannya kembang api ke udara, Sasuke berkata "I love you, my cherry. Maukah kau menjadi kekasihku?"
Pipi Sakura makin bersemu merah. Dia tak percaya dan mengangguk meng-iya-kan permintaan Sasuke. Sontak Sasuke memeluk Sakura kembali.
Acara perpisahan itu akan menjadi acara yang tak akan Sakura lupakan. Mereka menikmati acara itu hingga usai. Selesainya acara, Sasuke mengantar Sakura pulang ke rumah dengan aman.
.
.
Sakura POV
"Haaaah~ Segarnyaaa~~" aku keluar dari kamar mandi dengan handuk masih melekat di tubuhku. Well, aku tak terlalu peduli apa yang aku kenakan sebenarnya, toh aku berada di rumah sendiri. Orang tuaku sedang ada bisnis di luar kota jadi hanya aku sendiri di sini. Sendiri ya... Ah sudahlah lupakan tentang sendiri itu.
Malam ini aku sangat bahagia dengan semua yang Sasuke katakan padaku. Ternyata dibalik sifatnya yang sangat dingin, dia dapat romantis juga. Aku tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi saat acara perpisahan.
Ting Tong...
Dare? Batinku. Tidak biasanya ada tamu jam segini, apalagi sedang turun salju. Aku segera mengganti pakaianku dengan yang setidaknya pantas (?) untuk dipakai. Jujur saja, bajuku baru saja dicuci karena aku lupa. Yah yang ada hanya celana pendek dan kaos milik aniki-ku yang sudah kekecilan.
Aku membuka pintu rumah. Tak disangka seorang pria berdiri di depan pintu rumahku. Aku mengedip-ngedipkan mata sedikit tak percaya. Bagaimana Itachi-senpai dan Uchiha-san berkunjung ke rumahku?
"A-ano... Uchiha-san Itachi-senpai... Silahkan masuk.."
Mereka berdua masuk dan duduk di sofa dekat perapian. Rumahku tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu mewah. Keluargaku hidup berkecukupan. Aku segera membuatkan teh hangat untuk mereka.
"Apa yang membuat senpai berdua kemari?" tanyaku sambil meletakan cangkir dan duduk di hadapan mereka.
"Begini, Sakura-chan," Uchiha Fugaku memulai pembicaraan. Aku diam mendengarkan.
"Otou-san dan Okaa-san Sakura-chan mengalami kecelakaan pesawat. Pesawat mereka gagal mendarat karena roda pesawat macet saat akan mendarat. Aku turut berduka cita. Sayangnya seluruh penumpang dan awak pesawat tak ada satupun yang selamat."
**TBC**
Fyuuh~~ akhirnya selesai juga. Jangan lupa review ;)
Gomen ne kalau dipotong hehe...
