Kalimat 'Senpai will never notice you' sepertinya tidak berlaku bagi Mikasa. Karena semenjak hari ini, Mikasa Ackerman, salah satu siswi Titans High School kelas 1-1 masuk kedalam daftar nomor satu siswi yang di-notice oleh Senpai paling sadis yang ada di sekolah mereka─Levi Ackerman. Semua itu berawal dari kata 'pendek' yang lolos begitu saja dari bibir berpoles lip gloss soft pink Mikasa saat Senpai yang paling ingin dihindarinya itu melewati koridor lantai satu─tempat semua siswa sisiwi kelas satu berada.
.
.
.
Shingeki No Kyojin © Isayama Hajime
Story © Anezt
Pict is not my own
WARNINGS : Typo(s), OOC, AU, alur kecepatan, and many others
'Do Not Notice Me, Senpai!'
Pair : RivaMika/LeviMika
DLDR
(Don't Like? Don't Read!)
.
.
.
PRANG!
Kaca yang tidak bersalah itu telah menjadi sasaran emosi seorang Mikasa Ackerman. "Sialan!" gumamnya geram entah pada siapa. Oh! mungkin pada kaca kamar mandi sekolah yang baru saja ia tonjok hingga pecah? Ingatkan Mikasa untuk tidak lupa menggantinya dengan kaca yang baru atau predikatnya sebagai siswi terbaik akan tercoreng.
Mikasa melihat baku-baku jemarinya yang memerah dan sedikit mengeluarkan darah. Tentu saja menonjok kaca dengan kekuatan penuh hingga membuat sang kaca yang tidak bersalah itu berkeping-keping pasti membuat tangan si empunya akan robek terkena kepingan sisi kaca yang tajam.
Gadis bersurai hitam itu pun memutar keran pada wastafel yang ada di kamar mandi tersebut, kemudian membasuh lukanya perlahan. Sedikit meringis saat merasakan perih pada lukanya. Ah, masih segar diingatan Mikasa kejadian yang di alaminya tadi siang sehingga ia bisa seemosi ini. Menyebalkan sekali, pikirnya.
Mikasa Ackerman adalah salah satu siswi yang tidak ingin tampil mencolok di sekolah. Jika siswi-siswi yang lain menyerukan kata 'Notice me, Senpai!' setiap kali ada Senpai-Senpai yang lewat, Mikasa justru sebaliknya. Dia tidak ingin di-notice. Meski sepertinya sangat sulit, melihat dirinya terlalu sempurna untuk tidak di-notice oleh orang lain. Tolong hapuskan kata 'terlalu' barusan, Mikasa terlalu sempurna jika saja ia menjadi gadis yang manis dan ramah, 'Kawai' kalau kata ng-trend-nya.
Sangat disayangkan, Mikasa justru lebih sering memasang tampang datar kemana-mana. Hal itulah yang membuatnya sulit untuk didekati oleh orang lain. Teman dekatnya hanyalah Eren dan Armin yang memang sudah sejak kecil telah menghabiskan waktu bersama dengannya. Rumah mereka juga berdekatan.
Awalnya, kehidupan sekolah Mikasa sangat tenang layaknya air yang tergenang di selokan dekat sekolahnya. Ia berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Ia cantik dengan rambut hitam pendek yang lembut dan berkilau serta tubuh tinggi yang proporsional. Tidak ada yang kurang kecuali tampang datar minim ekspresi miliknya.
Akan tetapi, kehidupannya berputar 180 derajat saat salah seorang Senpai dengan tampang tidak kalah datar darinya dengan tubuh pendek yang mungil─tidak! tidak! ini bukan pendeskripsian untuk seorang cewek. Senpai yang dimaksud adalah seorang cowok. Heichou dari klub basket yang masuk jajaran tiga besar basket terbaik di seluruh High School.
Eh? Kenapa? Pendek tapi bisa masuk klub basket? Hohoho…jangan menilai seseorang hanya dari ukuran tinggi badannya. Levi Ackerman─heichou klub basket─ini memiliki skill yang luar biasa. Pemuda ehem-mungil-ehem yang menempati posisi point guard ini memiliki kemampuan kecepatan yang diatas rata-rata, passing yang selalu tepat, dan shoot yang selalu masuk. Main sendiri aja dia udah bisa menang.
Tapi ingat, basket adalah permainan yang mengandalkan kerja sama tim. Jadi percuma saja jika bermain sendiri. Selain itu, kau akan terpesona saat melihat dia bermain basket, meski ehem-kecil, tapi fansgirls-nya sungguh banyak. Setiap kali sang heichou bermain, teriakan 'Notice me, senpai!' selalu diserukan oleh para kouhai.
Oh dan jangan lupakan juga kalau sang heichou memiliki tampang yang tampan meski berwajah datar dan minim ekspresi, justru hal itu lah yang menarik perhatian para kouhai di Titans High School ini. Tapi sayang, dari sekian banyak fansgirls-nya di Titans High School, tidak ada satu pun yang di-notice oleh Levi.
Terus apa dong yang membuat kehidupan Mikasa berubah menjadi 180 derajat? Apakah karena marga mereka yang sama? Well, itu salah satu alasan Mikasa tidak menyukai pemuda pendek itu. Seenaknya saja dia meniru marganya.
Walaupun sebenarnya marga mereka yang sama adalah murni karena kebetulan. Tidak ada hubungan darah sama sekali diantara mereka, hubungan kekeluargaan saja tidak ada. Tapi bukan itu alasan kenapa Mikasa bisa seemosi ini, sampai-sampai kehidupannya yang tenang berubah menjadi seperti di neraka. Oke bagian di neraka terlalu berlebihan.
.
.
.
Kejadiannya berawal saat komite kedisiplinan sekolah mengadakan razia di setiap koridor kelas. Dimulai dari lantai satu yang berisi siswa/siswi kelas satu, lalu lantai dua dengan siswa/siswi kelas dua, dan lantai tiga paling akhir ditempati oleh para senior kelas tiga.
Komite kedisiplinan selalu menjalankan tugasnya setiap pagi dan pada jam istirahat makan siang. Ketuanya adalah Erwin Smith, siswa kelas 3-1 dengan wakilnya Hanji, namun berhubung sang wakil tidak hadir, terpaksa digantikan dengan orang lain yang berasal dari komite kebersihan, Levi Ackerman.
Hari ini mereka menjalankan tugas seperti biasanya, kali ini pada jam makan siang. Levi sebenarnya tidak berminat mengikuti Erwin dan menggantikan Hanji dalam melakukan tugas komite kedisiplinan. Tapi mau bagaimana lagi, yang memintanya adalah Erwin, salah satu orang yang paling dihormatinya di Titans High School.
Dua orang dengan perbedaan tinggi badan ini kemudaian berjalan di koridor lantai satu. Seperti biasa tugas komite kedisiplinan selalu dimulai pada lantai satu.
Saat itu, Mikasa dan Armin baru saja dari kantin sekolah membeli beberapa bungkus roti yang salah satunya merupakan titipan Eren. Armin melihat ketua komite kedisiplinan─Erwin─berada di ujung koridor tepat di depan kelas 1-4.
"Hei, Mikasa lihat! Ada Erwin-senpai," ujar Armin sambil menunjuk pemuda tinggi berambut pirang yang terlihat sedang berhenti berjalan dan menegur salah satu siswa kelas satu.
"Hn…" tanggap Mikasa seadanya. Lalu sekali lagi, manik biru Armin menangkap sesosok tubuh mungil berdiri tepat di samping Erwin sembari melipat tangan didepan dadanya.
"Eh? Itu bukankah Levi-senpai?"
Mikasa mengalihkan pandangannya ke arah komite kedisiplinan yang sedang beraksi, dan saat itu juga kedua mata berbeda gender tersebut saling mengunci. Oh, seperti ada percikan listrik disana.
Kemudian, Erwin dan Levi berjalan berpapasan dengan Mikasa dan Armin. Armin mengangguk singkat dibalas dengan anggukan dari sang ketua komite kedisiplinan─Erwin. Sedangkan Mikasa dan Levi tetap berjalan seperti biasa dengan tampang datar andalan mereka.
"Hei Mikasa! Levi-senpai memang tampan ya," bisik Armin kagum.
"…dia pendek."
CTAK!
Perempatan siku muncul didahi Levi. Ia bisa mendengar dengan jelas kata yang paling tidak disukainya itu keluar dari mulut perempuan yang berpapasan dengannya tadi.
Tanpa babibu lagi Levi membalikan badannya dan memanggil Mikasa. "Hoi! Kau yang pakai syal merah." Levi berjalan kearah Mikasa dan Armin. Raut wajah Armin menunjukan kecemasan dan takut sedangkan Mikasa tetap dengan tampang datarnya, "Hn?"
Kesal dengan jawaban yang diberikan Mikasa, Levi menarik syal yang ada dileher gadis berambut hitam itu.
"Syal dilarang digunakan di musim semi, termasuk dalam kedisiplinan berpakaian," ujar Levi datar.
Mikasa masih syok saat syal merah pemberian Eren tidak lagi ada dilehernya, "Kembalikan!" serunya.
"Jika kau begitu menginginkan benda ini, datang ke ruangan OSIS sepulang sekolah dan temui aku!" tanpa menunggu jawaban dari Mikasa, Levi membalikkan badannya lalu pergi bersama Erwin.
Mikasa hanya bisa terdiam dan mengeratkan kepalan tangannya kuat-kuat, "Cebol, Sialan!"
.
.
.
Begitulah kira-kira yang terjadi pada Mikasa hari ini. Masih di kamar mandi dengan tangan yang terluka, Mikasa mengambil saputangan dari sakunya dan membalutkannya pada luka ditangannya. Keluar dari kamar mandi, Mikasa disambut oleh kedatangan Eren.
"Mikasa, aku dengar dari Armin, syalmu ditahan oleh Levi-heichou, benar begitu?" tanya Eren.
Mikasa mengangguk pelan, "Aku akan mengambil benda itu saat pulang sekolah, Eren. Tenang saja, pasti akan ku ambil."
"Biarkan aku saja yang mengambilnya, kebetulan nanti aku akan mengikuti latihan di klub basket," ujar Eren.
"Tapi…."
"Serahkan saja semua padaku, Mikasa, OK?" Eren tersenyum lalu mengacak-acak surai hitam Mikasa. Pipi Mikasa merona saat Eren mengacak rambutnya. Ini yang disukai Mikasa dari Eren ia selalu saja peduli padanya.
"Ayo kembali ke kelas," ajak Eren.
"Hn, arigatou, Eren," ucap Mikasa.
.
.
.
"Heichou!" Eren berlari dari pintu masuk lapangan basket ke arah Levi yang sedang men-dribble bola basket.
"Ku dengar kau mengambil syal merah milik Mikasa, apa itu benar?" tanya Eren memastikan.
Levi menghentikan kegiatan men-dribble bola basketnya. "Kau pacarnya?" tanya Levi datar.
"Bu-bukan! Aku hanya temannya." Jawab Eren.
Sesaat Levi terdiam melihat Eren lalu kembali men-dribble bolanya dan mengacuhkan Eren. Eren menelan ludahnya susah payah, berhadapan dengan Levi memang tidak mudah.
"Aku kesini, berniat mengambilkan kembali syal milik Mikasa, Heichou," serunya pada Levi.
Levi seketika menghentikan kegiatannya yang hendak memasukan bola ke dalam ring. Lalu menatap malas ke arah Eren, "Aku menyuruhnya untuk datang sendiri, bukan diwakilkan dengan orang lain."
Eren terdiam.
"Baiklah, kalau kau benar-benar ingin mengambil benda itu dariku, kalahkan aku dengan basket. One on One," ujar Levi sambil melempar bola basket ke arah Eren dan langsung refleks ditangkap oleh Eren.
Dengan pandangan yakin Eren menyetujui tantangan dari Levi.
Permainan berlangsung tidak cukup seimbang, bola lebih banyak dikuasai oleh Levi. Dan hanya membutuhkan waktu 15 menit, Eren berhasil dikalahkan oleh Levi.
"Kau membutuhkan waktu sepuluh tahun lagi untuk bisa mengalahkanku, bocah!" ujar Levi sinis.
"Katakan pada temanmu untuk datang mengambil syalnya sepulang sekolah nanti." Setelah mengatakan itu, Levi pergi berbalik ke dalam ruang ganti.
Eren masih tetap pada posisinya berdiri, dengan keringat yang membanjiri wajahnya, ia menggertakkan giginya, "Kuso!" umpatnya kesal.
Padahal dia telah berjanji pada Mikasa.
.
.
.
Di kelas, Mikasa tampak melamun sembari menatap keluar jendela. Tepukan ringan pada pundaknya berhasil membuyarkan lamunannya. Dilihatnya Armin tersenyum padanya lalu Armin menyingkir sedikit kesamping, memberikan akses agar Mikasa dapat melihat keberadaan Eren yang sedang menunduk sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Gomen, Mikasa. Aku tidak bisa menepati janjiku," gumam Eren lirih. Refleks Mikasa berdiri lalu mendekati Eren, "Eren, apa yang terjadi? Apa yang dilakukannya padamu?" tanya Mikasa khawatir.
Eren mengalihkan pandangannya kesamping, "Aku dikalahkannya dalam permainan basket."
Mikasa terkejut. Cih! Si cebol itu! Dengan kesal Mikasa berlari menuju ruang OSIS menghiraukan panggilan Eren dan Armin. Yang ada dipikiran Mikasa saat ini adalah secepat mungkin sampai pada ruang OSIS dan memberikan pelajaran pada senpai-nya yang menyebalkan itu. Berani-beraninya dia mempermalukan Eren.
BRAK!
Pintu OSIS di buka dengan kasar dan pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Mikasa Ackerman. Ah, sepertinya predikat siswi terbaik miliknya akan sedikit jatuh. Beruntung di ruangan OSIS tidak ada siapapun selain sang Senpai.
"Ku kira aku tadi mengatakan 'sepulang sekolah' bukan 'jam terakhir pelajaran'. Mau membolos, eh?" ujar Levi sarkastik. Dengan langkah yang dihentakan, Mikasa maju mendekati Levi yang tengah duduk sambil membaca sebuah buku. Meja persegi lah sebagai pembatas antara mereka.
"Apa yang kau lakukan pada Eren, Senpai?" desis Mikasa.
Levi tidak langsung menjawab, ia menutup buku yang sebelumnya tengah ia baca, "Hanya mengalahkannya dalam sebuah permainan."
"Kau mempermalukannya!"
Levi terkekeh sinis, "Dihadapanmu?" Levi menatap tajam ke arah Mikasa, "Karena dia tidak bisa menepati janjinya padamu, begitu?"
Mikasa hanya berdiam, namun tatapannya tetap menusuk ke arah Levi.
"Kembalilah ke kelas, aku tidak akan memberikan syal itu sekarang. Jika aku memberikanmu sekarang maka itu akan melanggar perjanjian kita." Ujar Levi kalem.
"Aku tidak ingat pernah melakukan perjanjian padamu, Senpai!" seru Mikasa. "Sekarang cepat kembalikan!"
"Tidak."
Levi kembali membuka lembaran buku yang sempat tertunda ia baca. Kesal, Mikasa menggebrak meja yang ada di depannya, "Kembalikan, dasar cebol!" desisnya penuh penekanan.
Levi membelalakan matanya, habis sudah kesabarannya. Dengan refleks ia berdiri lalu menarik kerah baju Mikasa. "Apa kau bilang?"
Mikasa balik menatap dengan tatapan yang menusuk. "Kau pendek, Senpai!" Mikasa tersenyum sinis saat mengatakannya, ia merasa menang saat melihat Senpai-nya itu terpancing emosi.
Menarik nafas dalam-dalam, Levi mendesis lirih di depan wajah Mikasa, "Kau tahu apa yang bisa dilakukan oleh orang pendek ini, hah?"
Mikasa hanya membalasnya dengan tatapan seoalah mengatakan, 'Memangnya apa yang bisa kau lakukan, Senpai?'
Levi yang kesabarannya sudah habis menarik kerah baju Mikasa dengan paksa dan mencium bibir kurang ajar gadis itu dengan kasar.
Mikasa membelalakan matanya terkejut akan tindakan Levi yang tiba-tiba. Dengan kekuatan penuh Mikasa mendorong Levi dan berhasil menjauhkan dirinya dari Levi.
"Apa yang kau lakukan?! dasar brengsek!" Mikasa mengusap kasar bibirnya dengan punggung tangannya. Levi menyeringai, "Tentu saja melakukan apa yang bisa dilakukan oleh orang pendek sepertiku padamu."
Wajah Mikasa memerah menahan marah. Senpai sialan! Mimpi apa dia tadi malam sehingga ciuman pertamanya direbut oleh manusia kurcaci macam dia.
"Jangan berharap aku akan memberikan syalmu hari ini, kau membuat kesalahan fatal, Mikasa Ackerman." Ujar Levi sembari menyeringai puas. Mikasa hanya bisa menatap Levi dengan panangan membunuh.
Sepertinya kehidupan Mikasa Ackerman mulai hari ini hingga seterusnya tidak akan tenang seperti dulu lagi. Selama Mikasa masih di-notice oleh Levi-senpai, selama itu pula kehidupan tenangnya akan terganggu.
.
"Do not notice me, Senpai!"
.
.
.
-END-
.
.
.
A/N : Another fic oneshot dari sayaaaa… aaahhh akhirnya selesai juga. /lega/ Ini first fic saya di fandom SnK :3 dengan pair OTP saya RivaMika/LeviMika XD kepada author-author-senpai di fandom SnK terutama di pair RivaMika yang lain mohon bimbingannya ya. /ojigi/ XD maklum saya masih baru hehe /nyengir/
Maaf sekali lagi kalau ficnya jelek yah. :"" saya author yang masih butuh bimbingan soalnya. Huhu…
Senpai! Notice me, please!
Bagi yang berminat review dipersilahkan XD akan sangat saya apresiasi sekali.
Arigatou.
With Love,
Anezt
