"27-san! Target sedang menuju ke luar dari arah jam Sembilan."
"Un! Aku mengerti."
Balas seorang gadis yang tidak lebih dari tiga belas tahun. Ia memakai gaun orange dengan cardigan putih dan sepasang sepatu sandal dengan hak tinggi, ia juga memakai sebuah Receiver Bluetooth di bagian telinga yang disamarkan sebagai sebuah anting berbentuk mawar orange. Gadis itu memiliki rambut berwarna coklat yang senada dengan manic bola matanya, rambut panjangnya diikat melilit dengan sebuah tusukan konde putih-oranye yang melingkar di bagian ujungnya seperti sebuah tumbuhan menjalar. Ia berbaur diantara tamu undangan , pergi kearah tempat sepi mengikuti seorang berjas putih yang pergi dari keramaian. Ia berjalan cepat melewati koridor hotel saat-
"…Found you." Seorang pria berjas dan berkacamata hitam mencegatnya dari depan saat gadis itu akan berbelok arah "The target is found. I will get her." Kata pria itu dari arah Receiver Bluetooth miliknya.
"Sorry." Sang gadis itu lalu berada di depannya dan menendang bodyguard yang tadi mencegatnya dan membuatnya pingsan "I have no time to playing with you."
.
.
Hard Mission
Story and Author © Natsu Yuuki
Genre : Adventure and Suspense
.
.
.
Desclaimer :
Katekyoshi Hitman Reborn © Amano Akira
.
.
.
.
Target 1 : Agent 027. Arancione.
.
.
"51-kun! Bagaimana situasinya?" tanyanya. Ia lalu berlutut dan menekan tombol di bagian samping sepatu hak tingginya dan merubahnya menjadi sebuah sepatu boots datar yang menutupi sebagian betisnya.
"Target masih ada di sekitar sana bersama dengan beberapa bala bantuan yang tadi dipanggil , mereka sudah berada dilantai tiga tempatmu berada- oh!" katanya tiba-tiba "Gawat!"
"Ada apa 51-kun?!" Tanya 27 sedikit panic sambil berlari ketempat target.
"Aku lupa dengan hitungan mundur peluncuran nuklirnya!" balasnya panic disertai dengan suara rintihan "Ugghh… waktu peluncurannya tinggal dua puluh satu menit lagi , 27-san! Kau harus cepat!"
"…Apa kau baik-baik saja , 51-kun? Kau terdengar kesakitan…" tanyanya khawatir.
"A- aku baik-baik saja , 27-san… aku hanya gugup dan sakit perut."
"Baiklah," kata brunet "Sekarang dimana target berada?"
"Kau hanya tinggal lurus kedepan , lalu belok kearah kiri , jalan terus lalu belok kanan dipersimpangan."
Bang! Bang! Bang!
Suara tembakan menggema di lorong saat ia hendak mengintip tempat yang dibicarakan.
"Shit!" runtuknya sambil menghindari peluru dan bersembunyi di balik dinding. Ia lalu mengambil tusuk konde miliknya dan membuat rambutnya menggerai sampai ke pinggang , ia melakukan roll depan dan siap menembak dari ujung yang melingkar saat ia melihat pemandangan yang berada di depannya-
-seorang remaja berjas hitam dengan rambut yang senada dengan pakaian yang ia kenakan , berdiri di tengah-tengah kumpulan mayat yang bertaburan dengan sepasang tonfa berdarah di kedua tangannya.
"Hn." Sapanya sambil melirik tajam kearah petit Brunet diujung lorong yang terlihat cengo dengan apa yang ia lihat. Remaja tersebut mengibaskan senjatanya untuk membersihkan kedua tonfanya dari bercak darah. Ia memasukan kembali senjatanya di balik jas hitamnya , kemudian kembali melihat ke arahnya tajam "They were blocked the road."jawabnya singkat dengan aksen Inggris yang perfect dan fluent saat ia melihat keadaan shock sang brunet , lalu berjalan kearahnya.
What. The. Hell.
Ia lalu berhenti tepat disampingnya "You'd better quickly. You only have ten minutes before launch." Katanya dan pergi berlalu melewatinya.
'Hiiieeee! Aku lupa!' brunet pun langsung kembali panic dan pergi berjalan –berlari- kearah pria berjas putih yang tadi ia ikuti.
"…27-san!"
"Aku tahu , 51-kun!"balas 27 yang sudah berada tepat di depan pria yang tadi ia ikuti. Ia lalu mengambil kerahnya dan mengguncangnya "Hey! Bangun! Berikan aku kode pambatalnya , idiot!"
"27-san! Waktumu tinggal tujuh menit lagi! Cepatlah!- ugghh… damn…"
"51-kun!"
Remaja yang memiliki bola mata bermanik biru keabu-abuan tersebut menghela nafas dalam hatinya "Herbivore."
Gadis brunet yang sedang sibuk membangunkan –menampar-nampar dan mengguncang-guncangkan- target , melihat sekitar dan melihat pria yang sudah –tanpa sadar- membantunya sedang bersandar di dinding di ujung koridor tempat tadi ia bersembunyi. Ia melipat tangannya dan melemparkan sesuatu padanya.
"…Huh?" Tanya brunet yang memiringkan sedikit kepalanya yang menandakan bahwa ia sedang bingung saat ia melihat benda yang dilemparkan padanya.
"The Code." Balasnya singkat. Lalu pergi entah kemana meninggalkannya.
Oh.
Brunet langsung tersadar kembali , dan langsung pergi ke tempat parkir untuk melihat kode di dalam flashdisk yang diberikannya.
Tiga menit sebelum pelepasan nuklir , ia sampai di tempat parkir mobil dan langsung mencari mobil yang di parkirnya.
Ia lalu berdiri di depan sebuah mobil sport berwarna hitam mengkilat dengan desain mobil terbaru , kemudian menempelkan telapak tangannya di kaca mobil sampai terdengar suara dari arah mobil tersebut-
Access Accepted. Welcome Back , Agent 027 , Arancione.
-dan kedua pintu mobil pun terangkat keatas.
Ia lalu pergi memutar kearah kursi kemudi setelah menaruh konde-pistol orange miliknya di kursi penumpang , lalu memasukkan flashdisk ke salah satu lubang dibagian depan mobil. Dan kaca depan layar mobil pun berubah alih menjadi layar sentuh.
USB Data Tersambung. Ingin Melihat Isinya?
{Yes} or {No}
Arancione lalu menyentuh Yes. Seketika seluruh layar kaca dipenuhi oleh banyak tulisan.
"Oh shit!"
"27-san? Ada apa? Kita tidak punya banyak waktu! Tinggal semenit lagi!"
"Oh shut up , 51-kun! Aku sedang memecahkan kodenya!"
"Ma- maaf…"
Brunet tidak memeperdulikannya. Ia sedang focus mengetik dan memecahkan kode dilayar mobil. "Yes! Aku dapat!"
Ia lalu mendengar sebuah suara hitungan mundur di alat receiver miliknya.
"Hitungan mundur dimulai.
10…
9…
8…
7…
6…
27-san! Cepatlah!
4…"
Analyzing Complete.
"08059100511827. Itu kodenya!"
"I got it!
2…
Access accepted. Launch canceled."
"Itu… 51-kun…?"
"Kita berhasil!"
"Syukurlah…" balas sang brunet lelah "Kau tunggulah disana. Aku akan menjemputmu"
"Baiklah…"
"Jadi… aku serius bingung kenapa seorang gadis tidak lebih dari tiga belas tahun diperbolehkan mengendarai sebuah mobil sport di England tanpa tertangkap," kata kepala merah di sebelahnya "Dan ditilang sekalipun."
"Ayolah Shouichi-kun… cara menyetirku tidaklah buruk dan lagipula," Balas Brunet berbelok arah dan berhenti saat lampu merah "Aku tidak pernah melanggar aturan lalu lintas."
"Tapi itu berbahaya , Tsuna-san!"
"Ya… aku mengerti… tapi itu akan lebih nyaman jika kita menaiki mobil sendiri saat dalam misi." Balas Tsuna "Oh yah , terima kasih sudah mau menemaniku dalam misi. Aku serius bingung harus mengajak siapa karena seorang Agent dibawah umur harus didampingi seseorang saat menjalani misi."
"….. Itu tidak apa-apa. Kita cukup beruntung tidak terjadi sesuatu yang mengerikan dalam misi kali ini… aku tidak yakin apa yang akan terjadi padaku , jika terjadi sesuatu padamu." Balas Shouichi.
"Oh yah , bagaimana jika kita dinner atau sesuatu sebelum kembali ke hotel?" Tanya Tsuna tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Karena jujur , ia juga tidak ingin memikirkan apa yang akan terjadi , jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada salah satu diantara mereka.
"Hmm… boleh juga." Balasnya.
Mobil pun melaju di jalanan London dan melewati kediaman sang ratu Elizabeth , saat tiba-tiba Shouichi menyentuh layar kaca dan mencari sesuatu "Sedang apa kau?" Tanya sang brunet yang mengalihkan perhatiannya ke peta dilayar kaca sementara melihat kearah jalanan di kaca yang sama.
"Hmm… mencari restaurant yang enak" balasnya sambil memperbesar dan mengecilkan peta "Ah! Ketemu!"
Tsuna lalu melihat kearah map mini di kaca mobilnya dan menyeringai. Ia tiba-tiba berbelok tajam dan mempercepat laju mobil saat ia yakin tidak ada polisi atau stalker disekitar.
Brum! Ckitttt!
Mobil pun berhenti dengan cara memarkirkan yang extreme di salah satu tempat kosong yang diapit oleh dua mobil di samping jalan. Tsuna pun tersenyum dan melirik kearah Shouichi yang terlihat seperti akan mendapat serangan jantung.
"Apa kau siap , Shouichi-kun?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
"Apa? Apa kau gila , Tsuna-san! Kau tidak memberitahuku kau akan mengebut dan berbelok tajam!"
"…kau tidak memberitahuku , Shouichi-kun, jika aku harus memberitahumu jika aku ingin mengebut" balasnya dan melihat mata temannya yang menunjukkan jika ia terkejut , kesal dan cukup marah "Baiklah , aku minta maaf , Shouichi… lain kali akan kuberitahu."
"Baiklah…" ia lalu membuka pintu dan keluar di udara malam sambil merapikan jas hitamnya. Ia melihat Tsuna yang sudah keluar dari mobil dan menutupnya , Brunette mengambil setengah rambut –dari ubun sampai telinga atas- menggulungnya , lalu menusuknya dengan konde.
"Jadi… bagaimana targetnya?" Tanya sang kepala merah saat ia sudah memutuskan hidangan yang akan ia pesan "Aku tidak begitu mendengar keributan… yang kudengar saat kau meminta kode pembatalan pada target… dan memanggilnya idiot."
"Eliminated," lalu saat sang Brunet memproses apa yang temannya katakan , ia langsung merona malu dan menyembunyikan wajahnya di balik buku menu "Itu bukan salahku. Tadi ada seseorang yang bertarung melawan target dan membuatnya tidak sadarkan diri."
Shouichi lalu membeku "…lalu , bagaimana kau bisa mendapatkan kodenya?" tanyanya penasaran.
"Orang itu memberikan aku flashdisk dengan kode pembatal didalamnya," ia lalu menutup buku menunya dan memesan makan malamnya saat pelayan datang dan mengambil pesanan mereka "Kupikir… orang itu terlihat seperti Alaude-san , Penjaga Awan Giotto-san. Hanya saja dia lebih muda dan memiliki rambut hitam dengan sepasang tonfa menggantikan mayonnaise dengan sepasang borgol…"
Ia berkeringat dengan apa yang dikatakan Brunet "Aah… kemungkinan kau bertemu dengan adik Alaude-san , Hibari Kyoya."
"Hmm? Aku tidak pernah dengar Alaude-san punya adik…"
"Itu karena Hibari dan Alaude adalah setengah saudara," katanya "Dan dia jarang berada di Kerajaan. Dia hanya datang beberapa bulan sekali untuk misi selama seminggu , lalu dia kembali lagi ke Namimori. Dia juga kalau tidak salah Agent 018 , Porpora , salah satu dari Vongola Intelligence Agent dan juga Original Agent Kerajaan Vongola."
"Namimori…?"
"Un! Rumornya dialah Agent terkuat dari Original Agent dan dia juga disegani di kota kelahirannya Namimori , Japan." tak beberapa lama pesanan mereka datang beserta minumannya "Oh yah , kudengar dari Nana-san kau akan pindah ke Japan?"
Tsuna lalu menghela nafas "Yaah… kata Kaa-san , kami sudah cukup lama berada di Vongola. Kaa-san takut Tou-san akan curiga dan khawatir saat dia pulang kerumah."
"Ayahmu…?"
"Yaah… aku tidak tahu dia kerja apaan di luar negeri," katanya kesal "Bahkan semua suratnya tidak pernah masuk akal. Masa dia bilang dia jadi penggali tambang minyak di Alaska?" lanjutnya sambil memotong steak calisbury yang ia pesan "Yang benar saja."
"Pfft-," Shouichi yang jarang mendengar Tsuna mengoceh kesal tentang ayahnya , tak kuasa menahan tawa. Ia menarik nafas agar tenang sebelum ia minum "Mungkin Ayahmu menyembunyikan sesuatu?"
"Yeah… karna itu , lain kali ia pulang kerumah , aku akan mencaritahunya." Balasnya sambil menghabiskan makanannya.
Shouichi hanya tersenyum "Good Luck."
Di suatu tempat, di kerajaan Vongola
Suara ketukan pintu menggema di dalam salah satu ruangan di dalam kerajaan yang cukup besar itu, sampai akhirnya penghuninya membiarkan sang tamu masuk kedalam.
"Masuk."
Terlihatlah seorang gadis remaja berambut coklat yang senada dengan kedua bola matanya. Gadis tersebut memakai sebuah jas hitam dengan kemeja berwarna orange di dalamnya, ia juga memakai dasi berwarna hitam dan sebuah rok pendek ala sekretaris, ia membawa beberapa map berwarna orange dan coklat sambil tersenyum manis kepada sang penghuni ruangan yang sedang sibuk mengurus tumpukan kertas yang menggunung di depannya.
"Buon Giorno, Giotto." Sapanya tersenyum.
"Hmm?" ia lalu melihat kearah sang tamu dan tersenyum kembali "Okaeri, Tsuna! Bagaimana misinya?"
"Sukses." Balasnya sambil menyerahkan map orange yang akan diperiksa olehnya "Oh yah , Giotto-san , apa Alaude- san memiliki seorang adik?" tanyanya penasaran.
Giotto yang sedang membaca laporan, langsung tersentak kaget mendengar pertanyaan "Iya, memangnya kenapa?"
"Etoo… sepertinya aku tidak sengaja bertemu dengannya saat dalam misi. Dia juga membantuku dengan memberikanku kode pembatalan peluncuran nuklir."
"Apa?! Dia… dia membantumu?!" tanyanya tak percaya.
"Un! Memangnya kau memberinya misi apaan kepadanya?"
"Ah… itu…." Balanya sedikit gugup. Ia lalu menutup map orange dan menaruhnya diatas meja "Sebelumnya ada pembajakkan kapal selam nuklir milik armada tentara Uni Soviet."
"Begitu yaa… jadi tanpa sengaja kasus dan misi kami berdua saling berhubungan kan, Giotto-san?" tanyanya sambil menyerahkan map coklat dan mengambil sebuah kunci mobil dari dalam saku rok lalu meletakkannya di atas map coklat.
Giotto yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya dan membaca isi map "Tsuna… apa kau yakin?" tanyanya khawatir.
"Un! Aku yakin, Giotto," balasnya sedikit sedih "Kau tahu kan aku dan Kaa-san harus kembali ke Jepang. Lagipula aku dan Kaa-san sudah terlalu lama tinggal di Vongola, Kaa-san takut jika Tou-san pulang ke Tokyo tanpa disambut oleh siapapun."
"Tsuna…" katanya sedih. Ia lalu menutup map tersebut, berdiri lalu berjalan kearah Brunette sambil membawa kunci mobil dan memeluknya tiba-tiba "Aku akan merindukanmu Tsuna…" bisiknya pelan sambil menaruh dagunya diatas kepala Brunet "Kau tidak perlu surat pengunduran diri. Kerajaan Vongola akan selalu menyambutmu dan selalu tersedia untukmu dan bibi Nana jika kalian memerlukan bantuan."
Tak lama kemudian sang brunet membalas pelukan sambil terisak sendu "Gio-nii, a- aku ju- juga akan merindukanmu."
"Ssshhh," balasnya sambil mengelus rambut belakang Brunette "Aku tahu," ia lalu menyerahkan kunci mobil VIA padanya "Mobil ini memang dibuat khusus oleh Spanner, Gianini dan Shouichi hanya untukmu sebagai ulang tahunmu bulan depan, Tsuna. Maaf kami tidak tidak bisa merayakannya bersama-sama. Aku harap kau dan Nana-san bisa datang ke acara penobatanku sebagai raja kesepuluh Vongola."
"Un! Aku pasti datang!." Balasnya sambil tersenyum.
Beberapa hari kemudian, Nana dan Tsuna sampai di bandara internasional Tokyo menggunakkan pesawat jet pribadi milik Kerajaan. Nana lalu menyetir mobil hitam sport VIA milik Tsuna yang mana hanya bisa dibuka menggunakkan sidik jari kedua Brunettes. Tsuna yang sibuk mengotak atik layar screen mobil disamping ibunya yang sedang menyetir, mengerutkan keningnya saat ia merasakan ada hal yang mengganjal. "Kaa-san, kita mau kemana?"
"Ara~, tentu saja kita akan pulang kerumah, Tsu-chan!"
"Tapi… kita sudah memasuki wilayah Namimori. Seingatku, rumah kita berada di Tokyo."
Mendengar pernyataan dari anak gadisnya, sang ibu hanya tersenyum mengerti "Kita pindah ke Namimori, Tsu-chan! Ayahmu yang sudah membelikannya setengah tahun yang lalu sebagai hari pernikahan Kaa-san dan Tou-san. Dan Kaa-san juga sudah mengurus semua masalah barang-barang dengan bantuan Vongola saat itu. "
"Tunggu- APA?" tanyanya terkejut "Ta- tapi aku belum mengurus surat transfer Sekolah! Dan juga aku belum siap, Kaa-san!" keluhnya pada sang ibu.
"Ara~, aku tahu kau mudah beradaptasi Tsu-chan! Aku jadi ingat pertama kali aku membawamu dan mengenalkanmu pada kakakku sekaligus pamanmu, Timoteo, dan anaknya Giotto-kun. Jadi jangan khawatir~" balasnya riang "Kaa-san yakin semua akan baik-baik saja, Tsu-chan!"
Melihat tingkah ceria dan pelupa alami Ibunya, Tsuna tidak tega menolak permintaannya "Baiklah."
"Oh, itu benar!" teriaknya saat ia teringat sesuatu "Tou-san juga bilang ia akan datang saat ulang tahunmu bulan depan, Tsu-na-hi-me- chan~" katanya riang sambil mengeja namanya "Bukankah itu menyenangkan~?"
"Hiiieeee! Apa?!" teriaknya tidak percaya.
To Be Continued
