.
Reflection
(turnitupnow)
.
Kim Namjoon x Me.
Warning : This is ((((my)))) point of view. No dialogues. Typo(s). Ficlet.
.
.
Aku seperti menemukan diriku yang lain.
Namanya Kim Namjoon, mungkin kalian lebih mengenalnya dengan nama Rap Monster. Keduanya bukanlah orang yang sama—meskipun mempunyai raga yang satu. Rap Monster adalah sosok yang berbeda dengan Kim Namjoon. Bukan, bukan seperti Jekyll dan Hyde—baik Kim Namjoon dan Rap Monster adalah orang baik dan luar biasa.
Tapi aku tidak akan membicarakan Rap Monster; aku akan membicarakan tentang Kim Namjoon, yang dirinya seakan merefleksikan diriku sendiri.
Secara garis besar, aku dan Kim Namjoon tentu saja berbeda. Kim Namjoon yang sekarang adalah Kim Namjoon yang sudah dikenal banyak orang. Sedangkan aku? Aku hanya orang biasa, yang mengenalku hanyalah orang-orang di sekitar lingkunganku.
Kim Namjoon yang sekarang adalah Kim Namjoon yang sudah mencapai banyak hal—memiliki banyak hal. Kim Namjoon yang sekarang adalah Kim Namjoon yang dipuji setiap orang karena kemampuannya, karena kebiasaannya, karena bakat yang dimilikinya.
Secara garis kecil—karena lawan besar adalah kecil—yang membuatku melihat refleksiku dalam diri Kim Namjoon adalah pencariannya akan siapa dirinya yang sebenarnya. Kim Namjoon yang dulu adalah Kim Namjoon yang hanya belajar dengan giat; meskipun ia tidak tahu harus jadi apa. Kim Namjoon yang dulu adalah Kim Namjoon yang hampir tidak mempunyai ambisi—ia hanya percaya kalau ia hanya harus belajar; karena ia yakin hasil pembelajarannya akan mengantarnya pada suatu yang menguntungkan—sama seperti diriku dulu.
Kim Namjoon yang sekarang masih sering mempertanyai dirinya—apa yang sedang ia lakukan sekarang; apakah yang ia lakukan sekarang adalah benar; apakah ia tidak akan menyesalinya; apakah kehilangan banyak hal akan bisa terbayar nantinya—sama seperti diriku yang sekarang.
Tapi yang membuatku iri dengan Kim Namjoon yang sekarang, ia tidak menyesali apapun—tidak sepertiku yang terus meratapi pilihanku. Meskipun ia terus mempertanyakan dirinya sendiri, Kim Namjoon tidak berjalan mundur ataupun berhenti—tidak sepertiku yang terus berpikir apakah aku harus berhenti. Yang membuatku iri, ia bisa menunjukkan kepada setiap orang yang meragukannya kalau ia pasti berhasil—tidak sepertiku yang hanya menjalaninya tanpa berniat menunjukkan apapun. Yang membuatku iri, Kim Namjoon yang sekarang berusaha untuk tidak meragukan dirinya—dan aku turut bangga dengan hal itu; akupun ingin menjadi seperti itu.
Dan yang paling membuatku iri, Kim Namjoon sudah mulai menemukan dirinya—dan aku rasa, akupun harus menemukan diriku mulai dari sekarang.
.
.
.
.End.
.
[a/n]
So, I guess you don't know what I'm writing, rite? It's okay, I don't know either wehehe. I DONT EVEN KNOW WHAT GENRE I SHOULD CHOOSE TO PUBLISH THIS. (sobs). This is much like 'a letter to kim namjoon' or 'from me to kim namjoon' fic hahaha.
ugh, I just—this is how I feel when I start to know kim namjoon; dari semua lirik yang dia tulis kurang lebih mencerminkan gimana dia yang sebenarnya, dan aku bener-bener tertohok dengan itu semua, kayak, men lo tuh my other half ya? kemana aja? gitu.
And it is because I really kangen kim namjoon. (tenang yoongi, aku tetep sayang kamu) tapi gak tau tiba-tiba kangen? Duh, bangtan cepetan comeback, dong.
Any comments are allowed. Just write it on the review box, kay^^.
-yas.
