Apa yang bisa menyaingi weekend santai dengan orang yang disayang? Hm, apa ya. Kalau kita coba tanya Mark yang lagi menunggu Jaemin kembali ke ruang tengah untuk lanjut menonton Big Fish sih, pasti jawabannya tidak ada.
"Jeng jeng!" suara melengking bersamaan dengan terbukanya pintu satu-satunya di sana. "Mashed potato-nya jadi!"
Mark menolehkan kepalanya pada Jaemin yang berjalan mendekat dengan sedikit melompat di tiap langkahnya. "Jadinya telat banget. Kita sudah sampai di tengah film, nih." Dengan jarinya, Mark langsung mengambil sebagian dari cemilan yang baru dibawakan Jaemin ke sana.
"Yeh. Sudah bagus dibuatin, masih protes juga?" katanya sambil menyamankan diri di sebelah Mark, yang mana langsung disambut dengan rangkulan dari yang lebih tua. "Ayo, ayo. Lanjutin filmnya."
Mulut Mark terisi penuh, jadi dia hanya mengiyakan dengan cara menuruti mau si kecil.
Jaemin terlihat fokus menonton, sementara Mark berkali-kali melirik orang yang dirangkulnya itu. Awalnya, aksinya itu tidak disadari, tapi lama-lama yang dilirik jadi risih juga karena Mark kerap tidak begitu membalasi ucapannya perihal apa yang terjadi di film.
"Hyung. Nonton yang bener dong," katanya sambil meremas tangan yang melingkari tubuhnya. "Kan hyung yang ngajak nonton ini."
"Kan gara-gara aku udah nonton makanya aku ngajak kamu."
Jaemin menghela napas. "Lain kali ajak nonton yang belum hyung tonton dong, biar sama-sama belum nonton."
"Kenapa? Kamu nggak suka aku liatin?"
Nyengir. "Nggak."
"Hm? Masa?" rangkulannya dieratkan. Dia tahu jelas pacarnya ini sedang menggodanya. "Aku liatin kayak gini kamu beneran nggak suka?"
Jaemin tertawa ketika melihat Mark memajukan wajahnya, bercanda. Matanya dijerengkan, niatnya membuat Jaemin tertawa, yang mana ternyata memang berhasil. "Apaan sih hyung! Nggak, aku nggak suka. Siapa coba yang suka diliatin kayak gitu?"
"Kalo bener nggak suka jangan senyum-senyum terus dong."
"Suka-suka aku sih. Lagian, kalo aku nangis, ntar hyung sendiri kan yang panik? Untung aku baik, jadi aku nggak mau sengaja bikin panik."
Duh, Jaemin ini. Ngomong kayak gitu sambil terus-terusan mempertemukan hidung mereka itu jelas-jelas membuat Mark tidak punya pilihan lain selain mengecup cepat bibirnya.
"Kalo dicium, suka nggak?" tanya Mark, sebelum mulai mencium lagi. "Suka dong. Masa' nggak suka."
"Dih. Nanya sendiri jawab sendiri." Jaemin menepuk pelan pipi yang lebih tua. "Sukanya kalo aku yang cium."
Mark tersenyum lebar ketika merasakan bibir mereka bertemu lagi, tapi karena Jaemin yang melakukan.
"Kalo gitu ya sering-seringin ciumnya dong, kalo sukanya jadi yang nyium mah." Mark mengusak rambut Jaemin yang sebagian diwarnai setelah Jaemin melepaskan ciumannya. "Aku juga sukanya nyium, jadi kamu nggak boleh egois."
"Egois apanya coba... terserah hyung deh, terserah. Aku ngikut," kata Jaemin sambil mendorong wajah Mark agar menjauh dari wajahnya. "Udah ayo nonton lagi. Awas lho jangan nyosor. Aku mau nonton yang serius."
Mark mengendikkan bahu. Padahal dia sengaja memilih film yang menurutnya kira-kira tidak menarik buat Jaemin supaya mereka tidak usah menonton saja sekalian (Mark tidak terlalu senang menonton...), tapi ternyata senjata makan tuan ya.
end.
a/n. nulis apa aing. stress reliever atuh
