Edited version, karena sudah sangat outdated. Saya edit fanfic ini karena style menulis saya sudah berubah dan saya ingin mengaplikasikan ide saya versi sekarang (2017)ke fanfic ini.
Tidak banyak yang dirubah, plot masih berdasarkan Persona 4 dan Persona 3 FES versi PS2. Ini berarti cerita/fakta canon dari game-game P4 setelahnya belum tentu akan hadir dalam fanfic ini.
Seperti Persona Q misalnya.
Satu hal yang pasti berubah, saya memutuskan untuk tidak menghadirkan pairing di fanfic ini. Keputusan ini saya ambil dikarenakan saya sudah pindah haluan, dan pairing yang saya suka belum tentu semua suka, plus saya tidak ingin terlalu terfokus sama pairingnya.
Jadi perihal pairing akan saya biarkan ambigu. Yang berarti, ya, saya akan kode-kode pairing apa yang sekarang saya suka, tapi sisanya bisa saya serahkan kepada imajinasi para pembaca sekalian.
Enjoy!
Sebuah helaan nafas terdengar dari seorang perempuan berambut biru. Perempuan itu, yang memiliki nama Naoto Shirogane sedang membereskan barang-barang yang ada diruangan Kakeknya.
Saat ini Kakeknya sedang berada sedang bekerja di luar negeri untuk memecahkan suatu kasus, mengingat hal ini perempuan detektif itu menghela nafasnya lagi.
"Souji-senpai sudah pergi, Kakek sedang pergi, dan aku belum dipanggil kepolisian mengenai kasus baru..." gumam Naoto sambil sedikit mencibirkan bibir bawahnya layaknya seorang gadis kecil.
Dia tidak terbiasa dengan keadaan yang luang, terutama setelah apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu perihal kasus pembunuhan yang terjadi di Inaba. Setelah sekian lama waktunya dipenuhi oleh berbagai hal, seperti investigasi mengenai kasus pembunuhan tersebut, atau melatih dirinya dan personanya di dunia TV, dia tidak dapat beradaptasi dengan kata 'waktu luang'.
Belum lagi, sudah lama dia tidak berkumpul bersama teman-teman dekatnya, yakni Investigation Team karena mereka sedang sedikit sibuk dan perempuan detektif itu tidak ingin mengganggu mereka.
Sejujurnya, gadis itu tidak hanya merasa bosan karena sedang tidak melakukan apapun, tetapi dia juga merasa sangat kesepian.
Tindakannya untuk membereskan ruangan kakeknya ini pun adalah karena dia tidak bisa berdiam diri di waktu luang ini, perempuan detektif itu ingin mengerjakan sesuatu, apapun.
Tanpa disadari, ketika gadis itu sedang mengelap meja, dia sedikit menyenggol sebuah file yang berada di meja tersebut, perempuan itu sedikit tersentak saat mendengar ada suara jatuh, dia langsung menoleh kearah suara jatuh itu untuk melihat benda apa yang terjatuh.
Satu alisnya langsung naik ketika dia dapat melihat sebuah file terjatuh, dia membungkuk dan mengambilnya. Rasa penasarannya dengan tiba-tiba muncul, dia penasaran akan kasus macam apa yang biasanya kakeknya yang dia sangat hormati itu investigasi. Akhirnya perempuan detektif itu membuka file yang berisi dokumen-dokumen di mana sebagiannya terlihat sudah sedikit tua.
'Lumayan tua juga. Dari kertasnya, kuperkirakan kira-kira umurnya sekitar 10-12 tahun.' pikir Naoto.
Karena rasa ingin tahunya yang semakin besar, dia baca dokumen-dokumen itu.
Lalu matanya terbelalak.
"Ini..."
'Naoto Shirogane: anak angkat' adalah tulisan yang tertera di dokumen itu, lalu dia baca kertas lanjutannya, tertulis disana dengan huruf-huruf besar 'Kirijo Group'. Perempuan detektif itu lalu melihat sebuah foto seorang pria, yang anehnya, mirip sekali dengannya.
Nama 'Minato Arisato' tertera di dokumen itu, perempuan detektif itu meihat banyak tulisan tangan yang dia kenali sebagai tulisan Kakeknya, dan ada beberapa tulisan-tulisan yang membuatnya tersentak kaget.
'Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, sama persis dengan Naoto'
'Tatsumi Port Island adalah tempatku menemukan gadis malang itu'
'Seorang keluarga Arisato masih belum ditemukan'
'Mungkinkah dia sanak keluarga Naoto yang sebenarnya?'
Semua itulah tulisan-tulisannya.
"A-apa? Ti-Tidak mungkin..! J-Jadi aku...?"
Perempuan detektif itu terdiam, lalu dia melihat kearah kalendar. 'libur masih panjang...' pikirnya sambil membaca kembali dokumen-dokumen itu, terutama yang kertasnya masih terlihat sedikit baru.
Lalu dia baca dokumen yang berisi tempat Minato Arisato bersekolah, perempuan detektif itu menyipitkan matanya ketika dia menyadari bahwa dia familiar dengan nama sekolah di mana Minato Arisato bersekolah. Tanpa pikir panjang, Naoto tutup file itu dan bergegas keluar dari ruangan kerja Kakeknya sambil membawa file itu.
"Naoto-sama? Anda terlihat buru-buru, ada apa?" perempuan detektif itu menengok kearah datangnya suara, untuk menemukan sekretaris Kakeknya, Yaskushiji.
"Ah, Yaskushiji-san! Aku akan pergi ke Port Island, bilang Kakek kalau dia tanya ya! Aku ada urusan penting!" kata Naoto sebelum pergi berlarian menuju kamarnya, berniat untuk packing baju-bajunya.
Yakushiji hanya bisa menatap bingung akan sikap perempuan detektif itu. "E-eh..?"
'Baik, barang-barang sudah rapi, file itu juga sudah kumasukkan dalam tas. Aku harus bergegas karena kereta yang menuju Tatsumi Port Island itu kalau tidak salah berangkatnya tidak lama lagi!' pikir perempuan detektif itu sambil mengangkat tasnya yang berisi baju-baju dan perlengkapan lainnya.
Dia menoleh kearah cermin yang ada dikamarnya untuk memastikan dia terlihat rapi. Baju yang dia kenakan adalah turtleneck sweater berwarna hitam, dengan jaket Double-Breasted berwarna biru tua, celana panjang berwarna hitam kebiru-biruan, sepatu berwarna biru tua, dan tidak lupa, topi newsboy cap berwarna biru tuanya yang adalah topi favoritnya.
Setelah itu dia berlari keluar dari kamarnya, dengan cepat perempuan detektif itu menuruni tangga, berlarian ke pintu depan, memakai sepatunya, dan keluar rumah menuju pemberhentian bus.
Sesampainya di sana, dia mengambil nafas dalam-dalam dan mengusap keringatnya, tiba-tiba dia mendengar seseorang memanggilnya.
"Loh, Naoto-kun?" perempuan detektif itu menoleh kearah datangnya suara, dia dapat melihat kakak kelasnya yang memiliki rambut panjang berwarna hitam dan memakai bando merah yang bernama Yukiko Amagi.
"Ah...halo Yukiko-senpai."
Perempuan berambut hitam itu melirik kearah tas yang perempuan detektif itu bawa, dia lalu menaikan satu alisnya. "Itu tas yang cukup besar untuk menginap selama satu minggu, kamu mau pergi kemana Naoto-kun?" tanyanya.
Naoto menggaruk pipinya, "Um, aku ada urusan..."
"Pekerjaan? Di luar kota ya?"
"Y-Ya begitulah, karena itu aku harus ke Stasiun Yasoinaba."
Yukiko tersenyum, "Ya sudah, kita sama-sama saja sekalian, toh, aku juga mau pulang. Amagi Inn dan Stasiun Inaba kan searah." perempuan detektif itu hanya mengangguk.
Tak lama kemudian busnya pun datang, perempuan detektif itu dan perempuan calon manager Amagi Inn masuk kedalam bus itu, di dalam sana, mereka duduk bersebelahan.
Naoto duduk tepat di sebelah jendela. Mata perempuan detektif itu hanya menatap kosong keluar jendela dengan senyum tersungging di bibirnya, Yukiko yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tatapan bingung.
"Kamu terlihat senang, ada apa?"
Perempuan detektif itu menoleh kearah Yukiko, senyumannya sedikit melebar sebelum dia menoleh kearah jendela lagi.
"Aku...menemukan seseorang." jawabnya dengan nada suara yang sangat lembut dan penuh arti, matanya terlihat sayu. Yukiko yang melihat reaksi ini cukup terkejut, belum pernah dia melihat gadis ini tersenyum selembut ini.
Rasa penasaran mendera Yukiko, namun dia dapat merasakan kalau ini nampaknya adalah sesuatu yang privat, dan ini membuat dia mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut, dan hanya mengangguk penuh pengertian.
Naoto menghela nafasnya, merasa lega karena senpainya itu tidak bertanya lebih lanjut. Ketika gadis berambut biru itu menutup matanya, wajah pria yang ada di dokumen itu terbayang dipikirannya, perempuan detektif itu membayangkan sosok kakak yang penuh kasih sayang, sosok kakak yang akan tersenyum lembut kepadanya.
Perasaan senang menjalar keseluruh tubuh seorang Naoto Shirogane, dia tidak sabar untuk menemukan 'kakak'nya ini, walau masih belum pasti, tapi perempuan detektif itu memiliki harapan yang tinggi.
Sudah lama perempuan detektif itu ingin merasakan kehangatan dari dekapan seorang kakak.
"Stasiun Yasoinaba...Stasiun Yasoinaba..." Naoto tersadar dari pikirannya lalu berdiri.
"Saatnya aku turun, Senpai. Kalau yang lain tanya, bilang saja aku pergi karena ada pekerjaan. Sampai ketemu lagi senpai!" katanya sambil membungkuk kearah perempuan berambut hitam itu, lalu berjalan menuju pintu keluar bus.
Yukiko melambaikan tangannya dan tersenyum. "hati-hati ya!"
Memang perempuan detektif itu merasa sangat senang karena akan menemui 'kakak'nya, namun gadis itu tidak menyadari akan satu hal.
'1992-2010'
'sayangnya dia telah meninggal'
Ada dua kalimat coretan kakeknya yang tidak terbaca oleh perempuan detektif itu.
BEBERAPA JAM KEMUDIAN, DI TATSUMI PORT ISLAND
"Menurut dokumen itu, dia bersekolah di Gekkoukan. Aku masih tidak menyangka, tempatnya bersekolah adalah tempat school trip tahun lalu. Mudah-mudahan ada guru didalam sana, walaupun sekarang sedang libur." Gumam perempuan detektif itu sambil berjalan memasuki area sekolah Gekkoukan.
Di dalam sana, diapun berjalan kearah ruang guru, dia ketuk pintunya sebelum membukanya. "Um, permisi..."
"Hm? Ada apa ya–hah!?" Seorang guru wanita berambut coklat dengan panjang sebahu tersentak kaget saat melihat Naoto. Guru itu, yang sebenarnya sedang merapikan dokumen-dokumen yang ada dimejanya, membatu.
Naoto pun berjalan memasuki ruangan itu, dan menuju guru itu. Pada setiap langkahnya, dapat terlihat mata guru itu semakin terbelalak, dan anehnya pipinya pun terlihat memerah.
"M-Mina–"
"Ah maaf, saya Naoto Shirogane, seorang detektif. Saya ingin bertanya tentang seorang murid yang pernah bersekolah disini..." Katanya, lalu mereka pun berjabat tangan.
"..to–eh?"
Raut muka guru itu semakin memerah saat akhirnya menyadari bahwa dia sebenarnya salah orang. "N-Naoto Shirogane...o-oh, aku sepertinya pernah dengar. Detective Prince itu ya? Hmm, kamu mau bertanya tentang s-siapa?" tanyanya, masih sedikit merasa malu.
Naoto membuka file yang ada di tangannya, lalu dia tunjukkan sebuah foto. "Namanya adalah Minato Arisato, apa anda mengenali murid ini?"
Guru itu tersentak kaget, dengan sekejap raut wajahnya berubah menjadi sedih, lalu dia hanya menatap foto itu sambil berkata, "Ah, s-saya wali kelasnya dulu. Dia...murid yang cerdas."
'...dan tampan.' Pikir guru itu.
Raut wajah perempuan detektif itu terlihat senang. "Oh? Apakah anda tahu di mana dia tinggal?" Guru itu tersentak mendengar pertanyaan ini.
"..." Guru itu tidak bisa berkata-kata, dia hanya mampu melihat kearah lantai, raut wajahnya kembali terlihat sedih.
Setelah beberapa saat, guru itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menatap Naoto, dia tatap perempuan detektif itu dari atas sampai bawah, lalu dahinya mengernyit sebelum dia memfokuskan mata kearah yang lain.
"...Seingatku dia sempat tinggal di Asrama Iwatodai, tapi sekarang dia sudah–"
"Baiklah, terima kasih sensei!" Ujarnya dengan nada riang, dia membungkuk kearah guru itu, lalu dia berjalan keluar ruangan.
"Hei! T-Tunggu..!"
DI DEPAN IWATODAI DORM
'Menurut Ibu-Ibu tadi, asrama itu ada disini...' Pikir perempuan detektif itu sambil menatap sebuah gedung yang menurutnya mirip dengan hotel.
Naoto berjalan menaiki anak tangga, dan disaat tangannya menyentuh kenop pintu asrama itu, tiba-tiba dia mendengar suara seseorang di belakangnya.
"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" perempuan detektif itu lalu menoleh kearah datangnya suara, matanya terbelalak saat melihat siapa yang memanggilnya.
Seorang wanita berambut merah yang memiliki gaya yang sangat elegan berjalan mendekati perempuan detektif itu. Saat sudah dekat, Naoto menyadari bahwa ekspresi wanita itu berubah kaget, dan dia menatap Naoto dari atas sampai bawah, seakan-akan sedang mengobservasinya. Sekilas wanita itu terlihat membuka mulutnya, ingin mengutarakan sesuatu, namun dengan cepat dia tutup mulutnya dan terdiam, masih menatap perempuan detektif itu.
'Mitsuru Kirijo, dia pemimpin Kirijo Group saat ini.' Pikir perempuan detektif itu sambil menatap wanita itu dengan tatapan bingung.
"Permisi, saya Naoto Shirogane, seorang detektif, saya sedang mencari seseorang. Saya dengar dia tinggal disini."
Wanita menghela nafasnya, nampak lega akan sesuatu, sebelum menaikkan satu alisnya, "Anda ingin mencari siapa..?"
Naoto membuka filenya dan menunjuk ke arah sebuah foto. "Saya mencari Minato Arisato." Wanita itu tersentak kaget, ekspresinya yang pada awalnya terlihat dingin dengan cepat berubah menjadi kelam. Perempuan detektif itu sedikit bingung, karena reaksinya hampir sama persis dengan reaksi guru tadi. Saat mereka melihatnya, mereka terlihat sangat terkejut, dan saat dia menyebut nama Minato Arisato, mereka terlihat sangat sedih.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Wanita itu terdiam sesaat, sebelum akhirnya menghela nafasnya, "Kita bicarakan didalam, kebetulan saya sedang berkumpul dengan teman-teman saya, yang juga merupakan teman Minato Arisato." Mata perempuan detektif itu terbelalak.
Wanita itu membuka pintu asrama itu, lalu mereka berdua berjalan masuk, disambut dengan teriakan seorang pria.
"Mitsuru-senpai! Akhirnya datang jug—UWA! H-Hantu?" Teriak seorang pemuda yang memakai topi berwarna biru dan berjenggot sambil menunjuk ke arah Naoto dengan ekspresi wajah sangat terkejut. Beberapa orang lainnya yang ada di lounge itu juga tersentak kaget saat mereka melihat kearah perempuan detektif itu.
Perempuan detektif itu menatap pria bertopi itu dengan tatapan bingung. 'Hantu...?' pikirnya dengan satu alis naik. Lalu dia berjalan bersama Mitsuru dan gadis pemilik Kirijo Group itu mempersilahkan Naoto untuk duduk di sebuah sofa. Mereka semua menatapnya dari atas sampai bawah, raut wajah mereka terlihat bingung.
"Anu, um...nama saya Naoto Shirogane, detektif, saya ingin mencari tahu informasi mengenai Minato Arisato." Mereka semua, kecuali Mitsuru, tersentak kaget.
'Reaksinya sama...' pikir perempuan detektif itu sambil menyipitkan matanya.
Tiba-tiba terdengar isak tangis berasal dari seorang perempuan berambut pirang yang memiliki semacam headphone dikepalanya, seakan-akan nama 'Minato Arisato' melukai hatinya dengan sangat dalam. Naoto dapat melihat perempuan berambut pirang itu mencoba mengusap air matanya, namun air mata tetap saja membanjiri pipinya.
Reaksi ini sungguh mengagetkan Naoto.
"Ma-maaf, hanya saja mendengar nama itu, aku..." Kata perempuan berambut pirang itu ditengah isak tangisnya.
Wanita berambut coklat yang memiliki choker berbentuk hati yang duduk disebelahnya hanya mengelus pundak perempuan berambut pirang itu, perempuan berambut pirang itu menatap perempuan berambut coklat itu sejenak sebelum menoleh kearah Naoto.
"Minato-san...meninggal dua tahun yang lalu."
Perempuan detektif itu tersentak kaget, tidak percaya akan apa yang dia dengar.
Sosok kakak kandung yang perempuan detektif itu dambakan, lenyap dalam sekejap, harapannya untuk merasakan kehangatan dekapan seorang kakak, hancur berkeping-keping bagaikan gelas yang rentan.
Naoto menggenggam tangannya dengan sangat erat, raut wajahnya memucat, dia menggigit bibir bawahnya sebelum dia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Reaksi perempuan detektif itu membuat Mitsuru menatapnya dengan tatapan bingung. "Shirogane...?"
"Ahh...kukira aku bisa bertemu dengan seseorang yang kemungkinan kakakku." gumamnya dengan nada suara yang terdengar sangat sedih dan sedikit parau karena mencoba menahan isak tangis yang hampir tidak dapat diredamnya.
Naoto merasa sangat terguncang karena dia sudah berharap dengan tinggi bahwa dia akan bertemu sanak keluarganya yang hilang. Dia sudah berharap bahwa akan ada seseorang yang akan menemaninya sebagai keluarga. Bukannya dia tidak menganggap kakeknya adalah keluarganya, namun hubungan kakak-adik tentunya lebih intim, dan tentunya akan membuat rasa kesepian dia berkurang.
Karena, seperti apa yang dia akui, dan yang teman-temannya ketahui, gadis itu paling tidak bisa mengendalikan rasa kesepian. Karena pola hidupnya dahulu yang selalu menyendiri, setelah dia merasakan kebersamaan bersama Investigation Team, kini gadis detektif itu sangat haus akan hubungan antar manusia, mau itu hubungan antar teman ataupun keluarga.
Orang-orang yang berada di asrama itu tersentak kaget saat mendengar pernyataan perempuan detektif itu, mereka semua memberikan tatapan seolah tidak percaya bahwa Naoto Shirogane, sang detective prince, adalah adik dari Minato Arisato.
Dengan mata terbelalak, perempuan berambut pirang bertanya padanya. "Kamu...benar-benar adik Minato-san?"
"Jujur Aku tidak tahu pasti. Tapi, kakekku sudah menginvestigasinya, dan prosentase yang diberikan Kakekku pun tinggi. Makanya aku kesini untuk mencari tahu kebenaran itu. Aku...sangat mendambakan sosok kakak kandung sejak dulu!" Ujar gadis berambut biru itu, perasaannya mulai sedikit tidak terkendali. Kemampuannya untuk mengatur emosinya sekejap menghilang.
Karena rasa ketika dikhianati harapan itu sangat sakit.
Tidak ada yang dapat berkata-kata, mereka hanya bisa menatap perempuan detektif itu.
"A-ah, maaf, aku telah membuat kalian mengingat suatu hal yang m-menyedihkan, jadi aku permisi dulu...!" Katanya sambil berdiri lalu berlari keluar asrama itu, hatinya tak kuasa menahan rasa sakit.
Dan semuanya tetap tidak bisa berkata-kata, membatu di posisi mereka masing-masing.
Di luar asrama tersebut, hujan deras membasahi daerah itu, tetapi Naoto tidak peduli, dia tetap berlari kemanapun kakinya membawanya, dan tanpa peduli walau tas besar yang dia bawa memberatkannya. Air matanya akhirnya jatuh membanjiri pipinya, namun tersembunyi karena bercampur menjadi satu dengan tetesan-tetesan air hujan yang dingin.
Entah kenapa untuk saat ini hujan terasa sangat menenangkan. Rasa dingin tetesan air hujan yang sama persis seperti perasaan perempuan detektif itu saat ini membuatnya merasa dunia sedang menangis bersamanya, dan perasaan ini sedikit menenangkannya.
'Kau ingin bertemu kakakmu?'
Perempuan detektif itu tersentak kaget, dengan sekejap dia berhenti berlari, dan tindakan ini membuatnya jatuh terguling di jalan. Namun tanpa memperdulikan rasa nyeri yang dia rasakan di tubuhnya akibat berbenturan dengan jalanan, dia menoleh kesana-kemari untuk mencari asal dari suara itu.
'Aku akan membantumu, wahai anak manusia.'
"Ngh..!" Geram perempuan detektif itu sambil memegang kepalanya, rasa sakit yang sangat dengan cepat menjalar di dalam kepalanya.
'Nikmatilah hidupmu di masa lalu. Ini adalah tanda terima kasihku untukmu, wahai anak manusia.'
Lalu kesadaran perempuan detektif itu memudar.
"-ei!" Perempuan detektif itu dapat mendengar suara seorang pria.
"Hei!" kali ini pria itu memanggilnya sambil mengoyangkan tubuh perempuan detektif itu
Secara perlahan perempuan detektif itu membuka matanya. Pandangannya buram, namun dia dapat menyadari bahwa suasana sekitarnya gelap gulita.
"Kamu tidak apa-apa?" dia mendengar pria itu bertanya kepadanya dengan nada suara khawatir.
Naoto melirik ke arah tangan yang berada di pundaknya, lalu dia usap matanya sebelum perempuan detektif itu menoleh ke arah wajah pria itu.
Untuk menemukan sepasang bola mata berwarna abu-abu.
Mata abu-abu perempuan detektif itu pun terbelalak.
TO BE CONTINUED
