Disclaimer: Sakura, Gaara, Sasuke, Naruto, shikamaru ataupun Ino bukan milikku. Mereka buatan Kishimoto Masashi-Sensei

Sang Emerald menatap sendu pohon sakura yang bermekaran di taman sekolahnya dari balik jendela, pandangannya kosong, emerald yang biasanya berbinar entah mengapa saat itu terlihat redup, seakan jiwa pemiliknya tak lagi di sana.

Benar, jiwa sang gadis merah muda melalang buana, otaknya mau tak mau kembali mengingat konversasi sahabat dan kekasih sahabatnya.

Flashback On

"Mendokusei, ada apa? Dari tadi kau diam" Pertanyaan terlontar dari sang pemuda berambut nanas yang sedari tadi memejamkan mata. Namun, orang yang ditanyai tak menjawab, sang gadis Barbie malah menghembuskan nafas kasar.

"Sakura" ucapnya lirih

"Uchiha lagi?"kembali sang nanas bersuara yang direspon dengan anggukan pelan kekasihnya. Lalu keduanya kembali diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"mengapa dia tak menyerah saja?" satu kalimat yang diucapkan kekasihnya mampu membuat atensi sang Barbie sepenuhnya berpaling pada orang di sampingnya.

"kenapa kau mengatakan hal seperti itu, Shika? Kau tak tahu bagaimana perjuangan Sakura selama ini" ucap sang gadis Barbie dengan nada lebih tinggi. Sang nanas hanya menghembuskan nafasnya pelan

"maksudku kalau memang Sasuke tak suka dengan Sakura, tak mungkinkan dipaksakan?"

"Tapi-"

"Ino bayangkan kalau kau jadi Sasuke, setiap detik kau ditempeli oleh orang yang sedikitpun tak kau sukai, kira-kira bagaimana perasaanmu?" Sang nanas berucap dengan nada mengantuk dan pelan, Ia tak ingin menyulut amarah kekasihnya

"dari mana kau tahu, kalau Sasuke tak punya perasaan pada Sakura huh?" Nada Ino semakin meninggi, Ia tak terima sahabatnya dijelek-jelekkan seperti itu. Shikamaru kembali menghembuskan nafas pelan, sepertinya harapannya tidak terkabul.

"Mendokusei Ino, coba ingat apa pernah sedikitpun Sasuke memperhatikan Sakura? Kau tentu tahu sudah berapa kali Sakura menyatakan perasaannya dan tentu kau juga tahu apa jawaban Sasuke"

"Tapi Shika-" Ucapan Ino terpotong, Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, segala yang dikatakan kekasihnya benar adanya. Tanpa sadar matanya memanas, memikirkan penderitaan yang telah dilalui Sakura selama ini.

"Mendokusei, kalau kau tak mengerti juga terserah Ino. Aku hanya kasihan melihat Sakura yang terus terjerat pada seseorang yang bahkan tak pernah peduli keberadaannya" dan tangisan itu semakin deras mendengar kalimat selanjutnya, benar segala yang dikatakan kekasihnya walaupun menyakitkan tapi tak bisa Ia tampik kebenarannya.

"hiks…hiks…sakura…shika apa yang harus kulakukan untuk membantunya….hiks…?" Shikamaru tak menjawab, Ia menarik tubuh Ino bersandar di pelukannya.

Tanpa kedua orang itu sadari, ada orang lain di sana. Kepalanya tertunduk hingga helaian merah muda itu menutupi wajahnya yang telah basah, satu tangan mendekap mulutnya sendiri, menahan segala isakan agar tak terdengar siapapun.

Dalam diam, Sang Bunga menangis, meratapi kebodohan hatinya yang telah jatuh pada tampat yang salah.

Flashback off

Apakah diriku terlihat sangat menyedihkan? Batin sang Emerald

Ini bukan yang pertama kali, jauh dua tahun yang lalu Ino sudah pernah menceramahinya tentang sifat keras kepalanya yang tak pernah berhenti menyukai cinta pertamanya, padahal Ino juga pernah jatuh cinta dengan pemuda itu tapi mengapa Ino dengan mudahnya berpaling hanya karena satu kali ditolak, bukankah dia juga cinta pertama Ino? Lalu Tenten, sahabatnya waktu SMP bersama Ino, gadis tomboy itu berkali-kali menyuruhnya berhenti, berkali-kali gadis itu menyadarkannya bahwa dirinya cantik, bahwa banyak pria yang menyukainya, mengapa ia harus mengejar seseorang yang jelas-jelas tak menginginkannya.

Benar, Sakura bukan gadis yang pantas untuk ditolak, dia memiliki segala hal yang diinginkan seorang pria. Ia cantik dengan mata emerald dan rambut merah muda yang jarang dimiliki gadis lain, Otaknya berisi tak seperti gadis cantik lain, Ia juara karate namun penampilannya tetap feminim. Tak terhitung berapa banyak pria yang telah menyatakan cinta padanya dan tak terhitung pula berapa yang Ia tolak.

Otaknya kembali mengingat kekasih sahabatnya, Shikamaru. Pria tercerdas dengan IQ di atas 200, dinobatkan sebagai pria tercerdas di Konoha tiga tahun ini. Sakura tahu bahwa pria itu tidak akan pernah dan tidak ingin merepotkan dirinya untuk mencampuri urusan orang lain, atensi pria itu hanya berpusat pada Ino, tapi mengapa kini sahabat kekasihnya itu juga turut menyuruhnya berhenti.

Apakah dirinya terlihat begitu menyedihkan hingga seorang shikamaru yang cuek juga menyuruhnya menyerah? Atau Apakah dirinya terlihat sebegitu mengganggu Sasuke hingga Shikamaru yang notabene sahabat Sasuke menyuruhnya menjauh?

Tanpa terasa pipi Sakura telah basah, Ia tak tahu sejak kapan emeraldnya berair. Jari-jarinya segera menghapus liquid bening yang terus membasahi pipinya begitu menyadari satu-persatu teman sekelasnya telah berdatangan.

Terlebih ketika mendengar suara yang sudah sangat familiar di telinganya, membuat atensi sang emerald segera berpaling dari pohon sakura ke dua orang pemuda yang baru saja memasuki kelasnya.

Sudut bibir Sakura mau tak mau bergeming menyaksikan kekocakan salah satunya, sementara yang satunya tanpak menanggapi dengan ekspresi seperti biasanya, datar.

"Hai Sakura, kau berangkat lebih pagi? Kenapa tak menunggu kami?" Tanya pemuda berambut pirang dengan senyum lebarnya, begitu sampai di meja Sakura.

"aku ada sedikit urusan pagi ini Naruto" Sakura berucap, masih dengan senyum di wajahnya. Entah kenapa jika berhadapan dengan sahabatnya yang satu ini, wajahnya tak bisa menampakkan ekspresi sendu seperti beberapa menit yang lalu.

Lalu Emerald Sakura menatap pemuda yang lain, pemuda berambut raven dengan mata sekelam malam, wajah tampannya hanya mempunyai satu ekspresi, datar.

Sakura memeras otaknya, berusaha mengingat apa yang membuat dirinya bisa jatuh cinta pada pemuda ini.

Apakah karena wajahnya yang tampan? Mungkin benar, tapi yang berwajah tampan di sekolah Sakura ada banyak, lalu mengapa Ia hanya jatuh cinta pada yang satu ini.

Mungkin karena keluarganya yang kaya? Oh Tidak, Sakura bukan gadis seperti itu walaupun keluargnya tidak kaya tapi mereka masih bisa memenuhi kebutuhan Sakura.

Atau mungkin karena pemuda ini tergolong cerdas? Hmm sejujurnya pemuda ini bukan yang paling cerdas, masih ada Shikamaru yang otaknya jauh lebih encer.

Lalu apa yang membuatnya bisa terjatuh begitu dalam? Apa yang membuatnya bisa menyukai seseorang yang dingin, cuek, arogan, tidak pandai bersosialisasi, irit bicara dan kasar.

Lalu emeraldnya kembali menatap pemuda berambut pirang. Benar, mengapa Ia tak bisa jatuh cinta pada pemuda yang ini, yang jelas-jelas juga mencintainya. Apa yang kurang dari Naruto? Pemuda ini tampan dengan mata bagaikan lautan, rambutnya pirang seperti pemuda-pemuda blasteran, dan kekayaannya tak jauh beda dengan pemuda yang satunya, walaupun Naruto tak terlalu cerdas tapi Ia memiliki apa yang didambakan setiap perempuan, kehangatan. Sakura yakin bahwa siapapun yang bersama dengannya akan selalu tersenyum.

Lalu kembali otaknya bertanya, apa yang membuat hatinya tak bisa jatuh cinta pada Naruto?

Kenapa hatinya harus jatuh di tempat yang salah? Batin Sakura

"….ra….sakura.." samar-samar sebuah suara menyadarkannya. Jiwanya kembali, emeraldnya menatap Naruto yang terlihat cemas.

"Hm… ada apa Naruto-kun?" Ucap Sakura dengan ekspresi masih setengah sadar

"kau melamun, kau sakit? Matamu bengkak, apa kau habis menangis?" Sakura tersenyum sambil memandang penuh Naruto yang terlihat sangat khawatir. Sakura hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, pertanda dirinya tak apa-apa.

"Ya sudah, aku ke kelas dulu. Teme, jaga Sakura" Ucap Naruto lalu berlari keluar menuju kelasnya.

Benar mereka tak satu kelas, Naruto dan Ino berada di kelas 3C sementara dirinya, sasuke dan shikamaru berada di kelas 3A. Perhatian Sakura kini kembali pada pria berambut raven yang tengah menaruh tasnya lalu mulai mengeluarkan buku-buku dari tas itu

"berhenti menatapku" walau jarak mereka terpisah di antara dua bangku, namun telinga sakura dapat mendengar dengan jelas dua kata yang diucapkan dengan nada dingin oleh Sasuke.

Nyeri, itu yang dirasakan Sakura, ini sudah berkali-kali tapi kenapa kali ini rasanya sangat sakit, rasanya bagaikan ribuan jarum menusukmu secara bersamaan. Lalu wajah itu segera berpaling bersamaan dengan jatuhnya setetes liquid bening dari sang emerald.

Haruskan aku menyerah? Batin Sakura.

0ooo0

Emerald Sakura menatap dua pemuda yang tengah berjalan di depannya dalam diam, ke dua tangannya menggenggam dua bento yang telah Ia buat, biasanya Ia akan berjalan di samping salah satunya namun…

Ino bayangkan kalau kau jadi Sasuke, setiap detik kau ditempeli oleh orang yang sedikitpun tak kau sukai, kira-kira bagaimana perasaanmu

Benar. Mungkin Ia harus jaga jarak, agar Sasuke tak terganggu. Hanya jaga jarak Sakura, itu tak susah.

Langkah mereka terhenti di meja yang telah ditempati Naruto dan Ino, lalu segera Shikamaru duduk di samping kekasihnya setelah memberikan kecupan singkat di bibir sang kekasih.

"berhenti bermesraan-mesraan kalian berdua" protes Naruto sambil menatap kesal Ino yang masih bergelayut manja di lengan shikamaru.

"makannya cari pacar sana" balas sang nanas, lalu mulai memakan makanan yang dipesan kekasihnya.

"Dobe, kenapa kau tak memesankanku makanan?"

"aku tak pesan karena aku tahu pasti Sakura-chan membawakanmu bekal, iya kan Sakura-chan?"

"Benar, Sasuke-kun ini aku membuatkanmu bekal, nasi goreng tomat, tomatnya aku banyakin sesuai selera Sasuke-kun, dijamin kali ini tidak keasinan, aku sudah mencobanya" Ucap Sakura dengan senyum tercantiknya lalu meletakkan kotak bekal di hadapan Sasuke.

Sasuke hanya memandang kotak bekal berwarna biru dongker itu, lalu berdiri berjalan menjauh dari meja yang ditempati sahabatnya.

"Teme kau mau kemana?" teriak Naruto, namun bukan Sasuke namanya kalau akan menjawab teriakan seperti itu.

"mungkin Sasuke-kun ingin ke toilet Naruto" Ucap Sakura lalu mulai membuka bekalnya. Sementara, Ino dan Shikamaru hanya saling memandang lalu kembali menyantap makanannya.

Beberapa menit Sasuke kembali, sambil membawa satu piring nasi goreng tomat dan jus tomat, kotak bekal yang ada di mejanya digeser. Sontak ke empat manusia yang berada di meja itu terdiam sambil memandang makanan yang dibawa Sasuke yang tak ada bedanya dengan bekal yang dibawa Sakura.

Nyeri kembali teras di dada Sakura, kepala merah mudanya menunduk menyembunyikan wajahnya, matanya mengerjap-ngerjap berusaha menghalau liquid yang telah berada di sudut matanya.

Tak apa Sakura, itu hanya bekal. Bukankah ini bukan yang pertama kali bekalmu ditolak

kalau memang Sasuke tak suka dengan Sakura, tak mungkinkan dipaksakan

"Teme, kenapa kau harus pesan lagi huh? Kau tak menghargai kerja keras Sakura-chan" Naruto berucap setengah berteriak dengan nada marah.

Namun Sasuke tetap melanjutkan makannya dengan ekspresi datar, seolah tak menyadari tiga pasang mata yang tengah menatapnya dengan ekspresi berbeda. Lalu hening, hingga suara kursi bergerak menarik atensi mereka pada seseorang yang tengah berdiri.

"Tak apa, Naruto-kun?" Sakura menyadari mulutnya berucap, lalu mengambil kotak bekal berwarna biru dongker itu, berjalan menuju sebuah tempat sampah dan membuangnya. Sakura kembali duduk dan memakan bekalnya dengan ekspresi datar, sama seperti pemuda di depannya.

"Sakura…" lirih Ino

"makanlah, pig" Sakura kembali menyadari mulutnya berucap dan tersenyum pada sahabatnya. Ia juga melayangkan senyuman pada Naruto yang masih menatapnya. Lalu semuanya kembali makan dalam diam hingga jam istirahat selesai.

OoooO

Sang emerald kembali menatap pohon Sakura itu, pelajaran terakhir telah berhenti sejak 15 menit yang lalu. Namun Sakura masih ingin di sana, hari ini terlalu melelahkan baginya, otaknya terlalu banyak berpikir, dadanya terlalu banyak menahan nyeri dan hatinya entahlah bagaimana kondisinya.

"Sakura, kau tak pulang?" emerald sakura menatap sahabat pirangnya yang tengah berdiri di ambang pintu

"aku masih mau di sini, Ino. Kau sendiri?"

"Aku mencari shika, kukira dia ada di sini, tak biasanya di tak menjemputku" Ino berjalan mendekat dan mendudukkan diri di samping sakura.

"Shikamaru dan Sasuke telah pergi sejak 15 menit yang lalu Ino" seperti tak mendengar jawaban Sakura, Akuamarinnya Ino hanya menatap Sakura dalam, lalu sontak menarik Sakura ke dalam pelukannya

"Ino, ada apa?" Sakura berucap seakan tak mengerti, walaupun dirinya tahu apa maksud pelukan sahabatnya

"Ini sudah 8 tahun Sakura, mau berapa lama lagi kau berjuang?" akhirnya kata-kata itu terdengar. Kalimat yang mungkin telah ditahan Ino sejak lama, kalimat yang takut Ia ungkapkan, takut membuat Sakura marah. Sakura diam dalam pelukan sahabatnya.

"hiks…hiks…aku tak sanggup melihatmu seperti ini" emerald itu terbelalak mendengar suara tangisan sahabatnya, sontak Ia melepaskan diri dari pelukan itu dan menatap akuamarin Ino yang telah berair

"Ino…" lirih Sakura, tangannya menghapus air mata yang terus berjatuhan di pipi sang Barbie. Tanpa terasa emerald sakura juga memanas. Kini giliran Sakura yang menarik dalam pelukannya, Ia tak mau Ino melihatnya menangis lagi.

"Sakura…berhentilah" akhirnya kata itu terucap, terdengar jelas di telinga Sakura. Mungkin Sakura akan marah, mungkin Sakura akan memakinya, namun Ino tak bisa menahannya lebih lama lagi.

Sakura ingin bersuara, mengatakan bahwa apalah arti perjuangannya 8 tahun kalau Ia menyerah sekarang, apalah arti tangisannya selama ini kalaupun hanya berujung tangisan pula, untuk apa Ia menderita kalau tak bisa tertawa pada akhirnya.

Namun kata-kata itu tercekat di tenggorokannya, seakan kata-kata itu tak benar adanya, seakan kata-kata itu hanya penghibur belaka untuknya yang selama ini menderita. Maka yang Sakura lakukan hanya diam, sambil mengeratkan pelukan sahabatnya.

Haruskah aku menyerah? Batin Sakura

0oo0

BUGHH….

Sasuke terhempas beberapa meter dari tempatnya berdiri beberapa detik yang lalu, sudut bibirnya berdarah menandakan betapa keras pukulan yang Ia terima. Shikamaru yang beberapa detik yang lalu berjalan dengan Sasuke sontak mengganti ekspresi datarnya dengan ekspresi kaget.

"Oi Naruto, apa yang kau lakukan?" Shikamaru berucap, namun seperti tak mendengar, sang pemukul kembali mendekati Sasuke dan menariknya untuk berdiri.

"kau puas Teme? Puas membuat Sakura-chan bersedih huh" Naruto berucap, sambil mencekram kerah baju Sasuke. Yang ditanya hanya menatap sinis pria yang berani memukulnya lalu …BUGH…giliran Naruto yang tersungkur dengan darah yang juga berada di sudut bibirnya. Baru saja Naruto ingin membalas tapi Shikamaru langsung menahan mereka

"mendokusei, kalian berdua hentikan" Shikamaru berteriak sambil memandang kedua sahabatnya secara bergantian. Beberapa detik terlewati, Naruto dan Sasuke hanya saling menatap tajam hingga suara ponsel Shikamaru memecah keheningan.

"Halo Ino"…."baik, aku akan menjemputmu"…."Hn" Shikamaru mematikan ponselnya, lalu kembali menatap kedua sahabatnya.

"Sakura sedang bersama Ino sekarang, aku akan menjemput Ino, kau Sasuke akan mengantar Sakura dan kau Naruto pulanglah"

"biar Naruto yang mengantar Sakura, aku mau pulang" Sasuke bersuara dengan nada datar

"tidak, kau yang harus mengantar Sakura pulang"

"Oi Shikamaru apa kau membuat Sakura bersedih lagi dengan bertemu Teme" Naruto yang sedari tadi diam, mulai angkat suara.

"itu urusan mereka Naruto, biarkan Sakura dan Sasuke menyelesaikannya. Kau pulanglah"

"Tapi-"

"Pulanglah Naruto, kau tak mengerti, ini yang terbaik" Naruto memandang Shikamaru dalam, entah hanya perasaan Naruto tapi Ia menyadari ada sesuatu yang salah dengan sahabat nanasnya itu tapi apapun itu, Naruto tahu bahwa Shikamaru tak mungkin menyakiti sahabat kekasihnya. Naruto menghembuskan nafas kasar, lalu berbalik meninggalkan Sasuke dan Shikamaru.

"apa yang kau rencanakan, Nara?" Sasuke berucap dengan nada dingin, Ia tahu betul ada yang salah di sini. Shikamaru hanya memandangnya, lalu tersenyum miring.

"sesuatu yang kau inginkan, Uchiha" ucap shikamaru lalu berjalan meninggalkan Sasuke. Sasuke masih berpikir, namun tak ada secuilpun yang dihasilkan otaknya, maka Ia memutuskan mengikuti Shikamaru.

Benar, jika Ia ingin mengetahuinya maka ia harus mengikuti permainan pria jenius di depannya.

0ooo0

Keheningan masih menyelimuti Sakura dan Sasuke, sejak 10 menit yang lalu mereka telah berada di sana, di mobil Sasuke. Sasuke hanya menatap ke depan dengan ekspresi datar seperti biasanya, sementara Sakura masih tak tahu bagaimana membuka sebuah pembicaraan yang tidak berakhir menyakitinya hingga mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana, keduanya masih terdiam. Emerald Sakura menatap Sasuke yang masih diam di posisinya dan menyadari ada yang salah dengan wajah tampan pria itu

"Sasuke-kun ada apa dengan wajahmu" reflex Sakura menyentuh sudut bibir Sasuke yang langsung ditepis kasar oleh pemiliknya. Nyeri yang teramat sakit kembali dirasakan Sakura untuk kesekian kalinya hari ini.

"turunlah" suara itu terdengar, menusuk telinga sakura

Mungkin ini saatnya. Ini….ini….yang terakhir

"Sasuke-kun, mungkin kau sudah bosan mendengarnya, namun aku harus mengatakannya" untuk terakhir kalinya

"aku…aku…menyukaimu…tidak aku mencintai Sasuke-kun"

Suara itu bergetar, menandakan sang penghasil suara tengah menahan sesuatu, entah itu rasa gugup atau rasa takut merasakan rasa sakit untuk yang kesekian kalinya.

Namun yang terjadi selanjutnya hanya diam, Pria itu tak bersuara, mata kelamnya masih memandang ke depan sementara Sakura tengah menunggu, menunggu jawaban yang akan mengubah hari-harinya ke depan.

"Bagaimana perasaan Sasuke-kun?" Sakura kembali bersuara, mengharapkan mendapat respon yang berarti. Lalu suasana dalam mobil itu kembali hening.

"kau tau jawabannya Sakura" dan detik itu, Sakura tahu penantiannya telah berakhir, penantiannya selama 8 tahun telah berakhir.

Tidak, bukan hanya penantiannya yang telah berakhir tapi penderitaannya juga telah berakhir, maka seulas senyum Ia paksakan terbentuk di bibirnya.

"terima kasih Sasuke-kun" mulut Sakura berucap, lalu kakinya beranjak turun dari mobil itu, masih dengan seulas senyum Ia mengantar kepergian Sasuke.

Terima kasih karena telah menjadi cinta pertamaku, terimakasih karena telah menjadi tempat sandaranku untuk 8 tahun ini. Sekarang aku melepasmu Sasuke.

Ponselnya bergetar, pertanda sebuah pesan telah masuk

From Shikamaru: Mencintai bukan harus memiliki tapi juga belajar melepaskan Sakura.

0ooo0

Suara desahan masih terus terdengar di kamar bernuansa abu-abu itu, baju yang yang berserakan ditambah dengan aroma lain yang menguar memperjelas apa yang tengah dilakukan oleh dua remaja berbeda gender itu di balik selimut. Setelah beberap menit, terdengar suara desah setengah berteriak sang wanita diikuti geraman sang pria menandai klimaks keduanya

"Shika, berapa persen kemungkinan Sakura akan menyerah dengan cintanya?" ucap sang wanita berwajah Barbie sambil membelai wajah kekasihnya yang tengah menutup mata. Sang onyx membuka mata, memandang kekasihnya sambil mengusap pelan beberapa butir peluh di wajah kekasihnya.

"aku yakin Sakura telah menyerah saat ini, Ino"

"kenapa kau terdengar begitu yakin?"

"kau meragukanku?" Sang Barbie menggeleng pelan, lalu kembali menatap sang kekasih

"lalu menurutmu apa yang akan terjadi selanjutnya?"

"Entahlah, tapi aku tahu, sesuatu akan terasa berharga saat kita telah kehilangannya" Ino mengerutkan kening, pertanda tak mengerti

"maksudnya ap-kyaaaa" Ino duduk di atas tubuh Shikamaru dengan kedua alat mereka yang telah menyatu

"kau…"Ino tak dapat bersuara, tubuhnya masih menyesuaikan posisinya saat ini

"berhenti memikirkan mereka, ride me honey"

"Shikyaaaaaa"

TBC