DRAP!DRAP!DRAP!

Pemuda berambut cokelat susu setengah botak itu berjalan tergesa, surat kusut ditangannya semakin digenggamnya. Urat saling bersilang di pelipisnya. Wajahnya yang sebenarnya lumayan tampan itu ternoda kemarahan.

Kastil yang hanya disinari sang bulan yang sedang purnama dan cahaya obor itu ia susuri untuk mencari gadis pujaannya.

Namun, nihil.

Netranya menemukan gadis bersurai mahogany yang dikuncir ponytail yang sedang celingak celinguk sambit berjingkat, khas pencuri kabur. Di genggamannya terdapat dua buah kentang rebus yang masih berasap yang ia balut dengan kain.

"Ikut aku, gadis kentang!"


To be Kristein's Bride

Chap 1 : His Fake and Her Fool Decision

Diclaimer: Hajime Isayama

Plot and Story : Ellena Weasley

Pair : Jean Kirstein and Sasha Blouse

Prekuel dari Fic "Just Stay Next To Me"

Warnings: typos tak kasat mata, OOCs (berusaha keras tetep on character, tapi iya enggaknya Readers-lah yang menentukan), di luar alur baik anime atau manga-nya, dan beberapa ke-abal-abalan yang lainnya, Jadi maaf ya…. Disini baik tokoh yang mati, kabur, atau berkhianat di cerita manga dan anime kembali ada (karakter mereka diperlukan soalnya, jadi lupakan konflik mereka sejenak),

Hope you like it, and…

Have a nice reading…. \(^_^)/


Flashback beberapa jam yang lalu….

Jean-boy sayang,

Semoga kau sehat saja disana, ibu selalu berdo'a untuk kebahagiaanmu.

Nah, Jean-boy, ibu tahu kau sudah cukup umur untuk memiliki pasangan hidup. Ibu dan ayah pun juga sudah ingin menggendong jean-boy-jean-boy kecil. Ibu rasa kau lupa tentang hal semacam ini. Dan Ibu juga tahu minggu ini skuadron mu berlibur di kota kita setelah pembebasan dinding yang melelahkan itu. Jadi ibu ingin melakukan 'hal kecil' untukmu.

Besok malam, ibu akan mengundang calon yang kira-kira pantas denganmu. Kau ingat putri nyonya Shaun kan? Dia teman kecil mu jean-boy, kau pasti ingat, kan? Dia seumuranmu. Aku akan mengundangnya makan malam bersama saja kau dan dia bisa akrab seperrti saat kalian anak-anak dulu.

Cobalah berdandan yang rapi. Jean-boy ibu harus terlihat tampan di depan seorang gadis.

Salam sayang

Ibu

KREK! Jean tanpa sadar meremas kertas tak berdosa itu. Surat itu diantarkan oleh penjaga markas. Ia memang berencana mengunjungi rumahnya malam ini atau besok. Libur panjang yang diberikan Erwin pada mereka sudah membuat Jean terlena merencanakan liburan panjang nya di kampung halamannya sendiri, yang memang tak sengaja Erwin pilih sebagai destinasi liburan Skuad nya.

"BUAHAHAHAHAHA, hebat jean-boy…. Perjodohanmu siap diatur. Wah, kurasa kita akan segera menghadiri upacara pernikahan, nih." Ujar Connie yang memang sedari tadi ikut membaca dari bahu Jean.

"Sialan kau!" ujar Jean sambil menjitak kepala Connie yang mulus (baca : botak). "Kau tak tahu betapa mengerikannya membayangkan Irina Shaun sebagai mempelai wanitamu!" lanjut Jean dengan muka pucat.

"Memangnya kenapa? Namanya terdengar indah, pemiliknya juga pasti cantik." Tukas Armin baik hati.

"Dia dua kali lebih besar dariku!" erang Jean putus asa. "Dan jika kalian berpikiran sama seperti ibuku yang mengira bahwa kami ini akrab, kalian salah besar! Dia hanya menganggapku karung tinju yang sedia setiap saat untuknya! Bayangkan!"

Tawa langsung meledak dari bangku ruang makan yang ditempati Jean, Connie, Eren, Armin, Marco, Reiner, dan Berthold. Ruang makan itu mendadak bising. Beberapa kepala menoleh, entah yang ingin tahu atau merasa terganggu.

"Jika kau tidak mau menemuinya, cari saja yang lain." Ujar si badan tiang, Berthold.

Suaranya yang halus dan seperti orang melamun membuat semua orang menoleh kepadanya dengan wajah horor. 'DIA berbicara!?' Batin semua pemuda itu.

"Eng… itu solusi yang cukup bagus juga. Memangnya kapan Ibumu mengajak Irina makan malam?" Tanya Armin yang secara resmi ikut masuk dalam misi 'Jean's engagement disordering'

"Besok malam. Aku berniat mengunjunginya malam ini atau besok pagi." Jawab Jean yang sudah pasrah tanpa menanggapi serius upaya kawan-kawannya untuk membantunya.

"Hem…. Begitu ya. Bagaimana jika Kau mengajak gadis pilihanmu sebelum besok malam?" usul Armin

"Bagus juga usulanmu. Dengan begitu ibumu mungkin akan membatalkan perjodohan mu itu." Cetus Marco

"Masalahnya, kawan-kawan. Aku tidak melihat satupun gadis yang bisa diajak oleh si muka kuda ini." Ucapan Reiner ini dihadiahi bogem cantik dari Jean yang sudah naik darah.

"Woi, Gempal berotot! (author : emangnya itu ejekan, ya, jean? #sweatdrop )" kata Jean," Kaupikir aku tak punya gadis yang bisa kuajak, heh?"

"Coba sebutkan kalau begitu?" tantang Reiner

Wajah Jean hanya bisa merona. Ia hanya punya satu kandidat dalam hatinya, Mikasa. Namun pada kenyataannya kemungkinannya kurang dari nol persen, gadis itu bahkan menganggapnya tidak ada. Jadi Jean kalah telak. Dengan pasrah ia menggeleng.

Tawa kembali membahana.


Kembali ke waktu awal….

"Ikut aku, gadis kentang!" Seru Jean dengan suara rendah, ia raih pergelangan tangan Sasha.

"Hei, muka kuda! Lepas! Aku harus segera mencari tempat makan. Kasihan kentang-kentang ini jika tidak segera dimakan, mereka bisa dingin. Jadi, minggir!"Sahut Sasha sambil menepis tangan Jean dari lengannya. Ia lewati saja Jean yang tenganga.

"Jika kau ikut denganku, maka aku janji kau akan mendapat makan malam yang lebih banyak dan jauh lebih enak. Kau yakin tak ingin bergabung?" tawar Jean pada punggung Sasha yang belum jauh.

Telinganya langsung menangkap kata 'makanan', Sasha langsung berbalik. "Bhwell" ujarnya dengan mulut penuh kentang rebus.

"Hah?" Jean kembali ternganga

Sasha dengan mudah menelan kentang kunyahannya dengan sekali telan, "Deal." Katanya sambil mengulurkan tangannya.

Jean menjabatnya.

"Oke, Temui aku lima menit lagi disini dengan pakaian terbaikmu. Gunakan pakaian yang sopan dan rapikan penampilanmu!" perintah Jean

"Aye-aye, Captain!" sahut Sasha yang sekejap berbalik pergi.

Jean Menghembuskan napas Panjang. Ia tak mengira akan semudah ini bersekongkol dengan si Gadis Kentang.

Di depan pintu kediaman Keluarga Kristein….

"Ingat! Jangan menunjukkan sifat barbarmu saat di depan orang tua ku." Ujar Jean. Sasha mengangguk.

"Jangan bicara jika kau tidak yakin apa yang kau katakan 'normal'!" ujar Jean lagi. Sasha mengangguk.

"Dan terakhir, Beraktinglah seakan aku ini kentang!" Ujar Jean, kali ini Sasha harus melongo sambil memiringkan kepalanya sedikit.

"Maksudnya, anggap saja aku ini kentang yang kau cintai dengan sepenuh hati itu!" ucap Jean agak kesal, wajahnya memanas hal yang tidsk dipikirkannya adalah mengajak si Gadis kentang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra. Tunggu? Kata-katanya tadi….. Arrrgh! Ia coba menoleh pada Sasha, namun untungnya gadis itu terlalu polos untuk menyadarinya lebih jauh. Gadis itu hanya menunjukkan jempolnya dengan wajah ceria.

"Oke, siap?" Jean Langsung mengetuk pintu rumahnya tanpa menunggu jawaban Sasha.

Betapa kagetnya Jean, sesaat sebelum pintu terbuka, Sasha meraih lengannya untuk dirangkul. Wajahnya sontak memanas dengan tingkah si gadis Kentang itu. Ternyata Sasha tak sepolos seperti yang diduganya.

CKLEK! Wajah ramah ibu Jean-lah yang menyambut mereka. "JEAN-Boy! Akhirnya kau datang ju—eh?"

"Ibu, perkenalkan… dia Sasha."

"Selamat malam, Mrs. Kristein. Saya Sasha Blouse." Sasha menunduk dengan hormat. Acting yang bagus!

"O-oh. Yaa. Tentu saja. Nah ayo kita masuk dulu. Ibu sudah memasak enak. Ibu punya firasat kau akan datang hari ini, Jean. Ibu juga memasak lebih untuk berjaga-jaga jika kau membawa seseorang." Kata Ibu Jean yang segera menguasai diri lagi. "Ayo masuk."

Mereka pun memasuki rumah tempat Jean dibesarkan. Ruang tamu yang terkesan hangat menyambut mata. Ibu Jean sudah menghilang ke dalam. Munculah pria setengah baya yang memiliki rambut cokelat muda yang sudah hampir memutih dan Kumis selebat Sikat, ayah Jean.

"Anakku." Ujar pria itu dengan tanpa senyum.

"Ayah." Sahut Jean lalu menunduk, "Aku pulang."

Pria itu mendekat dan menyentuh pundak Jean lalu memeluknya sejenak. Pria itu hanya mengisyaratkan Jean dan Sasha duduk di ruang depan yang telah di sedia kan bangku-bangku untuk para tamu. Ayah Jean adalah pedagang yang sering keluar masuk dinding. Ia tak terlalu sering ada di rumah. Sekali pun ia ada di rumah ia pasti akan lebih sering menjamu handai taulannya sesama pedagang di rumah. Di ruang depan itu lah ia sering menerima tamunya. Kini putranya sendirilah yang mendatanginya. Yang baginya hanyalah Bocah kecil yang baru-baru ini berkata ia ingin menjadi penyetor nyawa ke mulut para titan-titan itu.

"Ehem. Ayah tak habis pikir kau akan langsung membawa seseorang kemari setelah kepulanganmu terakhir." Kata memulai pembicaraan

"Ayah, perkenalkan. Dia Sasha, Sasha Blouse." Ujar Jean

Sasha yang otomatis membungkuk, "Saya Sasha."

Pria setengah baya itu hanya mengedikkan kepalanya sedikit, dan kumis nya bergerak-gerak. jean ragu seulas senyum ada di balik kumis ala sikat cuci itu. "Nah, kenapa Kau membawa gadis ke rumahmu, Jean Christopher Kristein?" Tanya Ayah Jean to the point, pria ini memang tak pandai berbasa-basi. Istrinya telah masuk ke ruang itu dan mulai menyajikan teh ke meja ruang depan itu.

Jean menatap Sasha. Sasha hanya memandang balik Jean tanpa tahu apa yang ia lakukan. Jean menarik napas dalam.

"Ayah, Ibu, Sasha adalah kekasihku. Dalam Waktu dekat aku ingin menikahinya."

PRAANGGG!

To be continued


A/N

ANYEONGGGGG, MINNA-SAAAAAAN (^_^)/

Kembali lagi bersama saya! Di fic sebelumnya saya udah janji bikin Fic Prekuelnya. Jadilah ini! JREEEEENGGGG!

Nah berhubung saya masih tergolong baru dalam dunia per JESha an… maka Kritik dan saran masih sangat di butuhkan. Omeli saya, please… Semangati saya, tolong….. saya SANGAT ingin FIC ini berumur Panjang namun tetap update kilat karena saya semangat ngerjainya..

Nah, segitu dulu…. JANGAN LUPA REVIEW NYA YAAAAAA :D

Flame juga boleh kok

Bye-Bye

Ellena