Rain

.

.

.

.

Eunhyuk and Donghae belong to God and themselves.

.

.

.

.

AU. Boys Love. Drabble. Its Haehyuk. Typo(s). No Edit. Feelnya gagal. Absurd. DLDR.

.

.

.

.

.

Sore ini hujan turun. Tidak terlalu deras. Bahkan gerimis acapkali menyelinginya. Aku bersandar pada dinding teras, belakang rumah. Menatap lompatan air pada paving di sekitar pot-pot tanaman.

Hujan selalu membuatku kembali mengingat dia. Masih belum bisa kulupakan. Dia yang datang disaat hujan turun, pun menghilang disaat hujan reda.

Aku tak mengerti. Ia seolah fana, begitu memikat, begitu memabukkan, namun tak mampu kuraih. Aku termenung memandangi hujan. Berharap sosoknya datang seperti hari itu.

Hari dimana aku masih belum mengenalnya. Bahkan risih akan kehadirannya. Tapi nyatanya, sekarang aku merindu. Rindu akan pria itu. Pria dengan senyum bak malaikat dan mata teduhnya yang menghanyutkan.

Ingin aku berhenti memikirkannya. Tapi berapa kali pun mencoba, aku tetap takkan mampu. Otak ku seakan disetting untuk memutar memori akan dirinya tiap kali hujan turun.

Bagaimana aku bisa beralih dari sosok nya jika bahkan alam bawah sadar ku begitu menginginkan nya?

Kurasakan dingin menyentuh kepalaku. Aku menghela napas. Tanpa sadar kakiku melangkah dengan sendirinya. Miris. Aku tersenyum kecut.

Pakaianku basah, tapi aku tak peduli. Sekalipun aku demam esok harinya, pun aku takkan peduli. Aku hanya ingin menghilangkan rinduku akan dirinya. Walau aku tahu semuanya sia-sia.

"Aku mencintaimu" Aku terpejam. Membiarkan air mataku jatuh bersama aliran hujan yang menyamarkannya.

Aku menunduk. Menatap sebuah gelang biru dengan beberapa ikan nemo disisinya.

Aku selalu menyimpan pemberiannya. Seperti janjiku pada pria itu, dulu. Kuharap ia tahu. Jika aku masih menunggunya.

Tubuhku gemetar. Air mata ku semakin deras. Tapi aku enggan beranjak. Aku ingin bersamanya. Apa aku harus mati agar aku bisa bersamanya? Kenapa ia meninggalkanku? Apa salahku? Aku merindukannya...

"Donghae"

.

.

.

.

"Hey"

Aku tersentak. Sepasang lengan melingkari pinggangku. Kurasakan bahu kanan ku memberat. Aku menghela napas. Sepertinya aku akan mendapat omelan lagi.

"Ya! Bukannya aku sudah menyuruh mu untuk berhenti menulis cerita menyedihkan begitu?" Nah. Apa kubilang.

"Maaf"

"Ck! Setidaknya jangan gunakan namaku di dalamnya"

"Iya"

Hening. Aku meliriknya. Kurasa terlambat untuk menutup layar laptopku. Sepertinya ia sampai pada akhir tulisanku. Wajahnya merengut.

"Yak! apa ini?! Kau membuatku mati Hyuk?!" Aku mengerling malas. Itu hanya fiksi! Apa masalahnya sih?

"Hei! apa apaan ekspresimu itu"

"Tidak ada" Melepas pelukannya dan berjalan keluar dari ruang kerjaku

"Mau kemana?" Aku mengangkat bahu tak acuh.

"YAK! KEMBALI! AKU BELUM SELESAI! HEY! HYUK! HYUKJAE! LEE-"

BLAM

.

.

.

.

.

.

END