Houhou XD
Saya kembali dengan cerita lama saya!
Ok, saya akan post cerita-nya ._.
Maaf kalau pendek, gaje atau typo ._.
Hope you like ^0^
Setelah aku hidup sendiri, tanpa ayah dan ibu, kehidupanku tenang namun sepi.
Tapi kehidupan tenangku dirusak oleh seorang lelaki egois, yang tak lain adalah saudara jauhku, Gumo.
Walaupun kami tidak tinggal bersama tapi dia sering sekali datang ke apartemenku.
Bagaimana kalau sampai hal itu dilihat oleh orang yang kusukai?
***
Ayam berkokok, jam beker berbunyi, itu menandakan bahwa hari sudah berganti menjadi baru.
Kuharap hari ini dia tidak menggangguku!
Karena kondisi tubuhku lebih baik sekarang.
Segera kuganti bajuku, kucuci mukaku, sarapan, dan berangkat ke sekolah!
Dan di sekolah...
"Gumi-chan!", seru seorang gadis dengan rambut turquois dan model twins ponytail yang sudah lama tidak bertemu denganku yang terus sibuk.
"Miku! Sudah lama nggak ketemu! My darling!", balasku dengan mesra sambil memeluknya.
"Apa kabar sweet heart?", tanya Miku sambil berbalik memelukku.
"Tentu saja baik! Kalau kamu?", jawab sekaligus tanyaku.
"Yaah... Cuma pusing kok, kamu nggak batuk lagi?", tanyanya lagi
Aku menggeleng sambil tersenyum.
Padahal aku berbohong, aku tak sehat karena kurang tidur menyelesaikan tugas osis semalam.
"Gumi!", panggil seorang lagi. Rambut kuningnya yang diikat seperti ekor tikus dan tidak rapi dan suaranya yang mirip cewek tapi juga berat, tentu saja dia Kagamine Len, sekretaris Osis yang akrab denganku.
"Len!?", kata Miku dengan muka merona.
"Hm... Ada apa Miku?", tanyaku penasaran.
"Ti...tidak ada apa-apa!", jawab Miku sambil menggeleng kuat-kuat dengan muka merona.
Imutnya...
Aku hanya bisa tertawa melihatnya.
"Oi Gumi!", panggil Len lagi.
"Ya?!", tanyaku kesal.
Padahal lagi senang lihat Miku, kenapa kau mengganggu Len?
"Ini...tugas dari Rin! Katanya kamu harus mengatur persiapan festival budaya!", jawab Len sambil menyerahkan setumpuk data padaku.
"Apaan ini? Rin kurang ajar...", pikirku dengan kesal.
"Dagh! Sampai ketemu di kelas," kata Len sambil berjalan pergi.
Len memang tampan dan imut-imut, tapi dia kurang ajar dan tidak perhatian!
"Perlu kubantu?", tanya Miku.
"Ti...tidak usah... Aku bisa kok! Miku duluan saja!", jawabku.
"Baiklah... Sampai nanti," kata Miku sambil menatapku penuh cemas.
Akupun pergi ke arah yang berlawanan dari Miku.
"Ukh... Tanganku sakit...", keluhku.
Mengapa aku selalu diberi pekerjaan berat?
"Seandainya ada lelaki yang mau membantuku membawanya...", pikirku sambil berjalan dengan pelan.
Dan tiba-tiba saja berat bawaanku berkurang.
"Kubawakan! Kamu pergi ke kelas saja!", katanya.
Aku melihatnya, lelaki berambut hijau sepertiku dan memakai kacamata, kulitnya putih dan halus, tubuhnya tinggi dan wangi, dia adalah... Gumo...
"Hei! Bengong saja! Ayo sana!", perintahnya dengan kasar.
Cih, menyebalkan!
"Tidak usah! Aku tak perlu bantuanmu! Kamu saja yang pergi!", balasku kesal.
"Ooh... Kau mau sakit lagi dan manja-manjaan?", tanya Gumo dengan tampang merendahkan.
"Cerewet!", bantahku sambil melemparnya satu buku tebal yang kubawa tadi.
"Jangan komentar kalau tak tahu apa-apa!", lanjutku.
Aku merasakan nafasku sudah tak beraturan dan air mataku sudah menggenang, rasanya tubuhku berat seperti batu.
"Aku BENCI SEKALI PADAMU GUMO! Sangat Benci!", seruku sambil mulai mengalirkan air mata.
Gumo yang memegangi kepalanya karena kulempar tadi melongo melihatku.
Kemudian dia tertunduk.
Celaka... Aku telah menunjukkan air mataku padanya. Dia pasti akan mengejekku lagi.
"Gumi...", kata Gumo dengan suara pelan.
Tapi aku tak mau mendengarnya dan lari meninggalkannya sambil terus mengusap air mataku.
Dan tiba-tiba saja pandanganku menjadi kabur, aku juga mulai batuk-batuk.
"Uuh...gawat...", pikirku saat melihat batukku mulai mengeluarkan darah.
Energiku sudah kubuang habis karena berteriak tadi.
Mood-ku cepat sekali memburuk.
Tapi ruang osis masih satu lantai lagi... Aku tak bisa cepat istirahat...
Lebih baik pingsan disini sekarang.
"Uhuk!".
Sebuah batuk mematikan yang membuat kakiku tak bertenaga dan terjatuh. Sepertinya kepalaku terbentur dan sekelilingku mulai gelap.
"GUMI!".
Suara seseorang itu makin mendekatiku.
Siapa dia? Suaranya sangat kukenal...
Ah, dia mendekat... Dia membantuku yang tak bertenaga, teima kasih, ya...
Tangannya yang besar dan hangat membuat pandanganku semakin gelap.
Apa aku akan mati?
Tapi... Mengapa ada beberapa memori yang berputar di kepalaku?
.
.
Ada seorang gadis kecil berumur sekitar 5 tahun, dia mirip denganku. Dan disampingnya ada seorang anak laki-laki berambut hijau.
Gadis itu memanggil lelaki itu, "GUMO! Kita ke taman yuk!".
Eh? Nama anak cowok itu"Gumo"? Mirip sekali dengan Gumo.
"Tunggu! Aku mau main sekali saja!", jawab Gumo kecil sambil bermain NDS-nya.
Gadis itu mulai menangis karena Gumo kecil tak acuh.
"Huh, Baiklah!".
Setelah mengucapkannya Gumo menggandeng tangan gadis itu.
Tangannya terasa hangat hingga ke tanganku.
Rasanya... Aku pernah ingat kejadian ini...
"Gumo, aku suka padamu! Menikahlah denganku saat berumur 18!".
"Baiklah! Ini janji kita ya!"
Apa? Mirip dengan janjiku! Mirip sekali!
Bersambung...
