- :: - Reuni Nista - :: -
by Soulless-Fariz
- ::- Naruto © Masashi Kishimoto - :: -
Naruto, seorang pria yang biasa-biasa saja, dulu pernah jatuh cinta sama Hinata Hyuuga, seorang gadis pujaan di SMAnya, dia gadis yang cantik, seorang dancer untuk tim basket sekolahnya. Sedangkan Naruto sendiri dulu hanyalah seorang murid biasa yang bodoh, terlalu bodoh untuk jatuh cinta dengan Hinata. Hinata sendiri rumornya tidak pernah pacaran semasa SMAnya, sebuah pertanda yang bagus ketika Naruto tahu tentang itu. Tapi ternyata sifat Hinata tidak sama seperti yang ia bayangkan. Hinata cuek. Walaupun Hinata adalah gadis tercantik di sekolah, tapi dia juga punya sifat yang unik, dia seperti anak kecil ketika suka dengan seseorang. Dan seseorang yang ia sukai, jelas bukan Naruto, atau dia tidak tahu kalau Naruto menyukainya. Jadi singkatnya, Hinata terlalu sibuk suka diam-diam sama cowok kelas sebelah, mengabaikan segala sesuatu yang suka sama dia di sekitarnya. Dia terlalu sibuk memandangi cowok itu, tapi tidak pernah ada sebuah perubahan.
Selama dua tahun berada di kelas yang sama, Naruto tidak mempunyai kesempatan untuk menyatakan perasaannya kepada Hinata, karena Hinata sendiri selalu menunjukkan sikap kalau-dia-tidak-suka-dengan-Naruto dengan sangat jelas. Sungguh miris sekali. Dan hingga mereka berdua lulus, tidak banyak kemajuan diantara hubungan mereka, hanya sekedar "teman sekelas" dan itu sangat menyakitkan bagi Naruto yang sudah terlanjur jatuh cinta kepada Hinata, dan tidak bisa melupakannya sehari pun. Bahkan Naruto rela jadi fotografer dadakan di kelas buat dokumentasi acara-acara yang diadakan di sekolah, semata-mata hanya untuk bisa memotret Hinata, karena itulah jalan satu-satunya agar Naruto bisa melihat Hianta senyum bahagia saat dia memotretnya. Miris kuadrat.
Saat lulus pun, dia hanya mempunyai beberapa foto bersama Hinata, empat diantaranya tidak sengaja terpotret, itupun Naruto menjadi figur orang lewat. Sedangkan satunya adalah foto dirinya berfoto bersama Hinata karena dia yang memintanya, itupun saat wisuda. Saat terakhir Naruto bisa ngeliat Hinata secara langsung, setelahnya mereka berpisah karena melanjutkan studi di Universitas masing-masing yang mereka berdua inginkan. Dan tebak apa, Naruto melanjutkan studi di tempat di ujung pulau, sedangkan Hinata berada di ujung lain pulau tersebut. Lagi-lagi, sungguh miris.
Tapi Naruto nggak bisa begitu aja ngelupain Hinata, dia bahkan majang foto Hinata buat dijadiin Wallpaper di komputernya. Disini Naruto adalah seorang gamer, suka banget sama yang namanya komputer, suka musik tapi nggak bisa mainin satupun alat musik, dan malah ngambil kuliah di jurusan Sastra. Sungguh aneh, tapi memang Naruto sendiri yang ingin masuk ke dunia Sastra setelah beberapa saat sebelumnya, tepatnya menginjak tahun kedua di SMAnya, dia tertarik dengan karya-karya sejenis novel atau semacamnya.
Dan suatu hari, di tahun ketiga SMAnya, dia berjanji pada dirinya sendiri, suatu saat ketika sebuah reuni SMA diadakan, dia akan bilang ke Hinata, bahwa dulu dia pernah jatuh cinta kepada Hinata, dan dia nggak punya kesempatan untuk ngungkapinnya. Dan kalian tahu apa reaksi Hinata saat Naruto mengungkapkan itu di depan banyak teman-teman sekolahnya?
"Nar, lu kok tumben bangun pagi-pagi gini?" Sasori mandang ke arah makhluk nista yang lagi dandan di kaca deket kamar mandi. Nggak biasanya pagi-pagi gini Naruto udah bangun, apalagi udah dandan cakep kayak mau pergi ke acara nikahan.
"Lu nggak inget ya? Gue hari ini kan ada reuni di SMA gue." Naruto menjawab sambil tetap merapikan rambut jabrik yang nggak bisa di atur itu, bingung harus diapain.
"Oh iya," Sasori baru sadar kalo si Naruto ada acara reuni sepuluh tahunan SMAnya. "Tapi, emangnya image nista lu bakal naik gitu dengan lu dateng ke acara itu?" sindir Sasori yang tau kalo Naruto itu semasa SMAnya nggak dianggap sebagai makhluk hidup di kelasnya. Parah banget. Tapi nggak sampe segitunya, lah. Yang bener aja.
"Eh sompret! Sembarangan kalo ngomong!" Naruto keki, pagi-pagi gini temen sekamarnya udah bikin dongkol dia. "Walaupun gue nggak begitu terkenal-"
"-yang bener nggak dianggap idup!" cela Sasori sambil ketawa-ketawa sendiri. Mendaratlah sebuah jitakan di kepala Sasori.
"Gini-gini gue dulu fotografer kelas." elak Naruto terhadap pernyataan sadis yang dilontarkan Sasori tadi.
"Iye dah percaya kok percaya." Sasori cuek kemudian masuk kamar mandi.
"Dasar lu cicak bunting!" sindir Naruto sambil menggebrak-gebrak pintu kamar mandi yang Sasori ada di dalamnya.
"Ude sono brangkat, keburu telat lu ntar!"
Naruto pergi dengan cuek setelah ucapan Sasori barusan, menuju kamar tidurnya yang berada nggak jauh dari kamar mandi itu. Kamar itu sangat nggak layak untuk dihuni oleh makhluk hidup, terlebih lagi manusia. Kamarnya sempit, nggak sempit-sempit banget sih, cuma barangnya aja yang kebanyakan jadi kamarnya keliatan kecil. Harus berapa taun lagi gue tinggal di rumah nista macam ini? Naruto bergumam ketika melihat kamarnya yang kayak kapal pecah. Mau ngelangkah aja udah kayak main game yang ada trap-trapnya.
Naruto liat-liat kondisi dalam kamarnya sebelum dia melangkahkan kakinya, takut kalo-kalo ntar salah langkah dan dia nginjek seekor kura-kura yang Sasori pelihara diantara tumpukan-tumpukan sampah makanan yang tersebar di sepanjang kamarnya. Dulu dia pernah sekali nggak sengaja nginjek seekor kura-kura berwarna ijo tua yang lagi asik-asiknya tidur di dalam kamarnya. Dan alhasil Naruto ditonjok Sasori, dilarikan ke rumah sakit dan terpaksa nginep tujuh hari tujuh malem. Tapi untungnya kejadian nista itu dengan cepat dilupakan oleh Sasori, kalo nggak, bisa-bisa Naruto di depak dari rumahnya dan ntar Naruto terpaksa hidup di jalanan. Mungkin itu yang terjadi kalo seumpama Naruto nggak beliin Sasori seekor kura-kura baru buat dipelihara.
Setelah meyakinkan kalo wilayah sudah aman dari kura-kura jahanam itu. Naruto berjalan perlahan ke arah komputernya yang ada di ujung pojok kamarnya. Komputernya masih hidup dari tadi, suara kipas yang berputar membahana di kamarnya masih bisa didengarnya. Naruto duduk di kursi kayu reyot yang tak layak pakai itu dan menggeser mouse berwarna biru tua campur item.
Sebuah wallpaper seorang bidadari terlihat begitu monitornya kembali menyala. Bidadari yang dipajang Naruto sebagai wallpapernya itu tak lain adalah Hinata Hyuuga. Gadis pujaannya semasa SMA yang nggak kesampean.
Dia pencet beberapa tombol di keyboardnya dan muncul sebuah tab Windows Explorer. Mengarahkannya ke sebuah partisi yang bernama Media (F:), sebuah partisi yang berisi subfolder-subfolder nggak jelas. Tapi ada satu nama folder yang dia tuju. Pict. Lalu Personal. Kemudian Hinata Hyuuga dengan huruf kapital semua. Folder itu kliatannya lebih istimewa dibanding folder-folder lain yang bersemayam di harddisk komputernya.
Tepat. Di dalam folder itu terdapat segala sesuatu tentang cewek pujaannya yang nggak kesampean itu. Mulai dari foto-foto yang dia simpan sejak jaman dua belas tahun lalu hingga foto-foto yang dia temukan dari jejaring sosial yang diikuti oleh Hinata. Lebih tepatnya sih dibilang stalker.
Lalu dia membuka semacam aplikasi untuk mem-burn sebuah kepingan Bluray. Dia klik dan tarik folder yang bernama Hinata Hyuuga. Selagi menunggu, Naruto menyetel musik yang berada di playlistnya.
"Belom berangkat lu, nyet?" Sasori tiba-tiba saja sudah ada di gawang pintu kamarnya, udah kayak hantu aja dia.
"Nyat nyet pala lu ambruk!" Naruto kembali keki saat Sasori yang entah dari kapan udah ada disana. Dia hampir jatuh dari kursinya karena tiba-tiba ngeliat sosok makhluk nista dengan hanya memakai handuk saja ada di pintunya. Sasori tertawa.
"Lagi ngapain lu?" Sasori nanya lagi, dia kudu berpikir dua kali kalo mau melangkah masuk ke kamar yang nista bak neraka dalam rumahnya. "Hinata?" Sasori asal nebak, sambil terus ngelirik apa yang ada di monitornya Naruto, karena monitornya sendiri ketutupan oleh Naruto.
"Udah lu pake baju dulu sono, gue gak mau kamar gue ternodai sama bau ketek lu yang bisa bikin Hiroshima dan Nagasaki nggak bisa dihuni untuk beberapa dekade kayak pasca bom atom yang dijatuhin Amerika dulu." Naruto mengalihkan pembicaraannya.
Sasori diem sebentar, lalu mengeluarkan bahasa tubuh masa-bodoh-dengannya, lalu pergi gitu aja.
Untung deh si kampret itu nggak penasaran. Bisa mampus gue. Gumam Naruto dalam hati begitu Sasori pergi dari situ, dia inget pas dulu pernah nyeritain tentang Hinata ke Sasori. Dan ya, curhatan singkat itu adalah curhatan yang paling dia sesali seumur hidupnya. Bukannya bikin hati tenang sedikit malah bikin tambah sakit hati pas Sasori bilang ke dia, "Emang elo kagak ngaca dulu sih, makanya jadi salah jatuh cinta kan lu." dan Naruto setelahnya cuma bisa menangis sambil meratapi nasib di kamarnya yang tak layak huni itu.
Naruto balik ngeliat jam dinding yang tergantung di arah kirinya. Masih pagi. Acaranya masih lama, nanti menjelang malam. Tau kenapa Naruto udah siap-siap pagi ini? Itu karena perjalanannya cukup jauh ke kota asalnya. Mungkin sembilan jam.
Setelah itu, burning Bluraynya udah selesai. Naruto langsung menyambar kepingan berwarna biru tua itu ketika keluar dari drive dan mengambil box tempat Bluray itu. Tak lupa sebungkus kertas kado dia sabet dari laci mejanya. Dengan singkat Naruto memotong kertas kado itu dengan gunting yang sudah ia siapkan di dekatnya. Secarik kertas dia ambil dan ia tulis sesuatu diatasnya.
From the one who has falling in love with you.
Tulisan itu singkat dan bisa dibaca dengan mudah, tidak buruk untuk ukuran tulisan seorang lelaki yang dulunya bahkan tidak ada yang bisa membaca tulisannya, termasuk dirinya sendiri. Tulisan seorang dokter pun kalah indah dengan miliknya dulu. Namun sekarang sudah membaik, kurasa.
Dia selipkan secarik kertas berwarna lavender dengan tinta indigo itu diatasnya. Lalu ia bungkus box itu dengan kertas kado tadi. Kertas kado bermotif bunga-bunga dengan warna yang senada dengan kertas dan tintanya.
Setelah selesai dengan itu, Naruto mematikan komputernya dan beranjak keluar dari kamarnya, menuju rak sepatu yang berada di dekat kamar mandi tadi. Memilih-milih dengan singkat dan memakainya.
"Sas!" Naruto teriak manggil Sasori, makhluk nista yang tadi mampir di kamarnya.
"Oi!" Sasori menjawab singkat, sebuah derap kaki terdengar dari kamarnya, dan sebuah suara pintu terbuka didengar. "Apaan?"
"Lu beneran nggak ada acara kan?" Naruto bertanya meminta keyakinan dengan Sasori.
"Kagak, udah pake aja." Sasori meyakinkan Naruto lalu masuk lagi ke kamarnya dan segera kembali ke gawang pintu yang ia buka sedikit, dia melemparkan sebuah kunci mobil dengan gantungan sebuah action figure yang Naruto tidak tahu. Naruto menangkapnya.
"STNK?" Naruto bertanya lagi.
"Di dalem dashboard." lalu Sasori menutup pintu. Setelahnya Naruto beranjak ke teras depan rumah.
Naruto pandang mobil yang ada di hadapannya, mobil yang beberapa bulan lalu dibeli oleh Sasori. Cukup tau saja, Sasori itu sebenernya orang kaya, cuma dia mau mandiri, dan buktinya bisa sukses kayak sekarang, dan dia juga bisa beli mobil sendiri, walaupun masih muda. Beda cerita beda nasib. Naruto nggak seberuntung Sasori dengan karirnya, dia cuma seorang penulis yang jarang punya ide. Kalo Sasori kan kerjaanya jadi pengusaha muda yang sukses. Naruto sendiri kadang meratapi kenapa nasibnya kayak gitu, udah jatuh dilindes kereta.
Dia masuk ke dalam mobil, cozy lah untuk ukuran mobil yang masih baru. Dia tancapkan kunci itu, On. Dan Naruto mendadak dapet serangan jantung pas ngeliat bar bensinnya menunjukkan dibawah huruf E. Pantes aja dia ngasi pinjem gue mobilnya, bensinnya aja abis. Naruto bergumam sendiri pas tau rencana Sasori itu. Pasti sekarang Sasori lagi ketawa-ketawa sendiri karena udah berhasil ngibulin Naruto. Dan apa boleh buat, untung aja royalti dari novel terakhirnya baru masuk rekeningnya. Kalo nggak mungkin dia nggak bakal nekat pergi pake mobilnya Sasori. Udahlah, bawa aja itu mobil.
Sembilan jam itu waktu yang cukup singkat untuk Naruto, karena dia sangat menikmati mengemudi pake mobil, terlebih dengan musik yang mengiringinya sepanjang perjalanan. Sore itu dia sampe di kota kelahirannya.
Pas, sekarang sudah hampir jam empat sore. Dan sekarang Naruto sedang menuju SMAnya. Jalan-jalan yang ia lewati mengingatkan dia waktu masih SMA dulu. Nggak berubah sama sekali. Masih sama seperti lima tahun lalu ketika ia terakhir disini.
Setelah sampai, gerbangnya pun masih sama. Bedanya kali ini ada spanduk besar dengan tulisan norak, Reuni Angkatan 2003, dengan glitter-glitter nggak jelas di sepanjang spanduk itu. Udah kayak desain anak SD aja tuh spanduk disitu, kenapa nggak nyuruh orang lain yang lebih pro kek. Kenapa harus spanduk norak begini?
Naruto parkir mobilnya di parkiran sekolah yang luas, luasnya hampir ngalahin lapangan sepak bola. Dan Naruto semakin heran, kenapa di parkiran itu nggak dibangun gedung lain yang lebih berguna? Bahkan luas gedung sekolahnya pun lebih kecil ketimbang tempat parkirnya.
Begitu dia turun, dia denger suara mencurigakan dari sekumpulan orang yang tadi dia lewatin pas sebelum markirin mobilnya.
"Oe cuk!" suara itu menggema ditelinga Naruto. Naruto tau betul suara siapa itu. Lalu dia noleh ke arah sumber suara.
Muka songong, tampang dongo setelan nggak cocok sama wajahnya. Dia tau kalo itu adalah teman sekelasnya dulu. Teman yang kerjaannya nonton bokep di kelas. Siapa lagi itu kalo bukan Pein dan segerombolan anak buahnya. Masih lengket aja tuh monyet-monyet tetep pada ngumpul kayak maho. Naruto mengingat sebuah kejadian nista yang melibatkan dirinya dengan segerombolan geng abal bernama Akatsuki dengan Pein sebagai ketuanya. Naruto aja bingung kenapa Pein yang dijadiin ketua? Kenapa bukan Hidan yang mayoritas sebagai penganut aliran sesat yang dinamai aliran Jashin? Itu kan lebih keren, kesan horornya lebih bisa mendongkrak popularitas mereka dulu.
Naruto masih ingat betul kejadian nista itu. Dimana saat Pein ngotot minjem harddisk eksternal miliknya untuk meng -copy game dan ternyata dia dikibulin begitu sampe di TKP, ternyataPein meng-copy berbagai macam film bokep dari seorang bandar bokep yang juga Naruto kenal siapa itu. Siapa lagi kalo bukan gurunya sendiri yang bernama Kakashi. Guru Biologi ternista yang pernah Naruto temui. Menurut Naruto sendiri, Kakashi cocoknya malah jadi penulis cerita dewasa ketimbang Guru Biologi.
Pein dan segerombolan gengnya menghampiri Naruto, walau Naruto sudah berusaha buat ngindarin geng bejat tersebut dengan cara pura-pura nggak kenal, tapi tetep aja dia dihadang oleh geng bernama Akatsuki itu.
"Eh lu lupa sama kita?" Pein nyapa Naruto sok akrab. Anggota-anggotanya ngekor sama Pein di belakang. Udah kayak jendral sama bodyguardnya aja tuh.
Naruto nyengir doang pas Pein ngerangkul dia kayak pasangan yang dipisah karena sang cowok terpaksa ikut jadi tentara dan dikirim medan perang, seperti itulah, yang bikin Naruto bergidik saat denger suaranya doang, bahkan auranya tiba-tiba berubah pas suara itu muncul.
"Eh, kagak, kok." Naruto nolak pernyataan sekaligus pertanyaan dari Pein barusan, karena dia sendiri takut dengan tatapan maut anggota-anggotanya. Tuhan, apa salahku sampai kau pertemukanku dengan makhluk-makhluk nista di depanku ini. Naruto meratapi nasibnya dibalik cengiran yang ia sunggingkan di bibirnya itu.
"Jangan-jangan lu udah lupa sama kita-kita ya?" Pein menerka-nerka dengan apa yang dipikirkan oleh Naruto. Pein itu nganggep Naruto itu teman seperjuangan yang baik, loh. Buktinya, Pein nyontek Naruto, tapi malah Pein yang dapet nilai bagus. Yah, walaupun itu awalnya Naruto berniat ngibulin Pein dengan jawaban yang salah, eh ternyata jawabannya sendiri salah, dan jawaban yang dia kasih ke Pein itu jawaban yang bener. Emang nasib deh.
"Nggak kok, suer deh!" Naruto mulai keringetan, dia mikir gimana cara biar dia bisa terbebas dari cengkraman produk gagal yang mengelilinginya ini.
Tapi kali ini doanya dikabulin, jarang-jarang loh Naruto punya nasib mujur kayak gini. Mungkin setahun sekali. Teman lamanya, atau bisa disebut salah satu sohibnya dari SMP, kan dia lima serangkai gitu, yang dua beda sekolah begitu masuk SMA, dan tiga lainnya termasuk Naruto ada satu SMA. Dia adalah Shion, sang dewi penyelamatnya kali ini. Udah sekitar dua tahun dia nggak ketemu sama sohib-sohibnya karena lost contact atau semacamnya. Dan yah, lost contact itu berujung dengan Naruto kesepian karena nggak bisa ketemu lagi sama mereka.
"Shion!" Naruto dengan semangat 45 memanggil Shion yang lewat beberapa meter di depannya. Dan secara Shion langsung noleh ke arah suara cempreng yang memanggilnya itu. Pertamanya Shion ragu sama sosok yang dikerubutin oleh perkumpulan nista yang masih berdiri hingga sekarang. Kenapa nggak bubar aja? Dan setelah menerawang, ternyata Shion menemukan sosok Naruto yang melambai-lambaikan tangannya ke arah dia. "Gue duluan ya!" Naruto dengan semangat berlari kecil ke arah Shion.
"Nar?" Shion kaget pas ngeliat manusia yang ada di depannya, "Lu kenapa bareng mereka?" Shion melirik prihatin ke arah Naruto dan segerombolan makhluk nista yang tadi bersama Naruto. "Lu nggak putus asa kan? Sampe-sampe gabung sama kelompok itu?"
Salah paham, sekarang Shion memandang hina Naruto. Hancurlah harga dirinya yang mau dia bangun kembali di depan teman-teman SMAnya. Harapan itu, pupus sudah.
"Enak aja lu bilang gue gabung sama sekumpulan monyet-monyet penyuka bokep itu!" hardik Naruto membalas pernyataan Shion yang semena-mena itu.
"Oh, kirain. Untung aja!" Shion tersenyum lega pas tau kalo ternyata Naruto nggak seperti yang dia pikirkan, "Gue kira lu udah putus asa nggak bisa dapet cewek, terus banting setir ke cowok!" Shion tertawa pas ngejek itu ke Naruto.
Oh, sungguh tak berperi-kemanusiaan sekali cewek yang ada dihadapan Naruto ini. Nggak liat situasi apa? Naruto harus menghadapi cobaan apa lagi? Sudah dikibulin Sasori, ketemu sama sekumpulan makhluk-mahkluk nista yang idup pula, terus sohibnya sendiri menyangka yang nggak-nggak tentang dirinya. Ya ampun
Sabar, Nar! Perjuanganmu masih baru akan dimulai, ini mah baru permulaan doang, belum lagi ntar lu bakal ketemu makhluk-makhluk apa lagi di dalem sana? Yang penting sekarang lu siapin mental baja aja sebelum melangkah lebih jauh lagi.
To Be Continued ~
A/N: Yak, sebuah fict humor yang gak lucu dari author abal. Gak tau deh, tiba-tiba kepengen nulis fict kayak gini, soalnya author sendiri pengen ganti suasana dan gaya tulisan. Masa nulis fict yang genrenya romance mulu. Sekali-kali ganti suasana dong, ya. Untuk fict ini mungkin akan Twoshoot atau Threeshoot. Nggak mau bikin panjang2 ntar ujungnya malah nggak selesai. Sekian dari saya.
