Title: Hurt Me

Character: Lee Jihoon, Kwon Soonyoung, Jeon Wonwoo, Kim Mingyu

Disclaimer: I don't owned anything except the plot

Summary:

Melukai atau dilukai, itu pilihan untuk semua orang yang berhadapan dengan Lee Jihoon. Berawal dari self-injury, berakhir dengan memintamu untuk melukainya atau dia yang akan melukaimu.


Story Start!

Hurt Me

[prolog]

Dia, Lee Jihoon sosok bertubuh kecil yang terlihat misterius seakan dalam tubuh kecilnya menyimpan banyak rahasia. Sosok itu terduduk dengan bersandar pada sebuah pohon. Lengan kemeja panjang seragam sekolahnya tergulung hingga siku, hanya yang sebelah kiri. Sedang tangan kanannya memegang sebuah cutter. Memberi sayatan kecil-kecil pada lengan kirinya. Jangan lupakan senyum manis di wajahnya ketika berhasil membuat goresan di lengannya mengeluarkan darah. Aktivitasnya berhenti ketika mendengar suara benda jatuh tak jauh darinya. Dia menoleh, indra penglihatannya menangkap seorang pemuda yang menatapnya dengan ekspresi datar.

"Jeon Wonwoo, annyeong!" sapa Jihoon dengan ceria, tak peduli dengan tatapan datar yang tertuju padanya.

"Apa yang kamu lakukan?" Wonwoo bertanya menggunakan pertanyaan bernada sama datar dengan ekspresi wajahnya.

"Mencari kesenangan?" Jihoon menjawab dengan ekspresi wajah seolah berpikir, terlihat polos seperti anak kecil.

"Apa kamu sudah gila? Mencari kesenangan dengan melukai diri sendiri. Begitu maksudmu?" Wonwoo mulai menaikkan volume dan nada bicaranya.

"Tapi, mereka senang ketika membuatku terluka," kata Jihoon ringan, namun pandangannya terlihat menerawang.

"Jangan pedulikan mereka!" teriak Wonwoo. Mata tajam itu terlihat berkilat marah.

Sebelum Wonwoo meledak, Jihoon tersenyum lalu berujar pelan, "Kemarilah!" tangannya melambai pada Wonwoo yang berdiri dua meter darinya.

Wonwoo melangkah maju, mendekat pada sosok mungil itu. Lalu berjongkok di hadapan Jihoon. Tangan kanannya ditarik pelan oleh Jihoon untuk diserahi cutter yang sedari tadi ada di genggaman Jihoon. "Ini, bantu aku! Tolong goreskan benda ini pada lenganku!" Jihoon berkata dengan santai, wajahnya pun masih menampilkan senyuman manis.

"Tidak, aku tidak mau," Wonwoo menjawab dengan menggelengkan kepala berulang kali, tanda penolakan keras.

"Lakukan, Jeon!" kali ini senyum Jihoon menghilang ketika mengatakannya. Membuatnya terlihat menyeramkan di mata Wonwoo.

"Aku tidak bisa!" Wonwoo berusaha berteriak sebagai bentuk penolakan, namun suaranya tercekat. Tangannya bergetar meminta lepas dari memegang cutter. Tapi, tangan Jihoon melingkari genggaman tangan Wonwoo pada cutter, meminta Wonwoo untuk lebih erat menggenggam cutter itu.

"Kamu melukaiku atau aku melukaimu?" tanya Jihoon yang sudah mengambil alih cutter. Dihadapkannya cutter berlumur darah itu tepat di depan hidung Wonwoo.

Wonwoo memundurkan kepalanya dan berujar dengan menggeleng kepala, "Tidak! Tidak keduanya."

Ekspresi kekanakan kembali muncul di wajah Jihoon. Dia pun berkata dengan riang, "Kamu ingin mencobanya? Ini menyenangkan."

Jihoon menarik lengan Wonwoo, menggulung lengan kemeja yang dikenakan pemuda Jeon itu hingga kulit pucatnya terlihat. Jihoon mendekatkan cutter di tangannya pada lengan yang bergetar, kaku, ingin melepaskan diri dari genggaman Jihoon, namun terlalu takut. Lengan itu tergores, lukanya belum terlalu dalam dan memanjang karena Wonwoo berteriak tertahan, "Hentikan!"

Jihoon sudah menyerahkan cutter di tangannya kepada Wonwoo. "Lukai aku! Cepat!" Jihoon merengek pada Wonwoo, seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim.

Wonwoo mulai menggores lengan Jihoon. Tangannya bergetar tanpa bisa dikontrol. Dalam hati Wonwoo tak ingin melukai Jihoon, tapi dia juga tak ingin Jihoon melukainya. "Jangan ragu, Jeon!" kata Jihoon yang melihat Wonwoo berhenti berkali-kali, tarik ulur setiap ujung cutter itu akan menyentuh kulit Jihoon. Kejadian itu berlalu hingga beberapa menit sebelum senjata tajam itu terlempar ketika pemuda lain datang menghampiri mereka dengan sebuah tendangan. Tak hanya itu, tangannya juga tergenggam memukul orang yang melukai sosok bertubuh kecil yang menjadi pujaan hatinya.

END or CONTINUE?


Hai! Kita berjumpa lagi di tahun yang berbeda! This is my first fanfiction for this year! Happy New Year 2017! 🎉🎉🎉

Saya sedang belajar menulis ff multiple chapter. Agak bosan bikin oneshot terus. Mana genrenya begini lagi 😅

Jika ingin ff ini lanjut, pastikan reader sekalian memberi tanggapan tentang ff ini.

Apa pendapat kalian tentang ff ini? Pantaskah ff ini punya chapter lanjutan? Atau apa yang membuat kalian ingin ff ini berlanjut? Atau mungkin ingin mencoba menebak jalan cerita?

Saya butuh sesuatu yang beralasan(?), bukan hanya sekedar 'ini bagus', 'penasaran' (tanpa alasan) dan 'lanjut'. Mungkin terkesan memaksa, tapi setiap penulis pasti punya harapan atas karya yang dibuatnya, termasuk respons bagus. Dan menurut saya, begitulah cara memberi respons yang baik.

Haruskah saya pasang target review? Saya ingin, tapi saya merasa tidak tahu diri jika melakukannya. Saya hanya tak ingin lebih memaksa lagi.

Jika saya mendapat respons seperti yang saya inginkan, tentu ff ini akan berlanjut. Jika tidak, maafkan saya. Silakan berimajinasi sendiri.

Sebenarnya ini adalah ganti dari 'Silent Goodbye'. Isinya sama-sama tentang self-injury (ups, buka kartu 😏), tapi beda cara waktu Jihoon menyakiti diri sendiri. Dan saya rasa yang ini lebih menarik daripada SG. Jangan berharap banyak pada SG, tapi saya sedang berusaha mencari alur yang lebih baik untuk SG. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa SG nanti juga punya chapter lanjutan.

Terima kasih sudah membaca. Kritik, saran, maupun koreksi sangat dibutuhkan.

Thank you^^

Kalium Iodida

070117