Author : KecoaLaut
Pairing : TaoRis
Rate : M! kira-kira ada gak ya Rate N alias NGACO? Soalnya ini cerita asli ngaco, pasaran, garing dan aneh! -,-
Genre : Hurt, Angst
Disclaimer : TaoRis bukan milik saya! #kasian
Warning : YAOI, Typo(s), Garing, Gaje, Little SMUT
Summary : Ketika tulisan menjadi media terakhir. Akankah perasaan ini dapat tersampaikan? Ataukah akan tetap menjadi butiran debu yang tak berarti? Seperti dulu…
FF dibuat dalam mood yang berantakan. Jadi tolong sediakan ember untuk jaga-jaga siapa tau anda mengalami mual, pusing, stress dan depresi ketika membaca FF aneh ini.
Ga suka ga usah baca!
Dernier Message
Begin!
Kevin Wu. Seorang pemuda bertubuh tinggi dengan paras rupawan, melangkah santai memasuki salah satu toko buku yang ada di Vancouver, Kanada. Semua orang yang ada di dalam toko buku itu, baik pegawai maupun pengunjung, terpana akan ketampanannya.
Pemuda bersurai pirang itu melangkahkan kakinya. Menyusuri setiap rak buku yang ada. Langkahnya berhenti pada rak buku bertuliskan 'Novel'. Tangannya terulur mengambil salah satu buku. Buku dengan sampul berwarna biru malam yang menjadi pilihannya.
Kevin mengamati cover depan buku itu. Cover yang sangat sederhana. Hanya ada gambar sebuah tangan yang tengah menulis di atas secarik kertas dengan sebuah lilin sebagai penerangan. Pemuda itu membaca judul buku yang tertera pada cover tersebut.
"Dernier Message : by Edison Huang"
Pemuda itu menghampiri salah satu pegawai wanita. Menanyakan tentang buku yang ada di tangannya.
"Permisi. Apa novel ini bagus?" tanyanya
Wanita itu mengangguk. "Tentu. Ceritanya sangat menarik" jawabnya tersenyum ramah
"Kau pernah membacanya?"
Wanita itu kembali mengangguk. "Berulang kali aku membacanya, aku selalu menitikkan air mata ketika aku membacanya. Terlebih saat aku membaca bagian surat dari si penulis. Itu benar-benar membuatku tak bisa menahan air mataku"
Kevin mengangguk mengerti. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada wanita itu. Pemuda rupawan itu melangkah menuju kasir. Membayar buku itu, kemudian berjalan pulang menuju rumahnya.
..
..
..
..
..
Kevin menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya dengan datar. Merasa bosan, pemuda itu mendudukkan dirinya. Menyandarkan punggungnya pada 'kepala' ranjang. Tangannya terulur mengambil buku dengan cover biru malam yang ia letakkan di atas nakasnya.
Mengamati covernya dengan seksama. Sebuah tangan yang tengah menulis pada secarik kertas dengan sebuah lilin sebagai penerangan. Entah kenapa, hanya dengan melihat covernya, ia bisa merasakan kesedihan dari sang penulis. Kesedihan yang teramat dalam.
CKLEK!
Pemuda itu mendongakkan kepalanya saat seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Pemuda itu tersenyum melihat orang yang masuk ke dalam kamarnya. Sepupunya, Peter Park.
Peter mendudukkan dirinya di samping Kevin. Menyamankan posisinya dengan menyandarkan punggungnya pada 'kepala' ranjang.
"Aku ingin membaca buku ini" katanya. Menunjukkan buku yang sedari tadi dibawanya. Buku dengan cover biru malam.
Kevin melirik buku itu sekilas. Mengangkat salah satu tangannya. Menunjukkan buku yang ada di tangannya pada Peter. "Buku yang sama denganku"
Peter membulatkan mulutnya. Membentuk huruf 'o' kecil. "Aku dengar cerita buku ini bagus"
"Aku dengar juga begitu"
Perlahan, kedua pemuda itu membuka bukunya. Membacanya dengan seksama. Hingga akhirnya mereka berdua terlarut dalam cerita itu.
..
..
..
..
..
Kris, ketua OSIS SMU EXO, berdiri di atas podium di ruang aula. Menyampaikan kata-kata sambutan untuk para juniornya. Berdiri dengan wibawa dan kharisma yang terpancar dari raganya. Semua mata tertuju padanya. Menatap kagum akan sosoknya.
Di sana, di barisan paling belakang, di atas kursi rodanya, Tao turut menatap Kris. Si pemuja rahasia ini turut menatap sang senior dengan penuh kekaguman. Kharisma yang terpancar dari raga Kris, tak mampu ditolaknya. Bibirnya melengkungkan senyum tipis saat Kris menyelesaikan pidatonya.
"Hanya memandangnya saja, hm?"
Teguran halus itu membuat si pemuja rahasia menoleh. Mendapati senyuman manis terukir di bibir si pemanggil. Sang kakak, Luhan.
Tao tersenyum kemudian mengangguk pelan.
"Tidak ingin mendekatinya? Kau cukup mengenalnya, bukan?" Kali ini pemuda yang duduk di sebelah Luhan yang angkat bicara. Kekasih Luhan, Oh Sehun.
Tao menggeleng pelan. Sangat pelan. Nyaris tak terlihat. "Aku takut…" lirihnya
"Takut apa?" Tanya Luhan lembut
Tao menunduk. Meremas kedua tangannya resah. "Ka-kau tau sendiri kan, ge, bagaimana keadaanku dan Kris-ge? Kami berdua sangatlah berbeda, ge. Perbedaan kami sangatlah jauh. Belum tentu juga Kris-ge menyukaiku. Me-melihatnya dari jauh saja, itu sudah cukup bagiku"
Sehun menghela nafasnya. Cinta pertama memang sulit apalagi untuk anak seperti Tao. Pemuda itu beranjak dari duduknya. Berdiri tepat di belakang kursi roda Tao. Menepuk pelan kedua bahu pemuda manis itu. "Cinta ada untuk diperjuangkan, Tao. Bukan untuk dipendam"
Tao mendongak. Menatap Sehun dengan melas. "Ta-tapi…"
"Hanya seorang pengecut yang tidak berani memperjuangkan cintanya" potong Sehun cepat
Tao menunduk. Kembali memainkan jari jemarinya, kemudian mengangguk pelan. "Baiklah…"
..
..
..
..
..
Tao mengamati setiap pergerakan kecil dari burung merpati di taman sekolah. Ini jam istirahat. Waktunya merilekskan diri dari penatnya belajar. Tao memejamkan matanya. Menikmati hembusan angina yang menyapa surai hitamnya.
"Kita akhiri saja sampai disini"
Tao membuka matanya saat suara itu mengusik indera pendengarnya. Suara perempuan yang sedikit…terisak?
"Baiklah kalau itu memang maumu"
Kali ini suara laki-laki dengan suara baritone yang khas. Tao menggerakkan kursi rodanya menuju asal suara. Sedikit tidak sopan memang karena dia berniat menguping. Mata panda itu melebar saat mengetahui siapa pemilik kedua suara tersebut. Itu Kris dan Jessica!
Tao melihat dengan jelas bagaimana Jessica menangis sesenggukan. Memeluk Kris sesaat kemudian berlari pegi. Meninggalkan Kris yang terus menatap kepergiannya.
Mata panda itu menunduk tatkala maniknya tak sengaja bertabrakan dengan kedua mata sang elang. Semakin menunduk dan mengeratkan genggamannya pada gagang kursi roda kala didengarnya langkah kaki mendekat ke arahnya.
Tubuh tinggi itu berjongkok. Mensejajarkan dirinya dengan pemuda yang duduk di kursi roda.
"Kenapa Tao disini, hm?" suara baritone itu menyapa indera pendengaran Tao. Terdengar berat namun tetap tersirat kelembutan di dalamnya.
Tao mendongak. Menatap takut pada Kris. "Ma-maaf, ge. Tadi aku kebetulan lewat sini. Ja-jadi…"
Kekehan kecil keluar dari mulut Kris melihat tingkah juniornya ini. Wajahnya terlihat sangat lucu saat gugup. "Tidak apa-apa, Tao" kata Kris lembut
Tao kembali menatap Kris. Sedikit memberanikan diri, ia bertanya "Ke-kenapa Kris-ge berpisah dengan Jessica noona?"
Kris tersenyum simpul sebelum menjawab "Dia akan pindah ke Amerika. Karena itu kami berpisah"
Tao mengangguk prihatin. Jarak memang sering menjadi kendala dalam suatu hubungan. Tapi kalau cinta itu tulus, jarak hanyalah sebuah angka yang sama sekali bukan penghalang dalam hubungan, kan? Apa itu artinya cinta Jessica tidak tulus?
UPS!
Tao menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengusir beberapa argument yang melintas di otaknya. Kenapa dia jadi penggosip seperti tadi? Seenaknya saja menilai orang lain. Duh!
Kris kembali terkekeh pelan melihat tingkah Tao. Pemuda rupawan itu berdiri. Memposisikan dirinya di belakang Tao. Memegang gagang kursi roda, kemudian mendorongnya pelan. "Ayo. Aku antar ke kelasmu"
Tao mengerjap tak percaya. Wajahnya merona , merasa tersanjung akan perlakuan Kris. Dengan malu-malu pemuda itu mengangguk.
..
..
..
..
..
Setelah kejadian di taman beberapa waktu lalu, Tao terlihat semakin dekat dengan Kris. Tak jarang mereka selalu menghabiskan waktu berdua di sekolah. Seperti hari ini, Tao meminta Kris menemaninya meminjam buku di perpustakaan. Kris dengan sigap menemaninya. Mengembilkan buku yang tersusun di deretan rak atas yang tak mungkin dijangkau oleh Tao.
"Terima kasih, gege" Tao tersenyum menerima dua buah buku dari Kris
"Sama-sama"
..
..
..
..
..
Hari demi hari terus berlanjut. Hubungan kedua pemuda itu semakin dekat. Setiap hari mereka bertemu. Setiap hari mereka bersama. Menumbuhkan rasa yang makin besar pada diri Tao hingga mengakar ke ulu hatinya. Seperti hari ini. Mereka kembali bertemu. Kembali menghabiskan waktu berdua.
Luhan, kakak Tao, tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya melihat sang adik yang begitu bahagia saat bersama Kris. Begitu pula dengan Sehun. Sudah lama ia tak melihat sahabatnya seceria itu. Begitu lepas tanpa beban. Dalam hati Sehun berdoa, semoga perasaan Tao dapat bersambut dengan Kris.
..
..
..
..
..
Waktu terus berjalan. Hari demi hari terus bergulir, dan fase kedekatan kedua pemuda itu semakin dekat. Menimbulkan rasa jengah tersendiri pada sepupu Kris, Chanyeol.
Hari ini Tao dan Kris tidak terlihat bersama. Mereka berdua sibuk dengan tugas masing-masing. Tao sibuk dengan tugas yang diberikan gurunya, sementara Kris sibuk dengan tugas kepemipinannya sebagai ketua OSIS.
Chanyeol duduk di samping Kris. Melirik sekilas sang ketua OSIS yang sibuk dengan data perencanaan acara kelulusan sekolah. Menghela nafas sebentar, kemudian membuka suara
"Aku lihat akhir-akhir ini kau dekat dengan Tao. Apa kau menjalin hubungan dengannya?"
Kris melirik Chanyeol sekilas, kemudian menjawab "Apa menurutmu seorang Wu Yi Fan akan tertarik pada orang seperti Huang Zi Tao?"
Chanyeol menyeringai. Tau betul apa maksud jawaban Kris. "Hanya memanfaatkannya, eoh?"
Kris mengangkat bahu sekilas. "Tidak juga. Aku hanya merasa kasihan dengannya"
"Tapi sepertinya dia menyukaimu"
Kris menutup bukunya. Menatap Chanyeol dengan ekspressi seolah-olah terkejut. "OMO! Benarkah itu, Chanyeol-ssi?"
Chanyeol makin menyeringai melihat Kris. Ingin sekali ia terbahak melihat ekspressi dari sepupunya itu. "Terlihat jelas di matanya, Kris-ssi"
Kris mengangguk sok peduli. Membuat Chanyeol tak bisa menahan tawanya. Menghentikan tawanya sejenak, Chanyeol kemudian bertanya pada Kris "By the way, setelah berpisah dengan Jessica, apa kau tidak ada menyukai orang lain lagi, hm?"
Kris mengubah posisi duduknya. Menyilangkan satu kakinya dan melipat tangannya di depan dada. Dengan nada angkuh dia menjawab "Untuk kali ini kau terlambat mendapatkan informasi tentangku, sepupuku tersayang"
Chanyeol mengernyit tak suka mendengar panggilan 'sepupuku tersayang' dari Kris. Entahlah. Dia hanya merinding mendengar Kris memanggilnya seperti itu. "Jadi sudah ada yang lain, eoh?"
Kris berdecak sebal melihat Chanyeol. "Jangan sok kaget Chanyeol! Aku bahkan sudah menjalin hubungan dengan orang itu."
Chanyeol membulatkan matanya. Yah, walaupun ia tidak terkejut lagi melihat sepupunya in yang sering gonta-ganti pasangan, tapi tetap saja ia merasa sedikit…takjub mungkin?
Memasang wajah sok kagetnya seperti Kris tadi, Chanyeol bertanya pada pemuda tinggi itu "Uwoooo siapa orang yang beruntung itu, Kris Wu?"
Kris tertawa melihat ekspressi aneh Chanyeol. Pemuda itu mengdikkan dagunya ke salah satu sudut ruang OSIS. Mengisyaratkan agar Chanyeol mengikuti arah pandangnya.
Chanyeol menolehkan kepalanya. Mengarahkan pandangannya pada arah yang dituju Kris. Tau siapa yang dimaksud Kris, dengan secepat kilat ia berbalik. Menatap Kris dengan senyum cerahnya. Mengacungkan kedua jempolnya tepat di depan wajah Kris.
"Pilihan tepat! Lay memang cocok untukmu!"
..
..
..
..
..
Hari yang lain di kotaSeoul. Seperti hari-hari sebelumnya, Kris kembali menemani Tao pergi ke taman. Ini masih pagi. Masih terlalu awal untuk tiba di sekolah, tapi entah kenapa kedua pemuda itu justru datang lebih pagi, dan tak sengaja bertemu di gerbang sekolah.
Sekedar menunggu bel masuk berbunyi atau setidaknya sampai sekolah mulai ramai, Kris membawa Tao menuju ke taman sekolah. Menghirup udara sejuk di pagi hari. Menikmati tetesan embun di dedaunan, mungkin dapat menenangkan pikiran mereka sejenak.
Tao menatap kris yang memejamkan matanya. Begitu menikmati udara pagi yang menyegarkan. Membuka suaranya, Tao memanggil lirih.
"Kris-ge…"
"Hm?"
Kris membuka matanya. Menatap Tao yang kini tengah menunduk, memainkan jemarinya sendiri.
"Ada apa, Tao?
Tao makin menunduk. Semakin memainkan jari jemarinya tak beraturan. Gugup. "Bo-bolehkah aku mengatakan sesuatu?"
Kris terdiam menatap Tao. Sudah bisa menduga apa yang akan dikatakan bocah itu.
"Tentu" Berpura-pura tidak tau menjadi pilihan Kris agar pemuda itu mengatakan sendiri apa maksudnya.
Tao menautkan jemarinya dengan gugup. Dengan terbata ia berujar, "A-aku mencintai gege…"
Kris menyeringai dalam hati. Ternyata benar apa yang dikatakan Chanyeol. Anak ini memang menyukainya. CK! Menggelikan!
Memasang wajah sumringah yang dibuat-buat, Kris menatap Tao penuh haru. Tantu saja Tao tak menyadari ekspressi penuh kepura-puraan dari Kris. Jangan lupakan fakta bahwa Kris adalah seorang poker face. Memasang ekspressi palsu adalah keahliannya.
"Aku juga mencintaimu, Tao…"
...
..
..
..
..
Dentuman musik yang menghentak liar, orang-orang yang meliukkan tubuhnya dengan erotis, kilatan lampu yang menjalar, seolah menjadi hiburan tersendiri bagi Kris di club malam ini. Kris menenggak vodkanya. Mengamati para penari yang terus meliukkan tubuhnya. Di sampingnya ada Chanyeol yang masih asik menikmati vodkanya.
Kris meletakkan gelasnya, kemudian menatap Chanyeol. "Tao mengutarakan perasaannya padaku"
Chanyeol menyeringai. Meletakkan gelasnya di atas meja, kemudian balas menatap Kris. "Kau menerimanya?"
Kris mengangguk dengan seringainya.
"Bagaimana dengan Lay?"
Kris berdecak sekilas kemudian menjawab "Lay tetap prioritas utamaku. Kalau dia…" Kris meneguk vodkanya sekali lagi. Menatap Chanyeol dan menyeringai "Mainanku"
Seringaian Chanyeol semakin lebar. "Kau memang iblis, Kris" katanya tertawa
"Seperti kau tidak saja" balas Kris yang juga ikut tertawa
Chanyeol menepuk pelan pundak Kris. Merangkulnya sedikit kasar. "Selamat bersenang-senang dengan mainan barumu, sepupuku yang tampan. Ah, kapan kau akan sampai ke tahap 'ini?" Chanyeol mengacungkan jari tengahnya tepat di depan wajah Kris.
Kris tertawa mengerikan dan berkata "Dalam waktu tiga hari aku akan mendapatkannya"
..
..
..
..
...
Tao menatap kagum akan dekorasi rumah Kris. Rumah bergaya eropa dengan dekorasi unik disana-sini. Menambah suasana elegan dan kemewahan pada rumah ini. Belum lagi barang-barang antic berupa guci ataupun lukisan kuno yang menghiasi rumah ini, semakin menambah suasana mewah.
"Jangan menatap rumahku seperti itu, Tao"
Teguran Kris mengembalikan Tao akan keterpanaannya. Menunduk malu karena kepergok terlalu mengagumi rumah sang kekasih. "Ma-maaf, ge…"
Kris tertawa pelan kemudian berkata "Kita ke ruang tamu. Orang tuaku ada di sana"
Tao menelan ludahnya gugup. Bertemu dengan orang tua Kris? Entah kenapa rasanya Tao lebih memilih masuk ke kandang panda daripada harus bertemu dengan kedua orang tua Kris. Jujur saja, setelah melihat kemewahan rumah Kris, Tao merasa minder dan malu untuk bertemu orang tua kekasihnya itu. Ia cukup tau diri bahwa dirinya tidaklah sebanding dengan Kris.
Kris mendorong kursi roda Tao sampai ke ruang tamu. Memposisikan kursi roda Tao di samping sofa yang akan ia duduki. Tiga pasang mata yang ada disana memperhatikan Kris dan Tao bergantian. Kris mendudukkan dirinya. Menyamankan posisinya terlebih dulu sebelum membuka suara
"Appa, Eomma, Chen. Perkenalkan, ini kekasihku. Huang Zi Tao"
Tuan dan Nyonya Wu saling pandang. Kemudian menatap Tao dengan intens. Memperhatikan Tao dari ujung kepala hingga ujung kaki. Begitu pula dengan Chen, adik Kris, yang menatap Tao dengan sinis.
Tao menunduk. Merasa risih dan juga terintimidasi akan tatapan ketiga orang itu.
"Dimana kau bertemu dengannya, Kris?" Tuan Wu membuka suaranya.
"Dia hoobae-ku di sekolah, Appa"
"Apa kau tidak salah memilih, hyung? Apa matamu rabun sampai kau memilih dia?" Tanya Chen sinis. Nyonya Wu tertawa. Tawa yang terdengar menyakitkan di telinga Tao.
Nyonya Wu mengentikan tawanya. Menatap Tao dengan tatapan remehnya, wanita cantik itu bertanya "Apa pekerjaan orang tuamu?"
Tao meneguk ludahnya gugup. Dengan terbata-bata, ia menjawab "O-orang tuaku sudah meninggal"
Nyonya Wu memutar bola matanya mendengar jawaban Tao. 'Sudah miskin, cacat, yatim piatu pula. Merepotkan!' batinnya
Muak melihat wajah Tao, Nyonya Wu berdiri dan menggamit lengan suaminya. Mengajak suaminya pergi keluar. Begitu juga dengan Chen yang ikut beranjak meninggalkan ruang tamu.
Tao menunduk. Merasa sakit hati akan perlakuan keluarga kekasihnya. Tao mendongak saat merasa ada yang mengelus punggungnya dengan lembut. Itu kekasihnya, Kris.
"Jangan dipikirkan. Mereka hanya sedang sibuk dan terburu-buru"
Tao mengangguk pelan. Pemuda itu menoleh ke belakang. Menatap Chen yang tengah memasang tas ransel di punggungnya. Mengernyit heran saat melihat Chen yang tiba-tiba memegangi pinggul kirinya dan meringis.
'Apa dia sakit?' batin Tao
Tao memekik kecil saat Kris tiba-tiba mengangkat tubuhnya bidal style. Kedua lengannya refleks ia kalungkan pada leher pemuda tinggi itu.
"Kita ke kamarku saja"
…
…
…
Kris merebahkan tubuh Tao di atas ranjangnya. Pemuda bermata panda itu diam menurut, walau sedikit bingung kenapa ia harus diturunkan di atas ranjang, sedangkan di kamar kekasihnya itu ada sofa putih yang cukup luas.
Kris merangkak menaiki tubuh Tao. Menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan agar dirinya tidak terlalu menindih Tao. Sedikit menurunkan tubuhnya, Kris berbisik lirih di telinga Tao "Kau mencintaiku, Tao?"
Tubuh Tao bergetar dan napasnya tercekat saat merasakan hembusan nafas Kris di sekitar lehernya. Terlebih saat bibir Kris bersentuhan dengan titik sensitifnya. Tao tak mampu berkata apa-apa. Hanya anggukan yang bisa ia beri sebagai jawaban.
Tangan kiri Kris yang semula menjadi tumpuan tubuhnya, kini bergerak turun. Menuju ke arah tonjolan yang terbentuk di selangkangan pemuda manis itu. Mengelus tonjolan itu dengan gerakan sensual dari luar jeans yang Tao pakai.
"Berikan buktinya padaku, Tao"
Tao terbelalak saat menyadari arti ucapan Kris. Belum sempat ia protes, bibirnya terlebih dulu disumpal oleh ciuman Kris yang begitu panas dan menuntut. Tao mengerang saat Kris menggigit bibirnya. Melesakkan lidah lihainya dalam goa hangat Tao. Mengeksploitasi tiap sudut mulut pemuda manis itu. Membelitkan lidahnya dengan lihai hingga saliva mengalir di sudut bibir Tao.
Tao melepaskan tautannya. Mendesah kenikmatan saat tangan Kris sudah menelusup di balik t-shirtnya. Memainkan dua tonjolan di dadanya dengan lihai.
"ahh…Kris-gehhh…nggghhh…"
Kris menyeringai melihat Tao. Bibirnya yang membengkak, rambut yang berantakan, peluh yang menghiasi wajahnya yang memerah. Sungguh! Kris ingin langsung ke permainan 'inti' melihatnya. Tubuh Tao kembali menggeliat penuh gairah saat Kris kembali menyerang titik-titik sensitifnya.
Hingga semuanya terjadi begitu cepat.
Tao tidak tau kapan seluruh benang yang menempel di tubuhnya dan Kris menanggalkan tempatnya. Berserakan tak beraturan di lantai. Tak tau kapan suhu kamar Kris meningkat tajam. Membuat tubunya begitu panas dan bergairah akan sentuhan Kris. Tao tak tau persis kapan Kris berhasil menyatukan tubuh gagahnya ke dalam dirinya dengan sempurna. Melepaskan status 'virgin' yang selama ini bersarang pada dirinya.
Tao tidak tau kenapa mulutnya terus menerus mengeluarkan erangan kenikmaatan saat Kris menggerakkan tubuhnya. Tubuhnya akan terus menggeliat seiring dengan pergerakan Kris di bawah sana. Mulutnya akan terbuka dan napasnya tak beraturan saat Kris menambah kecepatan hujamannya. Tubuhnya menggelepar dan berguncang hebat setiap Kris menghujam tubuhnya begitu cepat dan begitu dalam hingga menyentuh titik kenikmatannya. Tao hanyut dalam permainan Kris. Begitu terlena akan kenikmatan yang Kris berikan.
"Aaaah…ah..Kris-gehhh…nggghhhh…."
Hanya erangan dan desah kenikmatan dengan nama sang kekasih yang mampu dialunkannya. Tao mencengkram erat kdua lengan kekar Kris. Kembali terseret dalam kenikmatan dunia saat Kris menghujamkan tubuhnya begitu cepat.
"Aaaahh…uggh….fuck..so tight…ugh…"
Kris mendesah nikmat. Matanya terpejam dengan pinggul yang terus bergerak di bawah sana. Memanjakan tubuh Tao yang terus menggelinjang. Kris menundukkan tubuhnya. Membungkam bibir Tao dengan bibirnya. Tangannya kembali bergerak menjamah vital Tao yang sempat terlupakan.
Tao melepaskan tautannya. Berteriak dengan nyaring saat ia sampai pada puncaknya. Melolongkan kenikmatan yang ia rasakan saat sari-sari kenikmatan it uterus keluar dari vitalnya. Membasahi perut dan dada sang kekasih. Tubuhnya bergetar hebat merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.
Kris terus menghujamkan tubuhnya dengan cepat. Mencari kenikmatannya sendiri. Beberapa hujaman kemudian Kris sampai pada puncaknya. Melepaskan sari-sari kenikmatannya dalam tubuh Tao.
Kris melemas dan jatuh menimpa Tao. Membenamkan wajahnya pada leher Tao. Memberikan kecupan ringan disana. Dengan napas tersengal, Kris berkata "Terima kasih, Tao…"
Tao mengangguk lemah tak mampu menjawab. Rasanya seluruh tenaganya seperti terkuras habis dari raganya. Tao menatap punggung Kris dengan sayu. Semakin lama kelopak matanya terasa begitu berat. Hingga akhirnya ia menyerah, dan terseret pada alam mimpi pengantar kenikmatan.
TBC
Yooooo! Setelah lama gak buat FF, akhirnya saya kembali dengan FF abal lagi. FF yang lain belum dilanjut, muncul lagi dengan FF baru. Minta ditimpuk banget rupanya. XD
Gimana sama FF ini? Aneh kan? Ya iyalah aneh. Niat mau buat FF angst, eh buatnya malah sambil mantengin MV JaeJoong yang Mine. Ga nyambung banget kan? FF genre angst tapi yang ditonton lagu ngerock gitu! XD
Akhir kata, saya mau nanya, ini FF layak lanjut atau ga? Rencananya sih mau buat Oneshoot, tapi pas liat Jaejoong entah kenapa jadi males lanjutin ngetik, jadi mau dibuat twoshoot. Itu pun kalau ada yang minat #plak
Ya sudah, review aja deh ya yang ikhlas review. Kalau ga ikhlas ya jangan review #duagh XD
Regards,
KecoaLaut,
01022013
17:00
